BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab keadaan ekonomi yang belum stabil dan banyaknya orang yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. C. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan pengembangan bagi ilmu psikologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan masyarakat yang sering mengunjungi mall atau plaza serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. erat kaitannya dengan lingkungan kampus, menemukan bahwa terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia malam. Dua patah kata ini rasanya semakin sering beredar di telinga kita,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Internet dan media sosial sangat membantu suatu produk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. fisik (SWA dalam Bhagyarta & Dharmayanti, 2011). Semakin bertumbuhnya

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB II GEJALA SHOPAHOLIC DI KALANGAN MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja yang berlangsung antara tahun merupakan suatu

teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kantor, di pusat perbelanjaan, di kampus dan di tempat-tempat umum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. mobil mengenai gaya hidup hedonis dalam film street society (2014).

BAB I PENDAHULUAN. dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan saat ini yang menawarkan begitu banyak fasilitas melalui berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Masyarakat yang dulunya menganggap bahwa memiliki mobil adalah kebutuhan tersier kini hal tersebut menjadi kebutuhan primer, tidak hanya mobil tapi barang-barang yang dulunya dianggap tidak penting kini menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat (Tambunan, 2001). Kebiasaan dan gaya hidup masyarakat cepat sekali berubah, kini masyarakat cenderung memiliki pola hidup yang selalu mengikuti arus perkembangan jaman. Apa yang menjadi tren saat ini akan segera diikuti, jika mereka tidak mengikutinya maka mereka dianggap ketinggalan jaman oleh kelompok atau lingkungan mereka. Individu yang paling mudah terpengaruh oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya adalah remaja. Mereka sangat antusias terhadap perkembangan tren yang sedang digemari. Gaya hidup yang dijalani cenderung mengarah pada kebiasaan hidup glamour, senang menghamburkan uang, dan hanya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang (Wijaya, 1999). Coleman (dalam Nugrahani, 2003) membuktikan dalam penelitiannya bahwa kecenderungan gaya hidup remaja mengarah pada gaya hidup hedonis dapat dilihat dari dominannya budaya anak muda yang senang pesta, bermobil,

2 punya banyak teman yang senang hura-hura dan sebagainya. Selain itu Kunto (1999) mengemukakan tentang hal yang berkaitan dengan gejala hedonisme bahwa generasi yang paling mudah terpengaruh oleh hedonisme adalah remaja. Gaya hidup yang digambarkan di atas disebut dengan gaya hidup hedonis yaitu gaya hidup yang mempunyai tujuan untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia (Kuswandono, 2003). Kuswandono menambahkan bahwa hedonisme merupakan faham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Kegiatan yang dilakukan remaja yang mencerminkan hedonisme, yaitu sering jalan-jalan ke mall, ke bioskop, ke diskotik, pesta mode, dan kegiatan hiburan dan hura-hura lainnya. Bahkan ada juga kegiatan negatif yang dilakukan oleh remaja, yaitu menggunakan obat bius, XTC, minuman keras, dan pornografi. Remaja memang dalam keadaan yang labil dan senang mencoba hal-hal yang baru (Kunto, 1999). Berkaitan dengan manfaat hedonik Vinson dan Munson (Engel, 1983) mengukur nilai-nilai yang dianut mahasiswa dan membandingkannya dengan ukuran serupa dari nilai-nilai orang tua yang dalam hal ini berhubungan dengan mobil. Para peneliti menyimpulkan bahwa orang tua menekankan sifat yang menandakan ciri utilitarian atau fungsional yang dihubungkan dengan kepemilikan mobil, misalnya kualitas garansi servis yang diperlukan dan penanganan. Sementara mahasiswa lebih memperhatikan ciri estetika dan ciri yang dapat diamati secara sosial seperti gaya, prestise, dan interior yang mewah. Hedonisme merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas karena gaya hidup hedonis merupakan wujud ekspresi dari perilaku eksperimental yang

3 dimiliki remaja untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Gambaran mengenai kecenderungan gaya hidup hedonis tersebut menampakkan ciri khas pada remaja antara lain dengan selalu mengerjakan aktivitas maupun minatnya dengan cara berkelompok (Kusumanugraha, 2003). Hal ini dikarenakan remaja memiliki kecenderungan untuk mendapatkan penerimaan dari kelompoknya, sehingga akan berdampak pada timbulnya konformitas. Menurut Palmer (dalam Surya,1999) keinginan remaja untuk selalu berada dan diterima dalam kelompoknya tersebut akan mengakibatkan remaja bersikap konformis terhadap kelompoknya, termasuk dalam hal nilai yang meliputi aturan, norma, kebiasaan, minat, dan budaya teman kelompok. Menurut Kartono dan Gulo (1987) konformitas adalah kecenderungan untuk dipengaruhi oleh kelompok dan tidak menetang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok, sehingga untuk mempertahankan gengsi agar individu diakui teman-temannya mereka berusaha mengikuti tuntutan-tuntutan dari kelompok tersebut. Untuk mengikuti gengsi tidak akan pernah ada habisnya dan pengorbanan untuk memenuhi gengsi tersebut tidak sedikit. Armando (2005) berpendapat apabila dalam kelompok tersebut menganut gaya hidup hedonis maka anggota dalam kelompok tersebut akan mengikutinya. Sears, dkk (1994) mengatakan bahwa konformitas adalah bila orang-orang menyesuaikan diri meskipun mereka menentang persepsinya sendiri. Dapat dikatakan pula bahwa konformitas merupakan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang untuk memenuhi tuntutan kelompok meskipun hal tersebut bertentangan dengan persepsinya sendiri.

4 Bagi remaja menganut gaya hidup seperti ini merupakan cara tepat untuk dapat ikut dalam kehidupan kelompok sosial yang diidamkan, selain itu remaja tidak bisa lepas dari gaya hidup. Remaja dan klub mobil merupakan salah satu contoh komunitas yang sepertinya tidak pernah dipusingkan dengan masalah uang, kegiatan yang dilakukan mengarah pada hedonisme, setiap malam minggu nongkrong, makan di kafe atau restaurant fast food, atau menghabiskan waktu di MUSRO atau lebih dikenal dengan diskotik (dalam Harjanti, 2003). Menurut Hasan (dalam Trihastuti, 2004) remaja mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang in, remaja cenderung mengikuti mode yang sedang beredar. Misalnya saja dalam suatu klub mobil, mereka senang ke MUSRO bila ada anggotanya yang belum pernah kesana maka akan diejek dan dianggap tidak gaul atau dalam kepemilikan barang seperti handphone kini yang menjadi tren adalah handphone polyphonic, PDA, kamera digital, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang memiliki handphone lebih dari satu. Sandy (2005) melanjutkan bahwa tren remaja saat sekarang, yang berkaitan dengan modifikasi mobil juga berpengaruh dalam meningkatkan harga diri mereka misalnya mereka menggunakan merk ternama dalam memodifikasi audio, velg mobil, body kit, sunroof, dan sebagainya. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan cara mereka untuk menunjukkan jati diri mereka dan juga ingin mengekspresikan apa yang ada dalam diri mereka, mereka ingin kehadiran mereka diakui sebagai anggota dari kelompok yang mereka idamkan. Dalam usaha tersebut remaja berusaha membentuk citra atau gambaran tentang dirinya dan upaya ini terakumulasi dalam

5 suatu konsep yang berisikan gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya (dalam Harjanti, 2003). Konsep diri ideal pada awalnya mengikuti pola yang digariskan oleh orang tua, guru dan orang-orang di lingkungannya. Kemudian dengan meluasnya cakrawala, juga mengikuti pola atau tokoh-tokoh yang di baca atau di dengar. Dari sumber-sumber yang banyak ini, anak membangun ego-ideal, dimana egoideal ini meliputi sifat-sifat yang dikagumi oleh kelompok. Hurlock (2001) juga mengemukakan jika kesempatan mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangannya tersebut kurang, maka mengakibatkan remaja merasa ditolak oleh lingkungannya oleh karena itu remaja akan mempertahankan diri dengan cara yang menyimpang, mempertahankan gambaran diri yang palsu, mengakibatkan remaja mengembangkan konsep diri secara negatif. Hurlock (1990) mengemukakan dua tingkatan konsep diri yaitu pertama konsep diri positif, individu mengembangkan sifat-sifat seperti percaya diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realistik. Kemudian menilai hubungan orang lain secara tepat dan ini menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. Kedua konsep diri negatif, individu akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Merasa ragu dan kurang percaya diri, hal ini menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk. Menurut Rogers (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) konsep diri mencerminkan persepsi seseorang terhadap dirinya secara keseluruhan. Secara lebih rinci Rice (1993) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan suatu bentuk

