BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha para pendidik yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Sesuai dengan pernyataan Toto Subroto (2000:4) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, agar tercipta kondisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cepat dari berjalan. Lari sprint menggunakan start atau tolakan jongkok,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu darinya.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan peranan penting dalam proses peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanila, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pedidikan jasmani pada dasarnya bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam uasaha pencapaian tujuan pembelajaran perlu diciptakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif secara total.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjaskes) adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan meningkatkan mutu pendidikan menuntut guru memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Yunani athon yang berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga

ABSTRAK. Kata Kunci : tolak peluru, Pembelajaran, modifikasi peluru, bola Kasti. A. Pendahuluan

MODEL PEMBELAJARAN ATLETIK DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEDAGOGIK PENJAS (ATHLETIC LEARNING MODEL SEE FROM PEDAGOGI PERSPEKTIVE)

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas. pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penddikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Seirama dengan kemajuan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar adalah suatu atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan karakter tersebut adalah melalui Pendidikan, Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidkan dalam arti luas berarti susatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. Di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN GERAK DASAR ATLETIK PADA

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar yang berkaitan dengan kebutuhan siswa sebaiknya diajarkan secara efektif melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga meyakinkan mereka bahwa tujuan belajar tersebut dapat dicapai. Nilai-nilai positif pendidikan jasmani tidak akan diperoleh begitu saja, tetapi harus direncanakan dan diusahakan. Peningkatan mutu pendidikan menurut guru memiliki kualifikasi tertentu dalam melaksanakan tugasnya sebagai yang diamatkan oleh undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan sebagai perannya dimasa yang akan datang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) memiliki fungsi yang strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia serta meningkatkan potensi pada diri anak.keberhasilan pendidikan di SD akan berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, karna di SD anak memproleh dasar dasar pengalaman belajar. Pendidikan akan kurang lengkap tanpa pendidikan jasmani, karna pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang mengutamakan aktifitas jasmani serta berperan dalam pembinaan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional, yang serasi, selaras, dan seimbang. Untuk mencapai hal tersebut, guru pendidikan jasmani di SD harus dapat menggunakan karakteristik anak, sehubungan dengan itu, kelemahan dalam pendidikan di SD bukan semata - mata pemilihan dan pengembangan materi yang memerlukan penyesuaian dengan keadaan siswa

SD, akan tetapi kelemahannya lebih banyak kepada pengembangan model pembelajaran.hal ini disebabkan karna masih banyak guru-guru SD yang menggunakan gaya mengajar tradidional, gaya pembelajaran pendidikan jasmani yang menekankan pada Teacher Centered anak tidak diberikan kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya, peran guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran,semua berdasarkan perintah guru, sehingga anak hampir tidak pernah melakukan keinginannya sesuai dengan inisiatifnya sendiri. Akibatnya, proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.sikap anak didik yang positif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran penjaskes salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan variasi pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guru harus menguasai materi yang akan diajarkan dan bagaimana cara penyampaiannya pada siswa. Cara penyampaian dengan satu arah akan membingungkan siswa, karna siswa akan menjadi pasif (bersifat menerima saja) tentang apa yang dipelajarinya, materi abstrak tidak bermakna, sehingga proses belajar penjas akan membosankan. Pelajaran atletik adalah pelajaran yang kurang diminati oleh umum, termasuk oleh siswa. Daya minat siswa lebih banyak kepada olahraga permainan. Dengan begitu upaya yang harus dilakukan adalah menyajikan aktifitas atletik kedalam situasi bermain yang menyenangkan. Dalam kegiatan olahraga atletik mencakup unsur gerak yang sangat kompleks dan gerakannya semakin lama semakin bervariasi selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan.gerakangerakan yang ada dalam pembelajaran atletik merupakan gerak-gerak dasar pada semua cabang

