BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT. Fajar Interpratama, 2011). Hal Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan di mulai dari kandungan, hingga dewasa yang didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erlangga, 2010), terj. Eka Widayati, hlm Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. demikian, PAI memiliki peran strategis untuk menciptakan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengembangan ekstrakurikuler merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). 1 Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaan berada dalam proses yang berkesinambungan dalam jenjang pendidikan, semuanya saling berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Pendidikan merupakan sesuatu yang esensial bagi manusia, karena melalui pendidikan manusia akan mampu bertahan hidup melalui pengetahuan dan perubahan perilaku setelah mengalami proses pendidikan tersebut. Pendidikan tentunya akan terlaksana melalui proses pembelajaran, yaitu proses dimana terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. 2 Untuk menciptakan SDM yang berkualitas tidak hanya sekedar dibutuhkan dan diukur dengan pendidikan umum, pendidikan agama tetapi pendidik yang baik juga sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter manusia yang berpendidikan serta berkepribadian baik. Maka untuk menciptakan manusia berkualitas tentunya perlu keseimbangan antara pendidikan umum, agama dan pendidik sebagai pemeran utama dalam pembelajaran karena ketiganya merupakan suatu kesatuan dan saling berkaitan. Tujuan pendidikan agama Islam adalah menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai ilmu pengetahuan secara mendalam dan luas dalam pribadi peserta didik, sehingga akan terbentuk dalam dirinya sikap beriman dan bertaqwa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. 3 Pada jenjang menengah inilah 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam interkasi edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 22 2 Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media : Bandung, 2012, hlm.6. 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 11 1

2 Pendidikan Agama Islam mutlak harus diberikan dengan baik, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 4 Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari proses keseluruhan. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru. Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, perencanaan belajar, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. 5 Salah satu unsur penting dari proses pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru mempunyai tanggung jawab mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan tersebut, guru harus memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral maupun kebutuhan fisik peserta didik. 6 Guru agama islam sebagai salah satu komponen proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai pembimbing untuk membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau belajar agama islam artiya, guru pendidikan agama islam memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru dituntut untuk mempunyai sifat baik saat mengajar. 4 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 207 5 Rusman, Model - Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.58 6 Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005, hlm. 41

3 Sikap kehadiran guru dalam proses pengajaran masih tetap memegang peranan penting, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu memperlakukan anak didik dengan cara adil terutama dalam pembelajaran. Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma kedalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Dalam mengajar guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarang yang bisa merugikan anak didik seperti bersikap tidak adil dalam pembelajaran, karena pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan dimasa depannya. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik, terkadang dalam pembelajaran masih dilakukan penilaian secara subyektif. Jika sikap tersebut di biarkan, maka hal yang terjadi dapat mempengaruhi jiwa anak didik dalam belajar. 7 Karena pendidik dalam menilai tidak sesuai dengan kemampuan setiap anak didik. Bersikap adil itu penting dalam pembelajaran, oleh sebab itu seorang pendidik harus mengajarkan ilmunya berpedoman pada hukum-tertib dalam mendidik sesuai dengan tingkat potensi masing-masing anak. Orang yang adil adalah orang yang pandai menempatkan diri dan mengambil keputusan sesuai yang seharusnya, bukan sesuai dengan yang dia inginkan. 8 Sebab sebaik-baiknya keadilan adalah keadilan yang Allah tetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al-An aam ayat 115, yaitu : Artinya: Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al -Quraan) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah 7 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit, hlm. 4 8 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional (Melahirkan Murid Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan), Al-Mawardi Prima, Jakarta, 2012, hlm. 110

4 robah kalimat-kalimat-nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-An aam 6: 115). 9 Seperti halnya di lembaga pendidikan merupakan kegiatan praktis yang selalu berurusan dengan upaya pengembangan kepribadian manusia ke arah yang lebih baik lagi. Dan pendidikan pula merupakan usaha untuk membantu anak menemukan identitas diri dan mengembangkan segala kemampuan serta kreatifitasnya, maka pendidikan harus memperhatikan hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa membedakan latar belakang anak dari segi agama, ras, golongan, kelas sosial, maupun dari jenis kelamin. Lembaga pendidikan sekolah maupun madrasah melalui proses pembelajaran untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan siswa, dengan meningkatkan partisipasi dalam belajar dan bersifat inklusif dengan memberikan kesempatan secara adil dalam proses pembelajaran. Selama ini banyak guru yang tidak mengenal anak didiknya sendiri, tidak mengetahui karakter masing-masing anak, hal ini menyebabkan hubungan antara pendidik dan murid menjadi kurang baik. Anak didik yang dengan berbagai latar belakang tentu membawa karakter yang berbeda. Ada anak yang sensitif, tetapi ada juga yang berkemauan keras, ada anak yang pendiem hebat tetapi suka jail, tukang ramai, ada juga yang ngantukan sehingga suka tidur di kelas. 10 Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk bisa memahami kepribadian anak didiknya, dengan cara mengenali karakteristik anak didiknya satu persatu. Namun, yang terjadi malah justru sebaliknya. Banyak guru yang tidak mengetahui karakter masing-masing anak yang diajarnya. Akibatnya masih banyak guru yang melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dalam mengajar. Kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa. 9 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Pustaka Amani, Jakarta, 2002, hlm. 192 10 Nini Subini, Awas Jangan Jadi Guru Karbitan (Kesalahan-Ksalahan Guru dalam Pendidikan dan Pembelajaran), Buku Kita, Jakarta, 2012, hlm. 112

