PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Pengaruh pendidikan, upah dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

HALAMAN PENGESAHAN...

KAJIAN FUNGSI DAN PERAN KOTA DAN KABUPATEN DI BIDANG EKONOMI DALAM PENYELENGGARAAN METROPOLITAN CIREBON RAYA

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

BPS KABUPATEN BATU BARA

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat


PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

Transkripsi:

PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO Nida Farikha 1),Erwin Widodo 2), Ketut Gunarta 3) 1),2),3 ) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo Email: nidafarikha@gmail.com Abstrak. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama dalam hal pembangunan suatu wilayah. Terdapat keterkaitan yang spesifik antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan wilayah dimana dengan adanya perekonomian yang baik akan dapat meningkatkan kualitas infrastruktur, meningkatkan pelayanan masyarakat, memperkecil tingkat pengangguran, meningkatkan kekayaan daerah, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Wilayah studi pada penelitian ini meliputi Kabupaten Sidoarjo dimana sejak Tahun 2013 mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh karenanya, diperlukan perumusan strategi kebijakan perekonomian secara berkelanjutan dengan tahapan penelitian berupa identifikasi sektor unggulan, perumusan model pertumbuhan ekonomi, perumusan strategi, dan penentuan prioritas strategi. Hasil penelitian menggunakan LQ dan Shift Share menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Sidoarjo adalah sektor industri pengolahan. Adapun berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa terdapat 4 (empat) variabel yang berpengaruh terhadap PDRB yaitu jumlah penduduk, tenaga kerja, nilai ekspor, dan UMK dengan tingkat signifikansi masingmasing variabel lebih besar dari 0,05. Dari keempat variabel tersebut dirumuskan 13 (tiga belas) strategi menggunakan SWOT dan diketahui skoring prioritas strategi tersebut dengan analisis AHP, dimana hasil skoring lebih ditekankan pada variabel nilai ekspor dengan nilai bobot sebesar 61% dengan strategi utama berupa meningkatkan kondusifitas dunia usaha di Kabupaten Sidoarjo melalui kemudahan perijinan. Katakunci: AHP, regresi, sektor unggulan, SWOT 1. Pendahuluan Definisi dari pertumbuhan ekonomi sendiri menurut Arsyad (1999) [1] adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sukirno (2008) [2] mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, peningkatan keterampilan, penambahan pengetahuan, serta penambahan kemampuan berorganisasi dan kemampuan manajemen. Litawati & Budiantara (2013) [3] menyebutkan bahwa hal yang menjadi acuan dalam pertumbuhan ekonomi daerah ditandai dengan pemerataan pendapatan perkapita (PDB) serta menurunnya tingkat pengangguran masyarakat. Sementara Kuncoro (2004) [4] menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Seperti yang diketahui, pertumbuhan ekonomi di setiap daerah di Indonesia tidaklah sama, hal ini dikarenakan adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam konsep pengembangan wilayah seperti pihak terkait, sumber daya yang dimiliki daerah, dan kebijakan internal wilayah yang akan sangat berpengaruh dalam proses pengembangan daerah. Oleh karenanya, setiap daerah selalu dituntut agar mampu mengidentifikasi dan memahami secara cermat dan tepat agar tujuan pembangunan ekonomi menjadi tepat sasaran sesuai dengan karaketristik, potensi dan permasalahan yang ada pada tiap-tiap daerah. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang mana disebutkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia memiliki kewenangan seluas-luasnya dalam pelaksanaan pemerintahan dan pengaturan keuangan daerahnya masing-masing. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan menjadi lebih optimal dan mampu mengurangi disparitas yang terjadi antar daerah dan antar provinsi. Salah satu wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik adalah Kabupaten Sidoarjo, hal tersebut dapat dilihat pada nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHK) yang terus mengalami peningkatan. Namun, secara umum berdasarkan data dari BPS (Kabupaten Sidaorjo dalam Angka), laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidoarjo pada Tahun 2013 C36. 1

