Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB III LANDASAN TEORI

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB III LANDASAN TEORI

RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu, peraturan

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U DI DAERAH TARIK ANDREANUS MOOY TAMBUNAN

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

Jl. Banyumas Wonosobo

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

1.2 Tujuan Penelitian 2

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE

BAB IV ANALISA STRUKTUR

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

BAB I PENDAHULUAN. struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan segi

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

Transkripsi:

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang herysuroso@yahoo.co.id Abstrak: Bambu adalah tumbuhan yang memiliki kuat tarik yang tinggi yang mempunyai sifat setara dengan baja. Karena sifatnya, bambu dicoba dipakai sebagai tulangan tarik pada balok beton. Pada penelitian ini bambu yang terdiri dari bambu walesan, bambu ampel dan ranting bambu ampel diuji kuat tariknya, kemudian dianalisis terhadap balok beton. Hasil penelitian menunjukkan ranting bambu ampel mempunyai kuat tarik 132,30 MPa. Hasil analisis kuat lentur balok beton dengan luas tulangan Ranting bambu ampel dengan luas antara 389,71-484,79 mm 2 mampu memikul baban sebesar 13,424-16,523 MPa. Factor keamanan kuat tarik ranting bambu ampel adalah 57,24%. Dari contoh perhitungan untuk balok rumah sederhana bentang 3 mm tulangan ranting bambu ampel adalah 10 buah.hasil analisis tulangan bambu, bambu mempunyai peluang digunakan sebagai tulangan balok rumah sederhana sehingga perlu ditingkatkan penelitian tentang bambu untuk mendapatkan hasil maksimal. Kata Kunci : balok beton, tulangan bambu, kuat lentur. 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Teknologi di bidang konstruksi bangunan dari tahun ketahun mengalami perkembangan yang begitu pesat. Bahan konstruksi dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar. Dengan memanfaatkan sumerdaya dapat terus melangsungkan pembangunan dibidang fisik, tanpa terus tergantung pada satu jenis material saja serta menghasilkan bahan konstruksi yang ekonomis dan tahan lama. Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Beton mempunyai berbagai kelebihan jika dibanding dengan bahan konstruksi lain seperti baja atau kayu.beton dapat mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi, tetapi memiliki kuat tarik yang sangat rendah.nilai kuat tekan dan kuat tarik beton tidak berbanding lurus, setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai pengingkatan kecil nilai kuat tariknya Suatu perkiraan kasar dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Pada kondisi yang demikian, yaitu dengan rendahnya kuat tarik, pada elemen struktur yang betonnya mengalami tegangan tarik diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit, yang kemudian disebut dengan sebutan beton bertulang. Penggunaan baja sebagai tulangan secara terus-menerus dapat menimbulkan permasalahan baru, yaitu baja yang selama ini dijadikan sebagai tulangan merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Baja tersebut keberadaannya suatu saat akan habis. Dalam upaya pencarian alternatif, dilakukan penelitian-penelitian, antara lain terhadap material pengganti berupa hasil alamyang salah satunya digunakan bambu. Bambu adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae, suatu familia Bamboidae.Merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah pedesaan di Indonesia.Kuat tarik bambu

22 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 tanpa buku adalah antara 151 291 MPa sedang bambu dengan buku mempunyai kuat tarik antara 55 128 MPa. Penggunaan bambu sebagai perkuatan beton pada komponen struktur bangunan dapat digunakan sebagai pengganti baja tulangan yang selama ini sering digunakan. Bambu dikenal sebagai bahan yang ulet, memiliki kekuatan tarik jauh lebih tinggi dari pada kayu, bahkan dari penelitian Pusat Studi Ilmu teknik (PSIT) UGM diketahui kuat tarik kulit bambu petung setara dengan kuat tarik baja mutu sedang yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai tulangan beton. Sedangkan modulus elastisitas bambu lebih rendah dibandingkan dengan baja. Bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Disamping itu struktur bambu cukup ringan dan lentur sehingga bangunan dari struktur bambu mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gempa. Bambu mempunyai serat yang sejajar sehingga kekuatannya terjadap gaya normal cukup baik. Balok merupakan jenis konstruksi yang akan dijumpai pada bagunan gedung.balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang beban diatasnya dan menahan beban lentur. Dalam penerapannya balok sering atau bahkan selalu dipadukan dengan tulangan. 1.2. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah, maka muncul permasalahan utama yaitu pengaruh penggunaan bambu walesan, bambu ampel, dan ranting bambu ampel sebagai tulangan letur balok beton rumah sederhana. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kuat tarik balok dengan tulangan bambu. 2. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang dilakukan dengan mengadakan penelitian di Laboratorium Bahan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian kuat tarik ranting bambu sebagai tulangan balok beton. 2.1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu walesan, bambu ampel, dan ranting bambu ampel dengan panjang 2,5 m dan diameter 20 mm sampai 10 mm.bambu diambil dari tanah perkebunan dalam keadaan kering udara. Gambar 1. Penampang ranting bambu ampel