5 Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik dimasa yang akan datang. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu bersikap adil kepada siswa. Pada dasarnya guru yang berlaku diskriminatif dapat ditelusuri penyebabnya yaitu diantaranya; Sikap seorang guru yang tidak adil ini disebabkan karena menganggap diri sebagai penguasa, membedakan murid yang cerdas dan kurang cerdas, dan murid berasal dari keluarga kaya atau anak seorang pejabat. 11 Sikap ketidakadilan yang disebabkan oleh beberapa faktor tersebut, jika dikembangkan akan melahirkan sikapsikap tidak adil terhadap siswa. Sikap guru yang seperti itu dapat memunculkan perlawanan dari siswa baik secara terbuka maupun tersembunyi. Jika kondisi ini dipelihara yang terjadi adalah situasi kelas yang tidak kondusif dan kering karena penyebab perilaku guru yang tidak adil tersebut. Masalah ketidakadilan seorang guru yang banyak terjadi dalam pembelajaran yakni dalam proses belajar mengajar, yang mana dalam mengajar pendidik lebih memperhatikan siswa yang pandai, berprestasi dibanding siswa biasa atau yang memiliki kemampuan di bawah standar, bahkan siswa yang sering membuat masalah di dalam kelas, hal ini malah menjadi sasaran untuk bahan tertawaan karena banyaknya hukuman atau tugas yang di berikan tidak sesuai dengan masalah yang di lakukan. Sudah selayaknya guru menghindari sikap tidak adil kepada siswa, karena jika hal itu terjadi maka disamping tidak di senangi, murid juga akan tidak senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru. Untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, maka perlu adanya profil guru yang adil dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru sebaiknya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, 11 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Diva Press, Yogyakarta, 2011, hlm. 168-170

6 sabar, berusaha menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik, menarik serta memperlakukan siswa secara adil, sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Ada indikasi bahwa perilaku guru yang tidak adil kepada siswa dalam pembelajaran, bukan karena guru mempunyai sikap pilih kasih (tidak adil) kepada siswa. Hanya saja, ada hal yang mempengaruhi atau menyebabkan guru untuk berat sebelah atau bersikap tidak adil. Sehingga hal tersebut membuat siswa tidak semangat dan bersungguh - sungguh dalam mengikuti pelajarannya. Masalah seperti ini banyak dialami siswa terutama dalam pembelajaran, bila guru memperlakukan siswa secara adil tentu akan membuat siswa senang dan bersemangat untuk belajar, karena merasa bahwa guru telah memberikan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka tanpa pilih kasih. Melihat permasalahan yang terjadi, upaya yang dilakukan adalah memperbaiki cara berfikir dan sikap seorang guru, bahwa semua siswa berhak mendapatkan pengajaran maupun pelayanan secara adil dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kamampuan dari masing-masing siswa. SMP Negeri 2 Wonosalam merupakan lembaga pendidikan umum yang mana dari beberapa rumpun mata pelajaran, hanya terdapat satu mata pelajaran agama. Oleh karena itu, menjadi guru PAI tidak mudah karena menyangkut dengan kepribadian maupun keagamaan siswa. Profil pendidik agama berarti gambaran yang jelas mengenai nilai (perilaku) yang ditampilkan oleh pendidik agama islam selama mengajar di dalam kelas, maka perlakuan adil guru terhadap siswa juga menjadi hal yang paling penting dalam mengajar karena menyangkut dengan siswa. Dengan adanya profil guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam diharapkan dapat membangun peserta didik untuk lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Berdasarkan kenyataan inilah, maka peneliti tertarik untuk mengulas dan mengkaji

7 dalam bentuk penelitian dengan judul: Profil Guru PAI yang Adil dalam Pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak Tahun Pelajaran 2016/2017 B. Fokus Penelitian Peneliti membuat fokus penelitian sebagai batasan agar permasalahan tidak meluas dan membuat penelitian menjadi tidak valid dan tidak reliable. Penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengamatan, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih sementara dan akan berkembang setelah peneliti di lapangan. 12 Berpijak dari kerangka dasar diatas yang mempunyai objek penelitian yang sangat luas, maka disini peneliti memberikan batasanbatasan penelitian untuk mempertegas arah yang dituju dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah profil guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana profil guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat mewujudkan guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak Tahun Pelajaran 2016/2017? 12 Sugiyono, Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D), Alfabeta, Bandung, 2006, hlm. 396.

8 D. Tujuan Penelitian Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu direncanakan tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam melaksanakan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui profil guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat mewujudkan guru PAI yang adil dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Wonosalam Demak Tahun Pelajaran 2016/2017. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun beberapa manfaat yang dapat ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Segi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dalam rangka usaha-usaha pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan profil guru PAI yang adil dalam pembelajaran. 2. Segi Praktis Manfaat Praktis yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: a. Bagi lembaga pendidikan Dapat dijadikan suatu masukan bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan dan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam usaha untuk meningkatkan sikap keteladanan para guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. b. Bagi pendidik Memberikan masukan kepada pendidik dan terbentuknya sebuah kesadaran dalam diri seorang guru, bahwa dalam mengajar hendaknya berlaku adil terhadap semua peserta didik baik itu dari tingkat rendah, menengah maupun atas.

9 c. Bagi peserta didik Diharapkan dengan adanya profil guru yang adil dalam pembelajaran dapat meningkatkan ketekunan belajar siswa, dan siswa bisa memperhatikan keseluruhan proses pengajaran di dalam kelas dengan baik.