6 kesadaran, persepsi kognitif, dan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Magill (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) proses perkembangan konsep diri secara psikologis terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu pertama self perception, merupakan suatu proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik kesimpulan berdasarkan observasinya sendiri terhadap sikap dan kepercayaannya mengenai berbagai hal yang dihadapi. Kedua reflected appraisal, suatu proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik kesimpulan tentang dirinya berdasarkan reaksinya terhadap pendapat atau pandangan orang lain mengenai dirinya. Ketiga social comparison, merupakan proses evaluasi diri yang berhubungan dengan kelompok referensi atau orang-orang yang bermakna dalam kehidupan individu. Menurut Armstrong (dalam Nugrahani, 2003) gaya hidup hedonis dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu konsep diri. Selain itu Armstrong juga menyatakan konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yang akan menjadi awal perilaku. Gaya hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh konsep diri tetapi juga dipengaruhi oleh kelompok dimana individu tersebut berinteraksi. Apabila kita lihat dalam kesehariannya remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-teman kelompoknya, maka dapat dimengerti jika pengaruh teman terhadap sikap pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku sangat besar (Hurlock, 2001). Misalnya dalam kelompok tersebut memiliki kecenderungan gaya hidup hedonis,

7 maka mereka berusaha mengikuti agar dapat diterima dalam kelompok tersebut. Demikian pula bila anggota dalam kelompok melakukan kegiatan bakti sosial, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memepedulikan perasaan mereka. Selain itu pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan, penerimaan dan pengakuan dari orang lain yang akan membawa dampak pada diri seseorang, yaitu perasaan bahwa dirinya berharga dan diakui. Orang yang merasa kurang dihargai, dihina, atau dipandang rendah oleh orang lain akan berusaha mencari jalan untuk mempertahankan harga dirinya (Daradjat, dalam Trihastuti, 2004). Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih mudah untuk mengikuti kelompoknya hal ini dikarenakan individu merasa kurang nyaman dengan dirinya dan dia tidak ingin ditolak oleh lingkungannya. Hal ini nantinya akan menimbulkan sifat konformis dalam diri individu (Monks dkk, 1985). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dan harga diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja gaul? untuk itu penulis ingin meneliti hal tersebut dengan judul : Hubungan Antara Konsep Diri dan Konformitas dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja Klub Mobil Trakinaz. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja.

8 2. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis pada remaja. 3. Untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan gaya hidup hedonis pada remaja. 4. Untuk mengetahui tingkat gaya hidup hedonis pada subjek penelitian (remaja). 5. Untuk mengetahui tingkat konsep diri pada subjek penelitian (remaja). 6. Untuk mengetahui tingkat konformitas pada subjek penelitian (remaja). C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai konsep diri, konformitas, dan gaya hidup hedonis dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan ataupun studi psikologi pada umumnya. 2. Secara praktis, bila hipotesis terbukti : a. Bagi remaja yang bersangkutan diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang gaya hidup hedonis dan memberi masukan agar mereka dapat mengerti arti hidup yang sesungguhnya bahwa hidup tidak hanya berisikan kenikmatan semata.

9 b. Bagi orang tua yang memiliki anak remaja diharapkan dapat lebih peka terhadap cara pergaulan anak mereka. Agar remaja tidak mudah terpengaruh dalam pergaulan negatif. c. Bagi pendidik dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam membantu mengarahkan pola perilaku yang lebih produktif dan kreatif, sehingga nantinya dapat membentuk gaya hidup yang kreatif dan produktif.

10