Lestari dan Murhadi Pengaruh Nisbah Total Etanol - PKO...

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

PENDAHULUAN ABSTRACT. Diterima : 21 Agustus 2012 Disetujui : 12 September Korespondensi Penulis :

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis Asam dan Waktu Reaksi Pemanasan terhadap Karakteristik Produk Etanolisis PKO (Palm Kernel Oil)

Havita Dwi Anggasari 1) dan Murhadi 2) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2)

PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PRODUK FRAKSINASI DINGIN CAMPURAN CPO (CRUDE PALM OIL) DAN PKO (PALM KERNEL OIL)

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Y ij = µ + B i + ε ij

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III BAHAN DAN METODE

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

Bab III Bahan dan Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

FORMULIR DIREKTORI DOSEN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

II1 BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Transkripsi:

PENGARUH NISBAH TOTAL ETANOL PKO DAN WAKTU REAKSI TERHADAP RENDEMEN DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT (PKO) [The Effects of Ethanol PKO Ratio and Reaction Time on The Yield and Antibacterial Activities of Palm Kernel Oil Ethanolysis Products] Mairisa Lestari 1) dan Murhadi 2) 1) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Telp. 0721-781823; email : murhadi_thp@unila.ac.id ABSTRACT The purposes of this work were to find the effects of ethanol-pko ratio and reaction time on the yield and antibacterial activities of palm kernel oil ethanolysis products. The treatments were ratios of ethanolyisis mediums and duration of agitation. The medium treatments were ethanol 96% (NaOH 1%; w/w of oil) solution and PKO at ratio of 0,4; 0,7; 1,0; 1,3 and 1,6 (v/w) and the duration of agitation on a shaker at 300 rpm for 4, 6, 8, and 10 minutes. Antibacterial activities were tested using Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The results showed ethanol-pko ratio at 1,6 (v/w) effectively increased the yield of ethanolysis products for 4 up to 10 min, while the treatments at ratio of 0,4; 0,7; 1,0 (v/w) did not affect significantly, and at ratio of 1,3 (v/w) was optimum for 4 min. Ethanolysis products and their fractions for all treatments had antibacterial activities toward two bacteria (E. coli and S. aureus) with the average diameter of zone inhibition was 5,38 mm/15 mg. The optimum ethanol-pko ratio and time of reaction were 1,3 (v/w) and 10 minutes to produce ethanolysis products, primarily for fraction 1 (uper layer after fractionation). Keywords: Antibacterial activities, ethanolysis, Palm Kernel Oil PENDAHULUAN Perkembangan areal perkebunan, produksi dan industri pengolahan berbasis bahan baku buah kelapa sawit di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Luas areal perkebunan sawit di Indonesia periode 2000 sampai 2006 berturut-turut adalah: 4.158.077, 4.713.435, 5.067.058, 5.283.557, 5.284.723, 5.453.817, dan 6.074.926 hektar, sedangkan total produksi minyak sawit mentah (CPO) berturut-turut adalah: 7.000.508, 8.396.472, 9.622.345, 10.440.834, 10.830.389, 11.861.615, dan 13.390.807 ton (Anonim, 2007a). Sementara produksi minyak inti sawit (PKO) juga meningkat dengan produksi tahun 2000 sampai 2006 berturut-turut adalah: 1.400.102, 1.675.676, 1.831.069, 2.104.722, 2.267.271, 2.474.532 dan 2.792.059 ton (Anonim, 2007a). Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial untuk menunjang perkembangan industri kelapa sawit tersebut. Total luas areal sawit dari perkebunan besar swasta di Provinsi Lampung mencapai 60.467 Ha (2005) dan perkebunan besar negara mencapai 11.379 Ha (2005) terutama tersebar di Kabupaten Lampung Tengah (8.843,5 Ha; 2005) dan Lampung Utara (9.217 Ha; 2006), perkebunan besar swasta di Kabupaten Tulang Bawang (37.319 Ha; 2004) dan Way Kanan (Anonim, 2007b). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 95

