NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

DAWET. Disusun oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

DWI INDAH ASTIKA YUNIARTI A

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Kang, sebenarnya khitbah sama tunangan itu sama gak sih?

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang bertempat tinggal dalam satu lingkungan masyarakat. Budaya

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT. (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA ( studi kasus kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

EDY NOVIYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

Transkripsi:

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Diajukan Oleh: SRI LESTARI HANDAYANI A220090084 FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilainilai budayanya. Negara juga menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Artinya pelestarian budaya menjadi tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia terutama generasi penerus bangsa. Budaya dapat dijadikan sebagai cerminan nilai-nilai dari masyarakat yang menjalankannya. Pelestarian budaya yang ada menjadi tanggung jawab bagi generasi penerusnya, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menjadi pembimbing perilaku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aneka ragam budaya yang terdapat di Indonesia merupakan kekayaan yang tidak mungkin dimiliki juga oleh negara lain. Suatu adat kebiasaan atau hasil karya manusia yang dilakukan di daerah tertentu sebagai warisan dari nenek moyang yang telah turun temurun dilakukan disebut tradisi. Tradisi dapat dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan, karena Koentjaraningrat (1990:180) menjelaskan pengertian budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Prosesi Lamaran pada perkawinan adat Jawa dilaksanakan di rumah calon mempelai wanita, dengan membawa seserahan, biasanya berupa perhiasan cincin 1

atau lain-lain. dalam budaya Jawa tidak ada standart dalam memberikan seserahan kepada calon mempelai wanita. Biasanya disesuaikan dengan kemampuan dari calon mempelai pria yang akan menyutingnya. kemudian calon mempelai wanita berhak menerima apa yang sudah diberikan dari calon mempelai pria tersebut. B. Landasan Teori a. Pengertian Kebudayaan. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sedang menurut Koentjaraningrat (1990:180), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. b. Pengertian Tradisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1208), tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. c. Pinangan. Biasanya yang melamar adalah pihak calon penganten pria. Pada masa lalu, orang tua calon penganten pria mengutus salah seorang anggota ke luarganya untuk meminang. Tetapi kini, untuk praktisnya orang tua pihak lelaki bisa berlangsung meminang kepada orang tua pihak wanita. Bila sudah diterima, langsung akan dibicarakan langkah-langkah selanjutnya sampai terjadinya upacara perkawinan. d. Pengertian Lamaran. Menurut Ibrahim (1996:138-140) merupakan sebuah tradisi dimana pihak dari calon mempelai pria datang bersama anggota 2

keluarganya, termasuk kedua orang tuanya, ke tempat calon mempelai wanita untuk meminta atau meminang wanita untuk di jadikan istrinya. Lamaran sebagai salah satu warisan budaya dan merupakan tradisi bagi masyarakat Jawa sehingga mengandung unsur-unsur pendidikan nilai di dalamnya. C. METODE PENELITIAN a. Dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2005:82). Sementara itu, (Herdiansyah, 2010:143) menyatakan studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang Subjek. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan dokumen adalah catatan peristiwa masa lalu yang dibuat sendiri oleh Objek atau orang lain tentang subjek. b. Observasi Langsung. Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun kelapangan mengamati halhal yang terkait atau sangat relevan dengan data yang dibutuhkan (Patilima, 2005:69). Sementara itu (Sukandarrumidi, 2006:69) mendefinisikan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan dan melakukan pengamatan. c. Wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2004: 186), atau bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya 3

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2002:180). Jadi wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi dan bertanya langsung kepada seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu. D. HASIL PENELITIAN a. Sejarah Prosesi Lamaran. Lamaran merupakan salah satu tradisi sebelum perkawinan berlangsung. Tradisi ini dilakukan atas dasar kepercayaan masyarakat sebagai warisan dari para leluhur mereka, agar terjaga keselamatannya dalam berumah tangga kelak nanti. Lamaran sebagai salah satu proses yang ditempuh menjelang pernikahan. Pada perjanjian dua orang manusia yang berbeda jenis untuk hidup dalam ikatan perkawinan. Lamaran ini biasanya dilaksanakan setelah sekian lama berpacaran dan merasa ada kecocokan di antara kedua belah pihak. Pada fase lamaran ini keduanya sudah menjanjikan untuk hidup bersama, dalam ikatan pernikahan. Bagi sebagian orang Islam, pertunangan dianggap sama dengan khitbah, atau lamaran. Khitbah atau lamaran sendiri artinya adalah permintaan dari pihak lelaki kepada wali pihak wanita untuk menikahi wanita. (Sholikin, wawancara: 27 Juni 2013). b. Tujuan Tradisi Lamaran. Adapun tujuan dari tradisi lamaran hasil wawancara dengan Sholikin (tanggal 27 Juni 2013) dimaksudkan untuk memohon keselamatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, agar terhindar dari gangguan kekuatan-kekuatan gaib dan diberikan kebahagiaan dalam berumah tangga kelak nanti. Dalam prosesi lamaran Seserahan merupakan simbolik dari pihak pria sebagai bentuk tanggung jawab ke pihak keluarga, terutama orang tua calon 4