olahraga yang lain, karna dalam olahraga atletik terdapat unsur-unsur jalan, lari, lempar, dan lompat. Yoyo Bahagia, dkk (2000:1) mengemukakan bahwa Atletik merupakan salah satu materi dalam pembelajaran penjas yang wajib diberikan kepada siswa SD, SMP, dan SMA, sedangkan bagi mahasiswa fakultas pendidikan olahraga dan kesehatan atletik merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil. Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa nomor lari seperti yang dikemukakan oleh Syarifuddin (1992:40) menjelaskan bahwa nomor lari terdiri dari (3) bagian besar yaitu: (1) Nomor lari jarak pendek (Sprint), (2) Nomor lari jarak menengah (middle distance running), (3) Nomor lari jarak jauh (long distance running). Salah satu aktifitas fisik dalam program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang sudah cukup dikenal adalah lari sambung atau lari estafet. Lari sambung atau lari estafet adalah lari dengan sekencang kencangnya dengan membawa tongkat yang dilakukan secara bergantian dan berantai. Dalam satu regu terdiri dari empat orang pelari yaitu, pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, dan pelari keempat. Pada nomor lari sambung ada kekususan yang tidak akan dijumpai pada nomor lari yang lain yaitu, memindahkan tongkat sambil berlari dari pelari pertama kepelari berikutnya. Dalam perlombaan lari estafet, sering kali suatu regu dikalahkan oleh regu yang lainnya hanya karna kurang menguasai keterampilan gerak dalam memberi dan menerima tongkat dari satu pelari kepelari berikutnya. Bahkan, sering kali suatu regu didiskualifikasi hanya karena kesalahan dalam pemberian dan penerimaan tongkat di area pergantian tongkat. Suksesnya lari estafet sangat tergantung dari kelancaran pergantian tongkat. Pada nomor lari estafet terdapat unsur kejenuhan dan kelelahan yang mengakibatkan siswa menjadi malas untuk melakukan kegiatan tersebut terulang kembali. Hal ini ternyata

sebagai akibat dari kurang inofatifnya guru penjas dalam mengemas model dan strategi pembelajaran sehingga membuat siswa kurang senang dalam belajar penjas khususnya pelajaran atletik materi lari estafet, siswa juga kurang mengetahui teknik-teknik lari estafet, seperti: teknik start, teknik berlari, teknik memberi dan menerima tongkat, dan teknik memasuki garis finish. Dari observasi dan pengamatan peneliti serta konsultasi pada tanggal 12 Juni 2013 dengan guru penjas yang mengajar di SD 030290 Punguan Nauli, bapak Surbakti mengatakan bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik sangat rendah, khususnya pada materi lari estafet, hal ini berbanding terbalik dengan materi penjas olahraga permainan seperti bola kaki mini, bola voli, dan bola kasti. Hal tersebut mengakibatkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V SD Punguan Nauli yang jumlah siswanya 84 orang pada mata pelajaran penjas materi lari estafet rendah. Dari nilai rata-rata kelas menunjukkan ±70% belum mencapai ketuntasan belajar lari estafet. Besar nilai rata-rata siswa yang mendapat nilai di bawah 65 menjadi bukti konkrit bahwa hasil belajar siswa kelas V SD 030290 Punguan Nauli belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dari observasi peneliti di kelas V SD Punguan Nauli Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi, dalam praktek pembelajaran penjas atletik materi lari sambung yang dilakukan siswa, ternyata masih banyak siswa yang kurang mengerti dan salah dalam melakukan teknik dasar dalam lari estafet. Menurut wawancara peneliti terhadap beberapa siswa hal ini disebabkan karna cara mengajar guru yang masih bersifat Teacher Centered anak tidak diberikan kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya, peran guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran, semua berdasarkan perintah guru, sehingga anak hampir tida pernah melakukan keinginannya sesuai dengan inisiatifnya sendiri. Akibatnya, proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar, siswa menjadi pasif, di samping itu hal ini

juga disebabkan karna minimnya sarana dan prasarana di sekolah tersebut, akibat halaman sekolah SD 030290 Punguan Nauli yang dibagi dua oleh SMP Negeri 1 Sitinjo. Dengan alasan sedemikin rupa, maka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran penjas khususnya materi lari estafet tidak dapat tuntas, karna siswa siswi tidak memahami bagaimana sebenarnya dalam melakukan teknik lari estafet atau lari sambung, siswa siswi tidak memahami bagaimana teknik awalan, bagaimana teknik berlari, bagaimana teknik didalam memberikan tongkat estafet, bagaimana teknik menerima tongkat estafet, dan bagaimana teknik saat memasuki garis finish. Bahagia dan Suherman, (1999:21) mengatakan untuk menciptakan suatu perubahan kita perlu melakukan modifikasi dalam pengajaran. Pendekatan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi lain. Berdasarkan masalah diatas maka peneliti berusaha mencari formula bagaimana mengatasi kesenjangan ini agar pelajaran atletik khususnya lari estafet dapat diminati siswa sehingga diharapkan berpengaruh terhadap hasil peningkatan belajar siswa dan keterampilan dasar atletik dapat dikuasai oleh siswa sebagai bakal dasar untuk melakukan kegiatan olahraga lainnya. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru penjas dalam hal ini harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga memunculkan minat siswa untuk melakukannya. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi, maupun modifikasi dalam pembelajaran. Metode mengajar diartikan sebagai cara yang dipilih guru untuk berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran sehingga materi yang diajarkan dapat dikuasai anak dengan baik. Banyak metode atau gaya mengajar yang dapat