Dengan semakin berkembangnya areal perkebunan kelapa sawit (perkebunan rakyat, BUMN atau swasta) yang diikuti dengan berkembangnya agroindustri pengolahan buah sawit untuk menghasilkan CPO sebagai bahan baku produk pangan dan non pangan (biodiesel), maka diperkirakan jumlah bungkil (inti sawit) yang dihasilkan juga meningkat jumlahnya. Peningkatan jumlah bungkil ini pun akan berdampak pada peningkatan jumlah produksi minyak inti sawit (PKO). Oleh karena itu, terdapat prospek untuk memanfaatkan hasil pengolahan bungkil sawit tersebut menjadi produk fungsional yang bernilai tinggi. Minyak inti sawit berwarna kuning, merupakan hasil dari ekstraksi daging buah biji (inti) sawit, mengandung asam lemak jenuh dalam jumlah yang tinggi yakni sekitar 82% yang didominasi oleh asam laurat (12:0) sekitar 48,2% dan asam miristat (14:0) sekitar 16,2% (Anonim, 2007c). Kandungan asam lemak dalam PKO berbeda dengan CPO karena kandungan asam lemak rantai menengah (C 12 dan C 14 ) dalam PKO lebih tinggi, sementara kandungan asam lemak jenuh dan tidak jenuh berantai panjang (C 16 dan C 18 ) jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan CPO. Salah satu produk fungsional turunan yang dapat dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit terutama minyak inti sawit adalah produk monodigliserida atau disingkat MG-DG. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa MG dari asam lemak rantai pendek dan menengah memiliki aktivitas antimikroba, sedangkan MG dari asam lemak rantai panjang jenuh ataupun tidak jenuh relatif tidak memiliki aktivitas antimikroba (Wang et al., 1993). Asam laurat dalam bentuk monolaurin dari minyak kelapa terbukti memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas (Mappiratu, 1999). Diketahui bahwa komposisi asam laurat PKO mirip dengan komposisi asam laurat pada minyak kelapa yaitu sekitar 50% (Weiss, 1985). Hasil penelitian Rangga et al. (2005) menunjukkan produk mono-digliserida yang dihasilkan dari PKO melalui reaksi gliserolisis memiliki aktivitas antibakteri terutama terhadap S. aureus dan E. coli. Hasil penelitian Hasanuddin et al., (2003) menunjukkan bahwa reaksi etanolisis terhadap trigliserida jauh lebih mudah dan cepat untuk menghasilkan digliserida dan etil ester pertama, dibandingkan dengan reaksi etanolisis terhadap digliserida untuk menghasilkan monogliserida dan etil ester kedua, khususnya pada waktu reaksi antara 1 sampai 5 menit dengan rasio etanol/cpo 0,25 (v/b). Sebaliknya pada waktu reaksi 5 sampai 8 menit digliserida untuk menghasilkan monogliserida dan etil ester ketiga, jauh lebih tinggi daripada etanolisis trigliserida. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diprediksi produk MG-DG dapat diproduksi dari minyak inti sawit dengan reaksi etanolisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nisbah etanol 96% - PKO dan waktu reaksi etanolisis terhadap rendemen produk etanolisis, rendemen fraksinya, daya aktivitas anti-e. Coli, dan daya anti-s. aureus dari produk etanolisis minyak inti sawit (PKO). BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan utama dalam penelitian ini adalah minyak inti sawit (PKO) yang diperoleh dari perusahaan pengolah PKO di Metro, Lampung. Bahan kimia terdiri dari Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 96

etanol teknis 96%, etanol p.a., NaOH, HCl teknis 35% dan aquades. Kultur bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli (ATCC 25922) dan Staphylococcus aureus (ATCC 25923), diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Provinsi Lampung. Media yang digunakan NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth). Alat-alat yang digunakan terdiri dari: magnetic stirrer, shaker, Erlenmeyer 250 ml, labu pemisah (separating funnel) 500 ml, corong Buchner, pompa vakum, timbangan analitik, kertas saring Whatman No. 42, rotavapor, lemari pendingin, sentrifuge, penangas air, otoklaf, mikropipet, inkubator 37 dan 47 o C, vorteks, pemanas listrik, jangka sorong dan alat-alat gelas penunjang. Rancangan dan Perlakuan Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri (S. aureus) produk etanolisis PKO dan fraksi-fraksinya. Penelitian utama dilaksanakan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan dua faktor perlakuan, terdiri dari perlakuan: (1) nisbah etanol 95% dan PKO yang terdiri dari 5 taraf, yaitu 0,4; 0,7; 1,0; 1,3 dan 1,6 (v/b); dan (2) waktu reaksi etanolisis, terdiri dari 4 taraf, yaitu 4, 6, 8 dan 10 menit. Data yang diperoleh selanjutnya akan diuji kesamaan ragamnya dengan Uji Bartlet. Kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey, serta analisis ragam untuk mendapatkan pendugaan ragam galat. Data selanjutnya dianalisis menggunakan polinomial ortogonal pada taraf 1% dan 5%. Persiapan Bahan Minyak inti sawit (PKO) diperoleh dari PTPN VII Bekri Lampung Tengah. PKO disaring (kertas saring Whatman No. 42) dengan bantuan corong Buchner dan pompa vakum sehingga dihasilkan PKO yang jernih. Kultur bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus) dari biakan agar miring atau stok bakteri diambil satu mata ose untuk membuat biakan agar miring baru, lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Kemudian stok agar miring tersebut disimpan dalam lemari pendingin sebagai stok bakteri. Prosedur Penelitian Prosedur pada penelitian pendahuluan dilakukan mengikuti metode Hasanuddin et al (2003) dengan modifikasi. Sebanyak 50 g PKO dicampur dengan 50 ml etanol 96% yang telah mengandung NaOH (1% b/b PKO) di dalam Erlenmayer 250 ml bertutup lalu goyang di atas shaker (300 rpm) selama 6 menit pada suhu ruang. Etanol sisa dipisahkan dalam labu pemisah, dicuci dengan akuades sampai lapisan air (bawah) relatif jernih, sehingga dihasilkan lapisan atas yang merupakan produk etanolisis kasar dari PKO. Selanjutnya dilakukan fraksinasi terhadap produk etanolisis PKO dengan cara pemusingan (sentrifuge) di dalam pelarut etanol p.a. (3 : 1; v/v) selama 30 menit pada kecepatan putar 4.000 rpm (Mappiratu, 1999 modifikasi; Rangga et al., 2005). Produk etanolisis dan fraksi-fraksi yang dihasilkan diuji aktivitas antibakterinya dengan bakteri S. aureus. Prosedur pada penelitian utama dilakukan sebagai berikut. Sejumlah (g) PKO dicampur dengan etanol 96% (ml) yang telah mengandung NaOH 1% (b/b basis berat PKO) dengan nisbah 0,4; 0,7; 1,0; 1,3; 1,6 (b/v) sehingga total campuran 100 ml di dalam Erlenmayer 250 ml bertutup dengan total volume reaksi etanolisis adalah 100 ml, lalu diletakkan di Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 97

