I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL TC DAN MAM MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ini pihak-pihak yang terlibat adalah guru dan para siswa. Guru. siswa bertugas mengikuti pembelajaran dari guru.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya proses pendidikan, mengembangkan kepribadian,

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. syarat untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini masih dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan undang-undang pendidikan nasional serta undang-undang guru. Namun, sampai saat ini semua usaha-usaha tersebut belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu pendidikan Indonesia. Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu upayanya adalah dengan merubah atau memperbaiki kurikulum. Secara umum definisi kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Kurikulum yang saat ini diterapkan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sentralistik menjadi desentralistik, disusun oleh

2 satuan pendidikan (sekolah) masing masing. KTSP dapat memberikan keleluasaan berkreasi bagi satuan pendidikan, membentuk diferensiasi untuk berkompetisi menuju pendidikan Indonesia yang lebih baik. Mengingat adanya keberagaman etnis, budaya, kemampuan dan potensi daerah selama ini, belum terakomodir secara optimal dalam pengembangan kurikulum pendidikan nasional. Padahal keberagaman tersebut, merupakan aset yang dapat dikembangkan menjadi nilai nilai keunggulan nasional. Maka pembelajaran pada kurikulm KTSP tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Pembelajaran kreatif dan inovatif seharusnya dilakukan oleh guru dalam upaya menghasilkan peserta didik yang kreatif. Tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dilihat dari keberhasilan peserta didiknya sehingga dikatakan bahwa guru yang hebat ( great teacher) itu adalah guru yang dapat memberikan inspirasi bagi peserta didiknya. Kualitas pembelajaran dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas RI No. 41, 2007: 6). Apabila dicermati apa yang dikemukakan dalam Permendiknas tersebut

3 menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menetukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Menurut hasil observasi awal terhadap beberapa indikator aktivitas belajar siswa pada kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung pada mata pelajaran IPS Terpadu di sembilan kelas, keaktifan siswa di dalam kelas masih dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Penerapan Model Pembelajaran dan Keaktifan Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Penerapan Model Keaktifan Siswa Pembelajaran NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kelas VII A B C D E F G H I J K L M Jumlah Siswa 22 23 22 23 22 32 22 Jumlah Siswa yang Aktif 5 6 6 4 5 6 5 5 4 4 3 5 4 Presentase Konvensional Kooperatif 23,81 27,27 23,09 18,18,74 27,27 15,62 23,81 18,18 19,05 14,29 23,81 19,05 Jumlah 292 62,23 Sumber: Hasil Observasi Peneliti di SMP Negeri 12 Bandar Lampung

4 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMPN 12 Bandar Lampung, dapat diketahui masih banyak guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali serta mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru, sehingga guru lebih banyak menyampaikan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas sesuai perintah guru, hal ini membuat siswa bersifat pasif dan mengakibatkan kurangnya aktivitas belajar. Untuk mengatasi hal itu, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif di SMPN 12 Bandar Lampung belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat saat berlangsungnya pembelajaran, masih banyak siswa yang sibuk dengan kegiatannya masingmasing, seperti: (1) mengobrol dengan teman sebangkunya; (2) mengerjakan tugas mata pelajaran lain saat berlangsungnya mata pelajaran IPS Terpadu; dan (3) bermain handphone. Selain itu, masih ada siswa yang kurang antusias mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal ini menggambarkan bahwa minat belajar siswa masih terhadap mata pelajaran IPS Terpadu masih rendah. Pemilihan model pembelajaran juga harus memiliki pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, fasilitas yang tersedia, dan minat belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pembelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena

5 tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa dalam kelompok kooperatif saling membantu sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif dalam perkembangannya telah memiliki berbagai macam tipe. Beberapa diantaranya adalah Group Investigation (GI), Talking Chips, Jigsaw, Make a Match yang masingmasing tipe pembelajaran tersebut mempunyai perbedaan dalam kegiatan pembelajaran, bentuk kerjasama, peranan dan komunikasi antar siswa dan peran guru. Peneliti menerapkan dua model pembelajaran kooperatif, yaitu tipe Talking Chips dan Make a Match pada dua kelas. Pemilihan kedua model tersebut karena dianggap mampu memberikan peningkatan aktivitas belajar IPS Terpadu yang akan dikaitkan dengan minat belajar siswa. Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh sekolah. Bertitik tolak berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut hendak diteliti lebih lanjut dalam penelitian yang berjudul Studi Perbandingan Aktivitas

6 Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips dan Tipe Make A Match dengan Memperhatikan Minat Belajar. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut. 1. Masih banyak guru yang menggunakan metode langsung, yaitu menjelaskan, siswa mempraktikan dan mencatat materi pembelajaran. 2. Pembelajaran masih terpusat pada guru ( ordanary teacher), peran guru masih dominan. 3. Kondisi belajar mengajar di kelas masih monoton sehingga siswa merasa bosan. 4. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah. 5. Masih banyak siswa yang kurang antusias mengerjakan tugas dari guru. 6. Minat belajar siswa belum dijadikan dasar pembelajaran. 7. Belum pernah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Talking Chips dan Make a Match. C. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian jelas serta tidak meluas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan penelitian dibatasi pada.

7 1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe talking chips dan tipe make a match yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan cara mengkondisikan setiap siswanya untuk aktif berinteraksi dan bekerjasama pada suatu kelompok kecil pada pelajaran IPS Terpadu dengan memperhatikan minat belajar siswa pada pokok bahasan Kegiatan Pokok Ekonomi. 2. Aktivitas pembelajaran yang diukur pada penelitian ini adalah. a. Aktivitas lisan (oral activities), yang terdiri dari indikator: bertanya kepada teman atau guru, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. b. Kegiatan mendengarkan (listening aktivities), yang terdiri dari indikator: memperhatikan penjelasan guru. c. Kegiatan menulis ( writing aktivities), yang terdiri dari indikator: mengerjakan tugas, merangkum materi pembelajaran. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe make a match? 2. Apakah nilai rata-rata aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model

8 kooperatif tipe talking chips akan lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match? 3. Apakah nilai rata-rata aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking chips akan lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui perbedaan aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Mengetahui apakah nilai rata-rata aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajaraanya menggunakan model kooperatif tipe talking chips akan lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match. 3. Mengetahui apakah nilai rata-rata aktivitas belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajaraanya menggunakan model kooperatif tipe talking chips akan lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match.

9 4. Mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. F. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti. b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa. c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian lain. 2. Manfaat praktis a. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata pelajaran IPS Terpadu tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif yang tepat. b. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang relevan. c. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. d. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang pembelajaran.

10 G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2. 2. Objek penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, minat belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dan tipe Make a Match. 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 12 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2014/ 2015. 5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian Mata Pelajaran IPS Terpadu pada subtema Kegiatan Ekonomi Masyarakat.