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hingga mencapai 0,38%, dan pada Tahun 2015 pun mengalami penurunan hingga mencapai 1,2% dari tahun sebelumnya.oleh karenanya perlu dilakukan perumusan strategi kebijakan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten sebagai upaya antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun dalam penelitian ini, alat analisa yang akan digunakan untuk melihat model perkembangan PDRB Kabupaten Sidoarjo sebagai indikator utama dalam pertumbuhan ekonomi wilayah di Kabupaten Sidoarjo adalah penggunaan regresi linear berganda dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Penggunaan analisa regresi sendiri banyak dilakukan oleh beberapa peneliti seperti yang dilakukan oleh Hidayat (2009), Atmaja (2011), Utami (2013), Efriana (2014) dan beberapa peneliti lainnya untuk merumuskan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB. Penggunaan regresi dirasa paling cocok untuk menggambarkan keterkaitan antara variabel dependen dan independen pembentuk PDRB, serta cocok untuk memproyeksikan nilai dari PDRB itu sendiri. Strategi pengembangan dirumuskan dengan menggunakan analisa SWOT untuk selanjutnya dilakukan analisa AHP untuk mengetahui skoring usulan strategi dan kebijakan sektor unggulan di Kabupaten Sidoarjo. Secara garis besar, alur atau tahapan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat adalah: Tabel 1. Tahapan Penelitian No Sasaran Input Data Teknik Analisa Output 1 Mengidentifikasi sektor PDRB Kab Sidoarjo LQ dan Shift Sektor Ekonomi ekonomi unggulan 2 Mengetahui variabel yang berpengaruh dan merumuskan model pertumbuhan ekonomi 3 Merumuskan strategi pengembangan 4 Menentukan skoring prioritas strategi Jawa Timur Variabel yang berkaitan dalam sektor unggulan hasil telaah C36. 2 Share Regresi Unggulan Variabel yang berpengaruh dalam model regresi pertumbuhan ekonomi Variabel dalam SWOT Strategi per masingmasing regresi variabel Strategi hasil SWOT AHP Prioritas Strategi 2. Pembahasan Hasil pembahasan masing-masing sasaran pada Tabel 1 dapat dilihat pada sub bab berikut: 2.1. Identifikasi Sektor Unggulan Menurut Hood (1998) dalam Hendayana (2003) [5], dalam menentukan sektor unggulan dilakukan dengan perhitungan LQ (Location Quotient) dan Shift Share dengan 4 (empat) perhitungan utama yaitu mengetahui sektor basis, mengetahui tingkat daya saing, mengetahui tingkat pertumbuhan, dan mengetahui tingkat progresifitas seluruh sektor ekonomi. Dengan basis data berupa nilai PDRB Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011-2015 dan nilai PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015. Hasil kompilasi dari perhitungan LQ dan Shift Share adalah sebagaimana tertuang dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Identifikasi Sektor Unggulan NO SEKTOR Keterangan Nilai LQ Shift Share SLQ PPW PP PB >1 > 0 >1 > 0 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - - - 2 Pertambangan dan Penggalian - - - - 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air - - - 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah - - - 6 Konstruksi - - 7 Perdagangan Besar dan Eceran - 8 Transportasi dan Pergudangan - - - 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -

NO SEKTOR Keterangan Nilai LQ Shift Share SLQ PPW PP PB >1 > 0 >1 > 0 10 Informasi dan Komunikasi - 11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 12 Real Estate - - - 13 Jasa Perusahaan - - - 14 Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial - - - - 15 Jasa Pendidikan - 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - 17 Jasa Lainnya - - - - Dari tabulasi diatas dapat diketahui bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan yang akan digunakan dalam penelitian mengenai pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-2021 yaitu Meningkatnya perekonomian daerah melalui optimalisasi potensi basis Industri pengolahan, pertanian, perikanan, pariwisata, UMKM dan Koperasi serta pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Sidoarjo. 2.2. Identifikasi Variabel Identifikasi variabel dilakukan dengan cara telaah hasil pustaka penelitian terkait khususnya untuk pengembangan sektor industri dan pengembangan ekonomi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Dikarenakan jumlah variabel independen dengan jumlah series data (data yang didapat berupa data time series selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2010-2015) yang tidak berimbang, maka diperlukan suatu pengolahan data awal sebelum tahap perancangan model regresi. Akan dilakukan 3 (tiga) pengujian awal yang meliputi pengujian scatter plot untuk melihat kelinearan masing-masing variabel, uji signifikansi untuk masing-masing variabel dependen dan variabel independen yang linear, serta uji koefisien korelasi dengan hasil sebagaimana pada Tabel 3. Tabel 3. Pengujian terhadap Variabel Penelitian No Notasi Variabel C36. 3 Uji Scatter Plot Uji Signifikansi Uji Korelasi 1 Y PDRB 2 X 1 % nilai industri pengolahan dalam PDRB 3 X 2 Investasi 4 X 3 Inflasi 5 X4 Jumlah Penduduk 6 X5 Tingkat Kemiskinan 7 X6 Tingkat Pendidikan 8 X7 Angkatan Kerja 9 X8 Tenaga Kerja 10 X9 Tenaga Kerja yang Terserap di Industri 11 X10 Pendapatan Perkapita 12 X11 Pertumbuhan Ekonomi 13 X12 Jumlah Industri 14 X13 Nilai Ekspor 15 X14 Volume Nilai Produksi Industri 16 X15 Panjang Jalan 17 X16 UMK Berdasarkan 3 (tiga) pengujian awal sebagaimana tertuang pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa variabel independen yang akan digunakan dalam pemodelan regresi adalah:

1) Variabel X4 (jumlah penduduk); 2) Variabel X8 (tenaga kerja); 3) Variabel X13 (nilai ekspor); 4) Variabel X16 (UMK). 2.3. Perumusan Model Regresi Berdasarkan jumlah variabel bebasnya, regresi linear terdiri dari dua jenis, yaitu regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Analisis regresi linier sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas. Sedangkan analisis regresi linier berganda merupakan hubungan antara 3 variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas (Freund, Wilson, dan Sa, 2006) [6]. Adapun dalam merumuskan model regresi terlebih dahulu akan dilakukan beberapa pengujian meliputi uji estimasi dan asumsi klasik serta uji kelayakan model sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Estimasi dan Asumsi Klasik serta Uji Kelayakan Model UJI KETERANGAN UJI ESTIMASI DAN ASUMSI KLASIK Uji Multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas pada keempat variabel bebas Uji Autokorelasi Diasumsikan tidak terjadi autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Uji Normalitas Residual berdistribusi normal UJI KELAYAKAN MODEL Uji Kerandalan Model (Uji F) Model layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Uji Koefisien Regresi (Uji t) Variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Uji Koefisien Determinasi terikat Keempat variabel memiliki proporsi pengaruh terhadap PDRB sebesar 97,6% Dari hasil estimasi dan asumsi klasik, diketahui bahwa persyaratan minimal sebuah model regresi linier sudah terpenuhi. Dari uji kelayakan diketahui bahwa model yang diestimasi layak dan dapat digunakan untuk menafsirkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Y = 46.525,96 2,10 X4 + 6,80 X8 + 16.871,46 X13+ 8.973 X16 (1) 2.4. Perumusan Strategi Pengembangan Analisis SWOT merupakan suatu metode dasar yang bermanfaat untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan dari 4 (empat) sisi yang berbeda. Menurut Duncan and Gross (1993) [7], hasil dari analisis SWOT berupa rumusan arahan, rekomendasi, dan strategi perencanaan. Acuan dalam perumusan strategi adalah 4 (empat) variabel yang berpengaruh dalam model regresi yang telah disusun meliputi jumlah penduduk, tenaga kerja, nilai ekspor, dan UMK. Sebelum merumuskan strategi tersebut, terlebih dahulu dilakukan pemetaan terhadap potensi, permasalahan, peluang, dan ancaman terhadap masingmasing variabel yang berpengaruh dalam pengembangan sektor industri di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan kondisi eksisting, serta telaah dari beberapa sumber referensi. Adapun rumusan strategi yang dirumuskan menggunakan analisa SWOT telah dirangkum sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1 berikut: C36. 4