atas shaker dengan kecepatan putar 300 rpm selama 4, 6, 8 dan 10 menit pada suhu ruang (28±1 o C). Reaksi dihentikan menggunakan larutan HCL 35% secara stokiometri (indikator pp). Etanol sisa dipisahkan dalam labu pemisah dengan cara mencucinya dengan aquades sebanyak tiga kali atau sampai lapisan air (bawah) jernih. Lapisan atas (produk etanolisis) dipisahkan, kemudian diletakkan dalam wadah yang telah dibersihkan untuk selanjutnya diamati. Nisbah etanol 96% (NaOH 1%) dengan PKO secara lengkap disajikan pada Tabel 1. Fraksinasi produk etanolisis dilakukan dengan metode relatif sama dengan penelitian pendahuluan. Produk etanolisis didinginkan lebih dahulu selama 30 menit di dalam lemari pendingin, lalu dilakukan pemusingan selama 15 menit pada kecepatan 4000 rpm (Mappiratu, 1999 modifikasi; Pitutur, 2005 modifikasi). Rendemen Produk Etanolisis dan Fraksinya Rendemen produk etanolisis PKO dihitung dengan cara membagi berat (g) masing-masing produk etanolisis dengan berat (g) PKO awal yang direaksikan, lalu dikali seratus persen. Rendemen fraksi yang dihasilkan dari produk etanolisis PKO dihitung dengan cara yang sama yaitu membagi berat (g) masing-masing fraksi hasil fraksinasi dengan berat (g) produk etanolisis, lalu dikali seratus persen. Tabel 1. Nisbah etanol 96% (NaOH 1%) dengan PKO Perlakuan PKO (g) Etanol 96% (ml) NaOH (g) Nisbah 0,4 71,4 28,6 0,714 Nisbah 0,7 58,8 41,2 0,588 Nisbah 1,0 50,0 50,0 0,500 Nisbah 1,3 43,5 56,5 0,435 Nisbah 1,6 38,5 61,5 0,385 Pengujian Aktivitas Antibakteri Setiap stok bakteri yang akan digunakan selalu disegarkan kembali di dalam medium NB steril selama 24 jam pada 37 o C, dihomogenkan dengan alat vorteks, lalu diinokulasikan sebanyak 20 µl ke dalam Erlenmeyer yang berisi 20 ml medium agar cair (NA, 44-45 o C) steril, dikocok merata, kemudian dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 5 lubang (sumur) secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm (seragam). Ke dalam tiap lubang, diinokulasi dengan 60 µl produk etanolisis PKO atau fraksinya yang telah diencerkan dengan etanol teknis (1: 3; b/v). Sebagai kontrol, diinokulasi sebanyak 60 µl pelarut pengencer (etanol 96%). Zona penghambatan yang diukur adalah radius (r, mm) penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37 o C. Pengukuran jari-jari (r, mm) zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat menggunakan jangka sorong (ketelitian 0.01 mm) pada beberapa sisi sumur uji, lalu dirata- Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 98

ratakan. Selanjutnya nilai diameter (d, mm) zona hambat hasil pengamatan langsung, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut, d = 2 x r (Gariga et al.,1983). Jika diperlukan untuk memperoleh nilai diameter zona hambat hasil konversi (d ) digunakan rumus d = 2.r (Murhadi, 2002) dengan persamaan berikut. r = [ (r 2 p + 2.r p.r s ) x F k + r 2 s ] - r s d = 2 (r ) Dimana, r = jari-jari (mm) zona hambat hasil konversi r p = jari-jari (mm) zona hambat hasil pengujian (pengukuran langsung) r s = jari-jari sumur uji (3.0 mm) + jari-jari zona hambat pengencer (r pk ) F k = adalah faktor koreksi pengenceran atau pemekatan d = diameter (mm ) zona hambat hasil konversi HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pemisahan produk etanolisis PKO menggunakan labu pemisah (separating chanel; Gambar 1A) menghasilkan produk etanolisis PKO dengan warna kuning seperti disajikan pada Gambar 1B. Selanjutnya produk etanolisis PKO difraksinasi sehingga dihasilkan Fraksi 1 (lapisan atas, putih kekuningan) dan Fraksi 2 (lapisan bawah, kuning cerah), seperti disajikan pada Gambar 1C. A B C Gambar 1. Proses pencucian produk etanolisis PKO menggunakan labu pemisah (separating funnel) 500 ml (A), Produk etanolisis PKO (B) dan hasil fraksinasi dingin dengan sentrifuge (C) Penelitian Pendahuluan Hasil pengujian daya anti-s. aureus terhadap produk etanolisis PKO dan fraksifraksinya disajikan pada Tabel 2. Aktivitas anti-s. aureus Fraksi 1 lebih tinggi (d = 10,90 mm) dibandingkan dengan aktivitas anti-s. aureu produk etanolisis PKO asal (8,40 mm), Fraksi 2 (6,60 mm) dan konrol Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 99

(etanol 96%; 4,20 mm). Oleh karena itu pada penelitian utama, khususnya untuk uji antibakteri digunakan Fraksi 1 dari hasil fraksinasi produk etanolisis PKO untuk semua perlakuan. Tabel 2. Diameter zona hambat (d, mm) produk etanolisis PKO, Fraksi 1 dan Fraksi 2 serta kontrol (etanol 96%) terhadap S. aureus No. Sampel Nilai d (mm) 1 Kontrol pengencer (etanol 96%) 4,2 2 Produk etanolisis PKO 8,4 3 Fraksi 1 atau lapisan atas 10,9 4 Fraksi 2 atau lapisan bawah 6,6 Rendeman Produk Etanolisis Nisbah etanol 96% - PKO dan waktu reaksi serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap rendemen produk etanolisis PKO. Hasil uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan hubungan antara nisbah etanol 96% - PKO terhadap persentase rendemen produk etanolisis bersifat gemaris. Hubungan antara nisbah etanol 96% - PKO dan waktu reaksi terhadap persentase rendemen produk etanolisis disajikan pada Gambar 2. P ersenta se rendem en (% ) 100 95 90 85 80 0 2 4 6 8 10 12 Waktu reaksi (menit) N1.3 N1.6 y (1.3) = -0.4588x + 92.957 R 2 = 0.074 y (1.6) = 1.3131x + 81.995 R 2 = 0.9054 Gambar 2. Hubungan antara nisbah etanol 96% (1,3 dan 1,6) dengan PKO dan waktu reaksi terhadap rendemen produk etanolisis Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 100

Peningkatan waktu reaksi etanolisis PKO mempengaruhi persentase rendemen produk etanolisis yang dihasilkan. Pada nisbah etanol 96% - PKO = 1,3 (v/b) peningkatan waktu reaksi menurunkan rendemen produk etanolisis, sedangkan pada nisbah 1,6 terjadi peningkatan rendemen etanolisis. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah etanol 96% yang direaksikan dengan PKO khususnya pada nisbah 1,6 efektif meningkatkan rendemen produk etanolisis sampai waktu reaksi selama 10 menit, sedangkan untuk nisbah 0,4; 0,7 dan 1,0 tidak berbeda nyata dan pada nisbah 1,3 waktu reaksi etanolisis justru optimal selama 4 menit. Rendemen Fraksi Produk Etanolisis Hasil analisis ragam Fraksi 1 menunjukkan bahwa nisbah etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen fraksi produk etanolisis dan hasil uji lanjut polinomial ortogonalnya menunjukkan hubungan antara nisbah etanol 96% dengan PKO terhadap rendemen Fraksi 1 bersifat gemaris dan kuadratik (Gambar 3). P e r s e n t a s e R e n d e m e n f r a k s i 1 ( % ) 75 60 45 30 15 0 0 2 4 6 8 10 12 y(0,4)= 1.3049x + 35.565 R 2 = 0.2396 y(0,7)= 1.0487x 2-13.255x + 82.816 R 2 = 0.9928 y(1,3) = 0.4824x 2-6.1442x + 67.113 R 2 = 0.8218 y(1,6) = 0.6092x + 54.5 R 2 = 0.0333 waktu reaksi N0.4 N0.7 N1.3 N1.6 Gambar 3. Hubungan antara nisbah etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis terhadap rendemen Fraksi 1 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 101

Waktu reaksi etanolisis mempengaruhi persentase rendemen Fraksi 1 produk etanolisis. Persentase rendemen Fraksi 1 yang dihasilkan pada perlakuan nisbah 0,4 dan nisbah 1,6 meningkat seiring dengan peningkatan waktu reaksi. Pada nisbah 0,7 dan nisbah 1,3 terjadi perubahan arah selama waktu reaksi sampai 10 menit. Pada waktu reaksi 4 menit persentase rendemen meningkat kemudian mengalami penurunan pada waktu reaksi 6 menit, selanjutnya persentase rendemen terus meningkat hingga waktu reaksi 10 menit. Perbedaan persentase rendemen Fraksi 1 pada tiap perlakuan nisbah etanol 96% dan PKO, diduga disebabkan oleh persentase komponen MG yang terkandung dalam produk etanolisis dan kemampuan komponen MG yang bersifat relatif polar untuk larut dalam etanol. Rendemen fraksi produk etanolisis adalah perbandingan antara berat fraksi terhadap berat produk etanolisis PKO dikali 100%. Produk etanolisis didinginkan selama 30 menit di dalam freezer kemudian dilakukan pemusingan dlam sentrifuge selama 30 menit pada kecepatan 4000 rpm. Penggunaan suhu dingin pada proses fraksinasi dilakukan untuk memperoleh fraksi dengan kandungan MG yang tinggi. Sedangkan penggunaan etanol sebagai pelarut didasarkan atas sifat polaritas komponen MG yang lebih tinggi dibandingkan dengan komponen TG, DG dan ALB. Polaritas pelarut yang digunakan harus disesuaikan dengan komponen target, sesuai dengan prinsip kelarutan like dissolve like yaitu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar (Houghton dan Raman, 1998). Dengan demikian diharapkan komponen MG akan terlarut dalam etanol, sedangkan komponen lainnya tidak terlarut atau paling tidak kelarutannya relatif terbatas (Mappiratu, 1999). Hasil analisis ragam Fraksi 2 menunjukkan bahwa nisbah etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen fraksi produk etanolisis dan uji lanjut polinomial ortogonalnya menunjukkan hubungan antara nisbah etanol 96% dengan PKO terhadap rendemen Fraksi 2 produk etanolisis bersifat gemaris (Gambar 4). Nisbah etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis memberikan pengaruh terhadap persentase Fraksi 2 produk etanolisis. Fraksi 2 merupakan fraksi lapisan bawah hasil fraksinasi produk etanolisis PKO. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nisbah etanol 96% dengan PKO pada nisbah 0,4; 1,0 dan 1,6 menyebabkan terjadinya penurunan rendemen Fraksi 2 yang berbanding lurus dengan waktu reaksi etanolisis, sedangkan pada nisbah 1,3 peningkatan waktu reaksi menyebabkan peningkatan rendemen Fraksi 2. Perbedaan rendemen fraksi tiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan komponen asam lemak jenuh terutama asam laurat yang terkandung dalam produk etanolisis PKO. Semakin banyak kandungan asam lemak jenuh yang mengendap maka semakin tinggi persentase rendemen Fraksi 2 yang dihasilkan. Menurut Stevenson et al. (1993) pada suhu rendah MG dapat membentuk endapan sehingga MG dapat diisolasi dari pelarut. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 102

P e r se nta se R e nde m e n F r a ksi 2 (% ) 75 60 45 30 15 0 0 2 4 6 8 10 12 waktu reaksi N0.4 N1.0 N1.3 N1.6 y(0,4) = -0.3458x + 71.439 R 2 = 0.0476 y (1,0) = 0.805x + 58.67 R 2 = 0.8669 y(1,3)= -1.4301x + 69.81 R 2 = 0.5436 y(1,6)= -0.4176x + 60.22 R 2 = 0.0912 Gambar 4. Hubungan antara nisbah etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis terhadap rendemen Fraksi 2 Aktivitas anti-escherichia coli Hasil analisis ragamnya menunjukkan bahwa rasio etanol 96% dengan PKO dan waktu reaksi etanolisis serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap aktivitas anti-e. coli. Uji Homogenitas Ragam diameter zona hambat Fraksi 1 terhadap S. aureus dan hasil uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan hubungan antara rasio etanol 96% dengan PKO terhadap aktivitas anti-e. coli selama waktu etanolisis 4 sampai 10 menit, bersifat gemaris (N0,7 dan N1,3) dan kuadratik (N1,6; Gambar 5). Nilai diameter zona hambat produk etanolisis (Fraksi 1) PKO dipengaruhi oleh rasio khususnya pada nisbah 0,7; 1,3 dan 1,6 dan waktu reaksi etanolisis selama 4 samai 10 menit menyebabkan peningkatan nilai diameter zona hambat Fraksi 1 terhadap E. coli. Escherichia colli merupakan bakteri Gram Negatif. Branden dan Davidson (1983) menyatakan bahwa bakteri Gram negatif mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap senyawa antimikroba dibandingkan bakteri Gram positif karena memiliki sistem seleksi terhadap zat-zat asing yaitu lapisan lipopolisakarida. Bakteri Gram negatif, cenderung lebih tahan terhadap komponen antibakteri karena struktur dinding sel bakteri Gram negatif relatif lebih kompleks bersifat nonpolar dan berlapis tiga yaitu: lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 1986). Menurut El-Masry et al. (2000) senyawa antibakteri dikatakan memiliki aktivitas antibakteri tinggi jika diameter penghambatan zona bening lebih dari 12 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 104

mm, dikatakan sedang jika diameter zona bening berkisar antara 6-12 mm dan sangat lemah atau tidak aktif jika diameter penghambatnnya < 6 m. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa produk etanolisis PKO memiliki aktivitas antibakteri yang relatif lemah. 12 Diameter Zona Hambat (mm/15mg Ekstrak) 10 8 6 4 2 0 y (1,6) = -1.6015x 2 + 8.1925x - 2.9632 R 2 = 0.4323 y (1,3) = 0.3383x + 3.2667 R 2 = 0.4807 y (0,7) = 0.1736x + 3.271 R 2 = 0.0421 4 6 8 10 Waktu Reaksi (menit) N0.7 N1.3 N1.6 Poly. (N1.6) Linear (N1.3) Linear (N0.7) Gambar 5. Hubungan antara rasio etanol 96% dengan PKO terhadap aktivitas anti-e. colli dari Fraksi 1 produk etanolisis PKO Aktivitas anti-staphylacoccus aureus Hasil analisis ragamnya menunjukkan bahwa waktu reaksi etanolisis PKO berpengaruh nyata terhadap aktivitas anti-s. aureus. Uji Homogenitas Ragam diameter zona hambat Fraksi 1 terhadap S. aureus dan hasil uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan hubungan antara rasio etanol 96% dengan PKO terhadap aktivitas anti-s. aureus bersifat kuadratik (Gambar 6). Peningkatan waktu reaksi memberikan pengaruh yang beragam (semua dengan fungsi kuadratik) terhadap nilai diameter zona hambat Staphylococcus aureus. Pada nisbah 1,3 peningkatan waktu reaksi etanolisis dari 4 hingga 10 menit diikuti peningkatan nilai diameter zona hambat secara konsisten, sedangkan pada nisbah 0,4 peningkatan optimum antara waktu reaksi etanolisis 6 sampai 8 menit. Sementara pada nisbah 0,7 dan 1,0 peningkatan waktu reaksi etanolisis diikuti dengan penurunan nilai diameter zona hambat Staphylococcus aureus. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 105

6 Diameter Zona Hambat (mm/15 mg ekstrak) 5 4 3 2 1 N0,4 N0,7 N1,0 N1,3 y (1,3)= -0.0305x 2 + 0.5224x + 3.2422 y (0,4)= -0.336x 2 + 1.7087x + 2.6557 R 2 = 0.3974 2 y (1,0) = 0.0967x - 1.138x + 5.5333 R 2 = 0.9513 R 2 = 0.5854 y (0,7)= 0.1667x 2-1.4x + 5.4167 R 2 = 0.9717 0 0 2 4 6 8 10 12 Waktu Reaksi (menit) Gambar 6. Hubungan antara rasio etanol 96% dengan PKO terhadap aktivitas anti- S.aureus dari Fraksi 1 produk etanolisis PKO Hasil penelitian Hasanuddin et al (2003) menunjukkan bahwa reaksi etanolisis terhadap trigliserida (TG) jauh lebih mudah dan cepat untuk menghasilkan DG dan etil ester pertama, dibandingkan dengan reaksi etanolisis terhadap DG untuk menghasilkan MG dan etil ester kedua,khususnya antara 1 sampai 5 menit dengan rasio etanol/cpo 0,25. Pada waktu reaksi 10 menit kandungan MG dan atau DG yang bersifat antibakteri lebih banyak dibandingkan pada waktu reaksi 4, 6 dan 8 menit. Pada waktu reaksi 4, 6 dan 8 menit kemungkinan reaksi etanolisis hanya mampu mengubah TG menghasilkan DG dan etil ester pertama. MG dan etil ester kedua diperoleh secara optimum pada waktu reaksi 10 menit. Besarnya nilai diameter zona hambat produk etanolisis ini juga dipengaruhi oleh struktur dinding sel. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif (Jay, 1996). Bakteri Gram positif cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri karena struktur dinding sel bakteri yang relatif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk menghabat pertumbuhannya (Pelezar dan Chan, 1986). Adanya monolaurin dalam produk etanolisis minyak inti sawit menyebabkan terjadinya kerusakan pada membran dengan cara merusak protein ekstraseluler, asam nukleat dan atau menurunkan aktivitas enzim tertentu. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 105