pengantin perempuan. Prosesi lamaran pernikahan termasuk hal yang paling penting karena dalam acara ini pihak keluarga pria melamar gadis impiannya. dan tentunya, acara persiapan lamaran pernikahan dipersiapkan semaksimal mungkin. Agar semua acara berjalan dengan baik tidak ada halangan apa pun. c. Waktu dan tempat Prosesi Lamaran. Prosesi Lamaran dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20 Juli 2013, Pukul 08.00pm sampai selesai. Tempat pelaksanaan di rumah Bapak Ladiyo Dukuh Sentulan Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. d. Pelaksanaan dan Perlengkapan dalam Prosesi Lamaran. Tahap persiapan diawali dengan datangnya tamu dari keluarga pihak laki-laki dan tetangga, saudara-saudara pihak wanita, yang terdiri dari perangkat RT, bayan (kadus) dan masyarakat setempat serta orang tua dari pihak prempuan dan pihak laki-laki itu sendiri. Tempat di rumah Bapak Ladiyo di Dukuh Sentulan Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Perlengkapan yang paling utama dalam Prosesi Lamaran ialah: sepasang cincin. Pada pelaksanaan prosesi lamaran tersebut dari keluarga pihak calon mempelai wanita menyediakan makanan untuk diberikan atau disajikan kepada keluarga pihak laki-laki. e. Aspek Pendidikan Nilai Religius Sejarah Prosesi Lamaran. Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah putrinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama. Upacara lamaran: Pada hari 5

yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang (tempat makanan dan lain sebagainya) yang dipikul oleh empat orang pria. E. KESIMPULAN 1. Lamaran artinya meminang merupakan sebuah tradisi dimana pihak dari calon mempelai pria datang bersama anggota keluarganya, termasuk kedua orang tuanya, ke tempat calon mempelai wanita untuk meminta atau meminang wanita untuk di jadikan istrinya. 2. Makna prosesi lamaran memberikan hantaran seserahan untuk calon pengantin bukanlah tradisi semata. Terdapat makna mendalam yang perlu diketahui dan bersifat tradisi turun-temurun. Secara umum, seserahan menjadi symbol bekal kepada kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga. Dalam adat Jawa, serserahan pernikahan tersebut juga disebut peningsetan, berasal dari kata singset yang artinya mengikat. Seserahan menjadi tanda ikatan hati di antara kedua keluarga yang akan dipersatukan dalam tali pernikahan. Seserahan juga menjadi symbol tanggung jawab dari seorang pria yang akan meminang putri seseorang untuk dijadikan istrinya. Seserahan menjadi tanda bahwa mempelai pria telah cukup mapan dalam menjalani rumah tangga. 3. Prosesi lamaran dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu historis dan filosofis. Secara historis, prosesi lamaran ini sudah ada sejak waktu yang sangat lama dan mengandung nilai-nilai yang patut dilestarikan. Sedangkan secara filosofis, tradisi ini merupakan perwujudan permohonan atau do a terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 6

4. Prosesi lamaran dalam tradisi perkawinan adat Jawa mempunyai kandungan pendidikan nilai religius yang bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam setiap detail prosesi lamaran, memiliki kandungan makna pendidikan nilai religius. Peralatan yang dibawa untuk prosesi lamaran masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Kandungan pendidikan nilai religius pada prosesi lamaran yaitu bahwa setiap manusia jika ingin mendapatkan sesuatu harus disertai dengan usaha sungguh-sungguh dan dengan penuh kehati-hatian makna segala sesuatu yang diinginkan bisa terwujud dengan mudah pula, karena Tuhan akan mengabulkan segala sesuatu yang dicita-citakan jika disertai usaha yang sungguh-sungguh. F. SARAN a. Kepada seluruh warga Masyarakat Jawa. khususnya masyarakat Dukuh Sentulan Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen untuk tetap melestarikan budaya prosesi lamaran dalam pernikahan adat Jawa, untuk memperkaya budaya Bangsa Indonesia. b. Pemerintah daerah Dukuh Sentulan Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Diharapkan bisa berpartisipasi dalam upaya melestarikan tradisi warisan leluhur yang telah menjadi kebiasaan secara turuntemurun dan telah menjadi bagian dari budaya Bangsa Indonesia, hal tersebut sudah termasuk perilaku mencintai produk dalam negeri dan menunjukkan sikap bela Negara. Pemerintah daerah seharusnya bisa menjadikan dirinya sebagai contoh bagi warga masyarakatnya untuk mencintai budaya asli Indonesia dan mampu menjaga eksistensinya dalam kehidupan Masyarakat. 7

c. Saran kepada peneliti selanjutnya yang hendak mengkaji obyek yang sama yaitu prosesi lamaran. Supaya mengkaji dari sisi yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah khasanah wawasan dan pengetahuan bagi Masyarakat, khususnya wawasan tentang prosesi lamaran sebagai bagian dari Budaya Indonesia. d. Demi pelestarian tradisi prosesi lamaran yang merupakan bagian dari budaya Indonesia. Maka perlu adanya kaderisasi kepada generasi penerus agar eksistensinya tetap terjaga. 8

DAFTAR PUSTAKA Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Patilima, Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Sujarwa. 1998. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sukandarrumidi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula). Yogyakarta: UGM Press. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka. 9