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 23 2.2. Prosedur Penelitian Pengujian Kuat Tarik Bambu Bambu diuji kuat tariknya untuk mengetahui fy dan E (modulus elastisitas). Bagian-bagian bambu yang diperiksa adalah bagian pangkal, ujung dan buku/ros. Pemeriksaan akan diketahui fy terkecil dari ketiga bagian tersebut. antara 6 8 mm dan panjang 2,5 meter disatukan dan diikat dengan kawat bindraat lalu dijepit pada alat penjepit, kemudian dipuntir. Adapun cara pemuntiran kabel bambu dapat dilihat pada Gambar 2. Benda uji dibuat dengan memotong bambu sepanjang 30 cm. bagian tengan disayat sepanjang 30 mm hingga ketebalan menjadi 2 mm x 2 mm (bagian kulit tetap utuh).penyayatan ini dilakukan agar bambu putus pada bagian tersebut, juga digunakan sebagai perubahan panjang (Δl).Kuat tarik bambu diuji dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). PembuatanTulangan Bambu walesan dan ranting bambu ampel dipilih minimal dengan panjang 2.5 m, diameter pangkal 20 mm, ujung 10 mm seperti terlihat pada Gambar 1.Tulangan bambu walesan dan ranting bambu ampel digunakan sepanjang 2.5 m, pemotongan dilakukan dengan cara dipotong dari pangkal dan ujung ranting sepanjang 25 cm. Perhitungan luas ranting bambu dipilih luasan bersih yang terkecil antara pangkal dan ujung ranting bambu. Gambar penampang ranting bamboo dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan bambu ampel tulangan bambu dibentuk seperti kabel yang terdiri dari tiga bilah. Digunakan bilah-bilah bambu sebanyak tiga buah dengan diameter Gambar 2. Pemuntiran kabel bambu Balok beton Balok beton direncanakan dibuat mutu fc 20 pembuatan beton sesuai dengan rancangan SK SNI.T - 15-1991 - 03.Beton diambil benda ujinya berupa benda kubus, sehingga diketahui mutu (Fc ) dari beton tersebut.benda uji kubus diambil dua buah setiap pembuatan/pengadukan beton.mutu beton digunakan dalam perhitungan teoritis dalam beton bertulang ranting bambu ampel. D8-15 2D10 tulangan baja 20 17 tulangan bambu 62.50 125.00 62.50 15 Gambar 3. Penulangan balok.

Tegangan (MPa) 24 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 Pembuatan Benda Uji Benda uji balok dibuat sebanyak 3 buah, dengan ukuran 250 cm x 20 cm x 15 cm. Balok diberi tulangan ranting bambu sebanyak 4 buah, diletakkan dengan cara berkebalikan antara ujung dan pangkal agar luasan tulangan relatif sama. Tulangan ranting bambu hanya diberikan pada bagian bawah saja, halinidimaksudkanagar pada bagian tersebut tulangan yang berpengaruh hanya tulangan tarik saja, dan menjadi bagian yang terlemah dari balok uji sehingga akan terjadi lentur murni. Untuk memungkinkan percobaan patah benar-benar pada daerah lentur murni balok, dan menghindari terjadi kegagalan percobaan karena patah pada bagian lain, maka pada bagian atas dipasang tulangan rangkap baja mutu sedang dengan tulangan begel diameter 8 mm. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Kuat Tarik Bambu Ampel Hasil penelitian tentang kuat tarik dan modulus elastisitas bambu walesan, ampel dan ranting bambu ampel di laboratorium bahan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang diperoleh data seperti tercantum dalam gambar 4. Pada penelitian balok beton dengan tulangan ranting bambu digunakan fu terkecil bambu yaitu 147,15 MPa dan E 4900 Mpa. 210 180 150 120 90 60 30 0 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 Regangan pangkal Ujung Ros Gambar 4. Kuat tarik Ranting Bambu (fu) Kode Balok B 1 Benda Uji Tabel 1. Kuat tekan benda uji beton (fc ) A (cm 2 ) Berat (Kg) P Tertahan (Kg) K (Kg/cm 2 ) K 1 225 8,21 63000 288,00 K 2 225 8,02 58000 253,78 B 2 K 1 225 8,23 57000 253,33 K 2 225 8,25 55000 244,44 B 3 K 1 225 8,32 62000 275,56 K 2 225 8,25 58000 257,78 fc' (Mpa) Berat Satuan (N/mm 3 ) 22,77 2,38.10-5 21,08 2,39.10-5 22,59 2,42. 10-5

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 25 Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton (fc ) yang diambil dari masing-masing balok sebanyak dua benda uji diperoleh data seperti pada Tabel 1. Perhitungan Teoritis Hasil pengujian kuat tekan beton (fc ) dan kuat tarik ranting bambu ampel (fu) maka kuat lentur teoritis balok dapat dihitung. Dari perhitungan masing masing balok dapat menumpu beban dapat dilihat pada Tabel 2. Kode Balok A Tabel 2. Kuat lentur balok teoritis Z Kontrol Regangan εs εy Mn (KNmm) Mw (KNmm) P (KN) B1 22,378 158,811 0,016 0,030 10319,092 643,373 11,383 B2 25,295 157,353 0,014 0,030 10697,343 644,525 11,827 B3 24,090 157,955 0,015 0,030 10957,435 649,709 12,127 Beban Ultimit Setelah dilakukan pengujian lentur maka dapat diketahui respon balok-balok uji terhadap pembebanan sebagai berikut (Gambar 5 Gambar 7): Dari gambar terlihat bahwa balok 1 mencapai beban ultimit sebesar 8,085 KN. Balok 2 mencapai beban ultimit sebesar 12,25 KN. Balok 3 mencapai beban ultimit sebesar 12,985 KN. Balok 1 tidak dipakai, karena tidak memenuhi beban teori. Perbandingan nilai rata-rata antara beban ultimit eksperimen dengan perhitungan teoritis sebesar 106,67%. Hal ini menunjukkan adanya kecocokan antara eksperimen dengan perhitungan teoritis.perbandingan antara beban ulitimit dengan beban teoritis dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 5. Hubungan P-δ pada balok 1

26 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 Gambar 6. Hubungan P-δ pada balok 2 Gambar 7. Hubungan P-δ pada balok 3 Tabel 3. Perbandingan beban ultimit eksperimen dengan beban teori Kode Balok P exp(kn) P Teori (KN) P Exp/P Teo (%) B 1 8,085 11,383 71,026% B 2 12,250 11,827 103,578% B 3 12,985 12,127 107,077% Rata-rata 106,67%

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 27 3.2. Pembahasan Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi lendutan/deformasi apapun yang dapat memperlemah kekuatan ataupun mengurangi kemampuan layan struktur pada beban kerja (SNI 03 2847 2002). Sesuai ketentuan SNI 03 2847 2002 telah ditetapkan nilai lendutan izin maksimum. Dengan lendutan maksimal balok, maka didapatkan beban ijin yang mampu dipikul oleh balok dan momen lenturnya.kontrol lendutan terhadap beban toleransi balok dimuat pada Tabel 4. Dari beban ijin yang diperoleh, maka dapat dihitung kuat lentur atau momen ijin akibat beban balok sendiri dan beban ijin.kontrol lendutan maksimal terhadap kuat lentur balok dimuat pada Tabel 5. Nilai kontrol memberikan batasan maksimal dalam pembebanan balok beton dengan tulangan ranting bambu ampel. Balok tersebut tidak diperbolehkan digunakan melebihi batas ijin beban atau kuat lentur ijin. Kuat Tarik Ijin Ranting Bambu Ampel Hubungan antara beban kontrol dengan lendutan maksimal terlihat pada Gambar 8. Beban kontrol balok pada Gambar 6, selanjutnya dijadikan dasar untuk menghitung momen maksimal (Mn) yang akan digunakan untuk kontrol kuat tarik ranting bambu ampel (fu). Dengan mengembalikan persamaan 2.3 2.16 maka akan diketahui kuat tarik ijin ranting bambu ampel. Hasil perhitungan fu ijin terlihat pada Tabel 6. Faktor keamanan fu adalah sebesar 54,06 % dari fu awal sebesar 147,15 MPa. fu kontrol digunakan untuk menghitung E bambu ijin. Batas Lendutan Tabel 4. Kontrol lendutan maksimal terhadap beban toleransi balok Lendutan Maksimal (mm) Beban Ijin Rata-rata (KN) Balok 1 Balok 2 Balok 3 l/180 12,778 6.096 7.236 7.304 l/360 6,389 4.691 5.666 5.447 l/480 4,792 4.207 5.119 4.823 l/240 9,583 5.468 6.538 6.467 Rata-rata 8,385 5.199 6.237 6.112 Batas Lendutan Tabel 5. Kontrol lendutan maksimal terhadap kuat lentur balok Lendutan Maksimal (mm) Kontrol momen, Mn (KNmm) Balok 1 Balok 2 Balok 3 l/180 12,778 5824.872 6795.380 6857.694 l/360 6,389 4630.555 5460.363 5280.071 l/480 4,792 4219.717 4995.319 4749.540 l/240 9,583 5290.971 6201.419 6146.403 Rata-rata 8,385 5838.199 5945.563 5844.535

28 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 Gambar 8. Hubungan lendutan maksimal dengan beban control Tabel 6. fu ijin ranting bambu ampel fu ijin ranting bambu ampel Kode Balok fu kontrol fu bambu uji Faktor (MPa) (MPa) Keamanan (%) B 2 81,43 147,15 55,33% B 3 77,69 147,15 52,79% fu Rata rata 54,06% Balok Beton Tulangan Ranting Bambu Ampel sebagai Balok Rumah Sederhana Hasil penelitian tentang balok beton bertulang bambu walesan dapat dilakukan analisis terhadap struktur balok pada rumah sederhana. Dalam analisis digunakan asumsi yang berlaku secara umum dalam pembuatan beton untuk rumah sederhana. Asumsi asumsi tersebut antara lain : 1. Struktur balok yang terdapat pada rumah sederhana satu lantai adalah pada balok slof dan rinkbalk. 2. Bentang maksimal adalah 3 m. 3. Campuran beton yang dipakai dengan perbandingan 1:2:3, dari hasil penelitian menghasilkan mutu beton (fc ) 22.15MPa. 4. Balok slof dengan ukuran penampang 15x20 cm 2 menahan beban sendiri (dari hasil penelitian berat satuan 2,38.10-5 N/mm 3 ) dan beban mati tembok pasangan batu bata setinggi 3,5 m (250Kg/m 2 = 0,00245 N/mm 2 ) 5. Ringbalk dengan ukuran penampang 15x15 cm 2 menahan beban sendiri dan beban mati atap (50 Kg/m 2 = 0,049 N/mm 2 ). 6. Kuat tarik ranting bambu (fu) digunakan hasil penelitian 147,15 MPa dengan factor keamanan 54,06%. Dari asumsi di atas dapat dicari kebutuhan luasan bambu walesan untuk digunakan sebagai tulangan balok. Pada ringbalk beban atap sebagian terdistribusikan pada

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 29 kuda-kuda sehingga beban ringbalk lebih kecil dari pada beban balok sloof, Perhitungan dilakukan balok slof. Dari hasil perhitungan diketahui luas tulangan yang diperlukan 1621,65 mm 2. Jika diameter rata-rata bambu 15 mm dengan lubamg 3 mm, maka diperlukan 10 bambu walesan. 4. Penutup 4.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1. Kuat tarik ranting bambu ampel yang digunakan dalam perencanaan adalah kuat tarik terkecil bagian ros yaitu 147,15 MPa dan E 4900 MPa. 2. Kuat lentur balok teoritis B1 adalah 9364,094 KNmm, B2 adalah 9494,223 KNmm, B3 adalah 8990,901 KNmm. 3. Beban ultimit yang mampu ditahan balok eksperimen B1 adalah12,740 KN, B2 adalah 12,250 KN, B3 adalah 10,780 KN. 4. Perbandingan antara P exsperimen dengan P teori rata-rata adalah 117,185 % 5. Factor keamanan kuat tarik ranting bambu ampel adalah 57,24% 6. Dari contoh perhitungan untuk balok rumah sederhana bentang 3 mm tulangan ranting bambu ampel adalah 10 buah Umum RI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suroso, H. 2006.Buku Ajar Teknologi Beton, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Tjokrodimuljo, K. 1996 Teknik Beton, Yogjakarta: Nafiri Offset. Morisco, 1999. Rekaya Bambu, Yogyakart: Nafiri. Krisdianto, Sumarni,A dan Ismanto,A. Sari Hasil Penelitian Bambu, (http://www.dephut.go.id/informa SI/litbang/teliti/bambu.htm. diakses pada 26 Agustus 2009). Purnomo, M. 2006. Buku Ajar Struktur Beton II, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Pathurahman, Fajrin. J. dan Kusuma, A.D, 2003. Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai Tulangan Balok Beton, Civil Engineering Dimension, Vol. 5, No. 1, 39 44, March. 4.2. Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:bambu mempunyai peluang digunakan sebagai tulangan balok pengganti tulangan baja khususnya pada rumah sederhana. Penelitian bambu sebagai tulangan balok beton masih terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam. 5. Daftar Pustaka Dipohusodo,I. 1999, Struktur Beton Bertulang berdasarkan SK SNI T- 15-1991-03 Departemen Pekerjaan

30 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011