KESIMPULAN Jumlah etanol 96%(NaOH 1%) yang direaksikan dengan PKO khususnya pada nisbah 1,6 (v/b) efektif meningkatkan rendemen produk etanolisis sampai waktu reaksi selama 10 menit, sedangkan untuk nisbah 0,4; 0,7 dan 1,0 (v/b) tidak berbeda nyata dan pada nisbah 1,3 waktu reaksi etanolisis justru optimal selama 4 menit. Persentase rendemen Fraksi 1 yang dihasilkan pada perlakuan nisbah 0,4 dan 1,6 (v/b) meningkat seiring dengan peningkatan waktu reaksi. Pada waktu reaksi 4 menit persentase rendemen meningkat kemudian mengalami penurunan pada waktu reaksi 6 menit, selanjutnya persentase rendemen terus meningkat hingga waktu reaksi 10 menit untuk nisbah 0,7 dan 1,3 (v/b). Nisbah etanol 96% dengan PKO (0,4; 0,7; 1,0; 1,3 dan 1,6; v/b) dan waktu reaksi etanolisis (4, 6, 8 dan 10 menit) PKO berpengaruh nyata terhadap aktivitas anti- Staphylococcus aureus dan aktivitas anti- Escherichia coli. Kondisi optimum produksi produk etanolisis PKO khususnya Fraksi 1 melalui reaksi etanolisis yakni pada waktu reaksi 10 menit dan pada nisbah etanol 96% terhadap PKO adalah 1,3 (v/b). Rata-rata daya antibakteri produk etanolisis PKO terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli relatif masih rendah dengan kekuatan diameter zona hambat < 6 mm. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007a. Tanaman Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. Ditjenbun. Departemen pertanian RI. Jakarta.. 2007b. Road Map Pengembangan Komoditas Kelapa Sawit Provinsi Lampung. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.. 2007c. Palm Oil. www.google.com/wikipedia/chemical compotition. Diakses pada Tanggal 22 Februari 2007. Branen, A. L. and P.M. Davidson. 1983. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, Inc. New york. El-Masry, A.H., H.H. Fahmy, and S.H.A. Abdelwahed. 2000. Synthesis and antimicrobial activity of some new benzimidazole derivatives. J. of Molecules. 5:1429-1438. Gariga, M., M. Hugas, T. Aymerich, and J.M. Monfort. 1983. Bacteriogenic activity of lactobacilli from fermented sausage. App. Bacteriol. 75:142-148. Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Hutomo. 2003. Pola perubahan mono dan diasilgliserol dalam reaksi etanolisis minyak sawit mentah. J. Teknol. dan Industri Pangan. XIV(3):241-246. Houghton, P.J. and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook For the Fractination of Natural Extract. Chapman and Hall. London. Jay, M.J. 1996. Modern Food Microbiology. 5Th ed. Chapman and Hall Book. New York. Mappiratu. 1999. Penggunaan Biokatalis Dedak Padi dalam Biosintesis Antimikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 106

Murhadi. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Komponen Antibakteri dari Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Pitutur. 2005. Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Gliserolisis Minyak Inti Sawit Menggunakan Dedak Padi Kasar. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. Pelezar, M.J. and E.C.S. Chan. 1986. Microbiology. McGraw Hill Co. New York. Rangga, A., Murhadi, F. Nuraeni, dan Pitutur. 2005. Produksi dan Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Gliserolisis dari Minyak Inti Sawit (PKO). Makalah Seminar Nasional Research and Studies TPSDP Dikti Depdiknas. Mei 2005. Yogyakarta. Stevenson, D.E., A.S. Roger and H.F. Richard. 1993. Glycerolysis of Tallow with Immobilized Lipase. J. Biotechnology. 15(10):1043-1048. Wang, L.L., B.K. Yang, K.L. Parkin, and E.A. Johnson. 1993. Inhibition of Listeria monocytogenes by monoacylglyceros synthesized from coconut oil and milk fat by lipasecatalyzed glycerolysis. J. Agric. Food Chem. 41:1000-1005. Weiss, T.J. 1985. Food Oils and Their Uses. AVI Publ. Co., Inc. Westport, Connecticut. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 107