Gambar 1. Rumusan Strategi Pengembangan Sektor Industri dalam Rangka Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo () 2.5. Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Penentuan prioritas strategi pengembangan sektor industri dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo dilakukan menggunakan analisis AHP. Menurut Saaty (1990) [8], AHP merupakan suatu metode untuk memecahkan situasi yang komplek dan tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dalam mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Hasil akhir dari pembobotan strategi menggunakan AHP tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Output Penskoringan Strategi menggunakan AHP Variabel Strategi Bobot Nilai Ekspor Meningkatkan kondusifitas bagi dunia usaha di Sidoarjo melalui 0,214 kemudahan perijinan Meningkatkan produksi sektor potensial 0,163 Meningkatkan kelancaran distribusi barang untuk kegiatan ekspor 0,151 Merumuskan kebijakan ekspor yang berkelanjutan 0,125 Meningkatkan kemampuan pemanfaatan teknologi untuk 0,089 mengembangkan produk baru dalam rangka memenuhi kebutuhan akan produk industri Tenaga Kerja Meningkatkan kualitas SDM melalui ketersediaan pendidikan formal, 0,079 pelatihan serta sertifikasi profesional Memberikan kemudahan akses pemodalan bagi UKM agar dapat 0,053 menyerap banyak tenaga kerja Memaksimalkan penyerapan tenaga kerja untuk sektor industri 0,035 UMK Merumuskan kebijakan untuk memaksimalkan penyerapan tenaga 0,030 kerja lokal Meningkatkan efisiensi dan strategi perusahaan 0,013 Jumlah Meningkatkan program bantuan kewirausahaan mikro bagi masyarakat 0,028 Penduduk tidak mampu dan pengangguran Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara lebih merata sehingga 0,010 menurunkan ketimpangan antar golongan di masyarakat Memaksimalkan kontribusi masyarakat dalam pembangunan 0,009 Sumber: Hasil olahan AHP oleh Farikha, 2016 C36. 5

3. Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: 1. Sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Sidoarjo dimana sektor tersebut merupakan sektor basis dengan tingkat daya saing yang baik, tingkat pertumbuhan yang baik, serta merupakan sektor yang progresif jika dibandingkan dengan sektor lainnya. 2. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB adalah jumlah penduduk, tenaga kerja, nilai ekspor dan UMK yang telah memenuhi uji estimasi dan asumsi klasik serta uji kelayakan model dengan nilai prob. F hitung (sig) dan prob. t hitung (sig.) lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. 3. Dirumuskan 13 (tiga belas) strategi yang dihasilkan melalui analisa SWOT dimana strategi tersebut mengacu pada 4 (empat) variabel yang berpengaruh hasil dari regresi. Keempat variabel dan ketigabelas strategi tersebut telah diskoringkan menggunakan analisis AHP dengan nilai bobot variabel pengembangan utama adalah nilai ekspor (bobot 61,1%), tenaga kerja (22,5%), UMK (8,5%), dan jumlah penduduk (7,9%) dan dengan strategi utama berupa meningkatkan kondusifitas bagi dunia usaha di Sidoarjo melalui kemudahan perijinan. Daftar Pustaka [1]. Arsyad, L. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE). [2]. Sukirno, S. (2008). Teori Pengantar Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. [3]. Litawati, E. K., & Budiantara, I. N. (2013). Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(2), D123-D128. [4]. Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Erlangga, Jakarta. [5]. Hendayana, R. (2003). Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian, 12(1), 658-675 [6]. Freund, R. J., Wilson, W. J., & Sa, P. (2006). Regression analysis. Academic Press. [7]. Duncan, J. W., & Gross, A. C. (1993). Statistics for the 21st Century: Proposals for improving statistics for better decision making. [8]. Saaty, T. L. (1990). Decision making for leaders: the analytic hierarchy process for decisions in a complex world. RWS publications. C36. 6