digunakan dalam pembelajaran penjas, metode yang digunakan sebaiknya metode pendekatan atau disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikan. Pendekatan bermain merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan Developmentally Appornate Practice (DAP) yang artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Melalui model pembelajaran pendekatan bermain ini para siswa diajak belajar dengan suasana hati yang gembira sehingga siswa merasa tidak dalam kondisi belajar tetapi seolah-olah para siswa berada dalam kondisi bermain yang sengaja diciptakan suasana pembelajaran dalam bentuk yang menyenangkan tanpa mengabaikan materi pokok dari lari estafet atau lari sambung. Yoyo Bahagia, dkk (2005:57), mengemukakan bahwa untuk bermain atletik tidak dikenal batas usia, Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi permainan atletik harusla merupakan pilihan terbaik untuk proses pembelajarannya, yang membedakannya hanyalah jenis permainan, berat rintangan, suatu permainan dilihat dari lamanya bermain, bobot permainan, serta kemampuan pemahaman anak untuk melakukannya. Model pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan bermain merupakan strategi yang baik dalam proses pembelajaran. Hingga dengan demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih cepat dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti akan meneliti aktifitas siswa dengan pendekatan bermain, karna menurut peneliti aktifitas ini tidak akan terlalu sulit untuk melakukannya dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Aktifitas permainan akan dibuat sedemikian rupa sehingga cocok dimainkan oleh anak SD Kelas V sehingga mampu meningkatkan hasil belajar lari estafet.

Dalam model pembelajaran pendekatan bermain ini anak tidak hanya belajar dan duduk mendengarkan guru memberikan materi, tetapi siswa terlibat langsung di dalam berbagai pelajaran yang membawa pada aktifitas tertentu dengan hasrat bergerak, semua potensi yang ada di sekitarnya atau lingkunganya dioptimalkan sehingga anak benar-benar menikmati suasana belajar yang menyenangkan dan gembira sehingga hasil pembelajaran lari estafet dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan diatas dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Estafet Melalui Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas V SD 030290 Punguan Nauli Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas,maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul antara lain : rendahnya minat belajar siswa dalam materi lari sambung yang berbanding terbalik dengan materi penjas olahraga permainan seperti bola kaki mini, bola voli, dan bola kasti, sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta gaya mengajar guru yang masih bersifat Teacher Centered anak tidak diberikan kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya, peran guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran, semua berdasarkan perintah guru, sehingga anak hampir tida pernah melakukan keinginannya sesuai dengan inisiatifnya sendiri. Akibatnya, proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar dan siswapun menjadi pasif.

C. Pembatasan Masalah Untuk lebih mengarahkan peneliti sehingga fokus dan spesifik maka masalah dibatasi hanya pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Estafet Melalui Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas V SD 030290 Punguan Nauli Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun Ajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari estafet pada siswa kelas V SD 030290 Punguan Nauli Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun Ajaran 2013/2014.? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan bermain terhadap peningkatan hasil belajar lari estafet pada siswa kelas V SD 030290 Punguan Nauli Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1) Menambah wawasan bagi peneliti dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih baik lagi terutama dalam hal peningkatan hasil belajar lari estafet bagi siswa. 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk guru SD 030290 Punguan Nauli kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi dalam menerapkan pembelajaran pendekatan bermain di sekolah.

3) Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa terutama dalam hal peningkatan hasil belajar lari estafet bagi siswa. 4) Sebagai bahan informasi dan pustaka untuk para peneliti-peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian.