BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan pikiran dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangann berpikir anak-anak usai Taman Kanak-Kanak atau

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang dapat menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Lestari, 2013

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu mata pelajaran yang di pelajari di sekolah dasar adalah

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005: 1)

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dilakukan berbagai kalangan, baik oleh instusi-instusi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung kita perlu melakukan kegiatan menyimak. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan sekitar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : WAHYUNINSIH A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Taman Kanak kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama taman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi siswa, karena kepadanyalah mula-mula diletakkan landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING HURUF BERGAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM NIKE PRANSISKA ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena melalui bahasa manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dituntut untuk menguasai bahasa yang digunakan sebagai alat berinteraksi dengan sesamanya. Manusia untuk menguasai bahasa harus melalui proses, artinya sebelum manusia menguasai bahasa, manusia harus mendengar terlebih dahulu bahasa yang diucapkan orang lain. Melalui pendengaran manusia meniru bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia lainnya. Anak pada umumnya dalam menguasai bahasa tidak begitu tampak dalam usahanya karena mendengar. Secara otomatis mereka meniru apa yang dikatakan orang lain berbeda halnya anak tunarungu yang mengalami hambatan perkembangan berbahasa dan berbicara. Pada dasarnya perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa pada umumnya. Pada usia awal bayi akan menangis apabila merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan sampai pada tahap meraban anak tunarungu mengalaminya, Karena tahap meraban merupakan tahap yang alami. Pada tahap meraban inilah sebenarnya anak mulai belajar bahasa. Pada anak mendengar, dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan olehnya akan diulang-ulang dan mendapat penguatan dari orangtuanya sehingga bunyi-bunyi tersebut menjadi sebuah kata. Pada anak tunarungu tahap-tahap selanjutnya seperti meniru kata-kata di lingkungan 1

2 sekitarnya tidak dapat dilakukan karena tidak/kurang dapat mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Kekurangmampuan anak tunarungu dalam mengakses bunyi bahasa melalui pendengarannya akan mempengaruhi terhadap daya ingat dan memahami lambang bunyi serta kemampuan menirukan (memproduksi) bunyi bahasa, karena kemampuan mengingat memiliki korelasi yang kuat. Purwanto (2000:43) menjelaskan bahwa: Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, semua benda, nama sifat, pekerjaan dan hal lain yang abstrak, diberi nama. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolah (berpikir) menjadi pengertian-pengertian. Berdasarkan penjelasan di atas, menggambarkan bahwa begitu pentingnya peranan bahasa dalam menyimpan informasi, oleh karena itu agar informasi dapat tersimpan dengan baik maka harus ditunjang juga oleh ingatan yang baik. Salah satu elemen penting dari kognisi adalah ingatan atau memori, memori tersebut memiliki peran yang besar dalam pencapaian prestasi akademik, oleh karena itu diperlukan adanya strategi dalam mengembangkan kognisi. Agar kognisi berkembang tentunya diperlukan suatu strategi pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat agar informasi yang disampaikan oleh pengajar dapat diterima dan dipahami oleh anak khususnya dalam mengidentifikasi objek. Melihat kenyataan di lapangan, rata-rata proses pembelajaran mengenai identifikasi objek anak tunarungu khusus di kelas taman kanak-kanak (TK) lebih fokus kepada mengenali objek kembali, misalnya buah-buahan, binatang dan

3 benda di sekitar kelas anak, baik kursi, meja atau peralatan sekolah. Pada saat proses pembelajaran, guru mengenalkan benda/objek di sekitar anak hanya dengan cara menggambarkannya di papan tulis, lalu guru memberi nama benda/objek di bawah gambar tersebut. Untuk latihannya, agar mengetahui anak mampu atau tidaknya dalam mengenali gambar, guru membuat soal di buku masing-masing anak berupa gambar untuk dijodohkan dengan nama-nama gambar tersebut. Dengan adanya proses pembelajaran tersebut dalam mengenalkan objek/benda ternyata mengalami hambatan yaitu anak akan gampang bosan apabila cara pembelajaran tersebut diulang-ulang dan kurangnya variasi dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu juga perlu keterampilan guru dalam menggambar karena tidak semua guru bisa menggambar dan terakhir banyaknya waktu yang dibutuhkan hanya untuk mengenalkan objek/benda yang ada di sekitar anak. Ini berarti, bahwa untuk menyiasati rasa bosan atau jenuh anak diperlukan proses pembelajaran yang menyenangkan, salah satunya dengan menerapkan suatu bentuk permainan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan tingkat kemampuan anak. Hal ini penting sebagai usaha dalam memahami kebutuhan anak, meningkatkan perkembangan keterampilan dan kreatifitas anak, serta meningkatkan perilaku berinisiatif yang berkaitan dengan prestasi akademik anak melalui permainan yang efektif. Pemahaman tersebut sejalan dengan pernyataan Rousseau dalam Delphie (2009: 31) mengemukakan bahwa Bermain sambil belajar akan memberi kebebasan dan perkembangan seorang anak. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pendapat Piaget (dalam http://klinis.wordpress.com/2007 ) menyatakan bahwa Perubahan perilaku

4 bermain menunjukkan perkembangan intelektual, sama seperti peningkatan kompetensi individu. Bermain juga menjadi media bagi individu untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya. Akibat hilangnya fungsi pendengaran pada anak tunarungu menyebabkan tidak semua informasi dapat diingat dengan baik sehingga menjadikan anak tunarungu sulit untuk mengenal atau mengidentifikasi objek/benda pada pelajaran yang diberikan di sekolah. Seberat apapun hambatan dalam indera pendengaran yang dialami anak tunarungu, tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk dapat meningkatkan kemampuan ingatan dengan mengandalkan indera visualnya, asalkan disertai dengan berbagai upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak, terutama pihak guru sebagai fasilitator dituntut kreatif dalam menyampaikan bahan ajar supaya menarik, bisa diterima dan dimengerti sesuai dengan kemampuan anak. Banyak metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi objek untuk meningkatkan ingatan visual bagi anak tunarungu. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak tunarungu. Salah satunya adalah melalui bermain karena bermain merupakan salah satu pendekatan yang sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan anak karena hasrat anak akan tersalur secara terarah. Salah satu tekhnik yang dapat dipilih dalam mengidentifikasi objek untuk meningkatkan ingatan visual pada anak tunarungu adalah menggunakan permainan puzzle tangkai yaitu permainan dimana anak harus menyusun suatu puzzle yang bahannya berasal dari beberapa tangkai es krim dan dikombinasikan

5 dengan gambar-gambar objek/benda baik yang ada di sekitar lingkungan anak ataupun gambar objek yang belum pernah dilihat oleh anak pada tiap tangkainya dengan warna-warna yang cerah agar menarik minat anak, sehingga apabila tangkai-tangkai tersebut disusun dengan benar maka akan diketahui gambar objek yang dimaksud. Melalui permainan ini, anak-anak dapat belajar bahwa suatu benda/objek tersusun dari bagian-bagian kecil. Permainan ini mendorong anak dalam mengidentifikasi benda/objek. Selama ini banyak sekali media visual yang sering digunakan dalam mengidentifikasi objek misalnya kartu kata atau kartu gambar, dengan adanya media puzzle tangkai ini setidaknya dapat menjadi salah satu alternatif baru dalam pembelajaran mengidentifikasi objek khususnya dalam meningkatkan ingatan visual anak tunarungu. B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Minat anak dalam mengamati objek/benda yang berakibat kurang optimalnya kemampuan ingatan visual. 2. Konsentrasi anak mudah teralih yang berpengaruh terhadap kemampuan ingatan visual pada anak tunarungu. 3. Variasi dalam pembelajaran yang terbatas sehingga cenderung membosankan dan mengakibatan kurang optimal.

6 4. Kurangnya penggunaan media di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat berpengaruh terhadap ingatan visual. C. BATASAN MASALAH Sehubungan dengan banyaknya permasalahan di atas maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada permainan puzzle tangkai untuk meningkatkan kemampuan ingatan visual pada anak tunarungu kelas TK1 SLB Prima Bhakti Mulia. D. RUMUSAN MASALAH Bersadarkan batasan masalah di atas, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah Permainan Puzzle Tangkai dapat Meningkatkan Kemampuan Ingatan Visual pada Anak Tunarungu? E. VARIABEL PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya yaitu permainan puzzle tangkai sedangkan variabel terikat adalah kemampuan ingatan visual. 1. Permainan Puzzle Tangkai Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan puzzle tangkai. Permainan puzzle tangkai ialah sebagai media

7 pembelajaran yang akan diterapkan kepada anak dalam bentuk permainan dengan meletakan kembali tangkai es krim yang sudah diberi gambar sederhana yang meliputi semua tangkai-tangkai tersebut. Lalu, diberikan kepada anak dengan menjelaskan bahwa ia perlu meletakkan kembali tangkai itu bersama-sama untuk menyusun ulang gambarnya. Sehingga dengan permainan puzzle tangkai ini anak dapat mengidentifikasi dan mengenali objek/benda yang tersusun pada tangkai es krim tersebut. Melalui permainan ini pula, anak dapat belajar bahwa suatu objek atau benda tersusun dari bagian-bagian kecil. Permainan ini juga mendorong anak mengerti cara mengombinasikan unsur-unsur yang berbeda, misalnya suatu garis miring pada potongan yang satu sesuai dengan garis miring pada potongan yang lain. 2. Kemampuan Ingatan Visual Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi (yang menjadi akibat) karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan ingatan visual. Sudiebjo (dalam http://www.blueframe.com) Kemampuan ingatan visual adalah kecakapan merekam hal-hal yang sifatnya mengarah pada daya tarik mata saja, seperti warna, keadaan, tempat, suasana, objek dan sebagainya. Ingatan visual yang dimaksud dalam penelitian ini ialah suatu daya dalam menemukan, mengenali dan menyusun gambar pada puzzle tangkai yang dilihat sebelumnya.

8 F. HIPOTESIS Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah Permainan Puzzle Tangkai dapat Meningkatkan Kemampuan Ingatan Visual Anak Tunarungu Kelas TK1 di SLB Prima Bhakti Mulia. G. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh permainan puzzle tangkai untuk meningkatkan kemampuan ingatan visual anak tunarungu. Berikut ini adalah kegunaan dari hasil penelitian ini, diantaranya: 1. Kegunaan Teoritis a. Memberikan informasi berkaitan dengan pengaruh penggunaan permainan puzzle tangkai dalam mengidentifikasi objek untuk mengoptimalkan peran indera visual sebagai modal utama dalam menerima informasi sedini mungkin. b. Dapat menambah khazanah keilmuwan mengenai permasalahan ingatan visual pada anak tunarungu. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi siswa, diharapkan dengan adanya permainan puzzle tangkai ini dapat digunakan dalam mengidentifikasi objek dapat meningkatkan kemampuan ingatan visual siswa yang tentunya akan membawa

9 dampak yang positif terhadap informasi yang diterima dan dapat dimaknai/dipahami oleh siswa. b. Bagi orang tua dan guru, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran yang menarik untuk melatih ingatan visual anak.