HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAANAN BARU KECAMATAN MOTOLING BARAT Indri Tewu*, Maureen I. Punuh*,Rudolf B. Purba* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sebagian besar dari kabupaten yang ada di Indonesia mempunyai permasalahan gizi yang bersifat akutkronis oleh karena itu upaya perbaikan gizi bukan hanya bersifat spesifik namun juga bersifat sensitive. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskemas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat pada bulan April sampai bulan mei 2017. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang berumur 6-12 bulan berjumlah 61 bayi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi pada bayi berdasarkan indeks BB/U memiliki nilai p = 0,676 (P value > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi pada bayi berdasarkan indeks PB/U memiliki nilai p = 0,164 (P value > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerian ASI Eksklusif dengan status gizi bayi berdasarkan indeks BB/PB memiliki nilai p = -0,060 (P value > 0,05). Kesimpulanterdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/U, tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri PB/U, dan terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/PB di Wilayah Kerja Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat Kata Kunci: Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi ABSTRACT Most of the districts in Indonesia have acute-chronic nutritional problems therefore nutrition improvement efforts are not only specific but also sensitive. Objective to know the relationship between exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 6-12 months in Working Area of Raanan Baru Health Center, West Motoling District. Method: The type of research used is analytical survey research with Cross Sectional approach (cross section). The research was conducted in New Working Area of Rusan Puskemas Ramanan West Motoling Subdistrict in April until May 2017. Population and sample in this research are infants aged 6-12 months totaling 61 babies. The research instruments used were questionnaires. Data analysis in this research is univariate and bivariate analysis. Results: The results showed that exclusive breastfeeding with nutritional status in infants based on BB / U index had p value = 0.676 (Pvalue > 0,05). The result showed that Exclusive breastfeeding with baby nutritional status based on index PB / U has value p = 0,164 (Pvalue > 0,05). The results showed that exclusive breastfeeding with infant nutritional status based on index BB / PB has p value = -0,060 (Pvalue> 0,05). Conclusion there is no relationship between exclusive breastfeeding and nutritional status based on anthropometric index of BB / U, there is no relationship between exclusive breastfeeding with nutritional status based on PB / U anthropometry index, and there is a relationship between Exclusive breastfeeding with nutritional status based on anthropometric index of BB / PB in the Working Area of Raanan Baru Health Center, West Motoling District. Keywords: Exclusive Breastfeeding, Nutritional Status 1
PENDAHULUAN Masalah Gizi pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat, tetapi penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja (Supariasa, 2012).Persentase balita usia 0-23 bulan menurut status gizi dengan indeks BB/TB berdasarkan provinsi Sulawesi Utara, persentase balita sangat kurus 4,1%, balita kurus 8,9%, balita normal 78,8%, balita gemuk 8,2%. Berdasarkan persentase balita gizi lebih usia 0-23 bulan menurut indeks BB/U berdasarkan provinsi, Sulawesi Utara mencapai 2,8%. Sulawesi Utara berada pada urutan tertinggi kedua berdasarkan persentase balita yang menderita gizi lebih di Provinsi-provinsi yang ada di Indonesia (Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes RI, 2016). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan Januari Juni 2017, data balita kurus di Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 81 balita. Pada bulan Maret 2017 ditemukan balita yang menderita gizi buruk sebanyak 2 orang yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Ongkaw dan Wilayah Kerja Puskesmas Motoling Barat. Data dari Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan menurut provinsi tahun 2014 mengacu pada target program tahun 2014 sebesar 80%, presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Indonesia sebesar 52,3%. Maka cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target. Presentasepemberian ASI eksklusif tertinggi menurut Provinsi terdapat di provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%, sedangkan presentase terendah terdapat di provinsi Jawa Barat sebesar 21,8% (Kemenkes RI, 2014). Di Provinsi Sulawesi Utara, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan tahun 2013 sebesar 34,7%. Secara nasional rata-rata cakupan ASI eksklusif sebesar 54,3%, sekitar 45,7% bayi Indonesia belum terpenuhi haknya untuk memperoleh ASI eksklusif (INFODATIN, 2014). Data dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan pada tahun 2016 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kabupaten Minahasa Selatan mencapai 45,5%. Berdasarkan data profil Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat tahun 2016, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan mencapai 61,4 %. Target capaian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan minimal 80% sampai saat ini masih sulit dicapai. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan menjadi salah satu upaya dalam rangka kesehatan ibu dan bayi, sehingga pemberian ASI juga menjadi indicator dari penurunan angka kematian ibu dan bayi (Sri Damayanti, 2015). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskemas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat pada bulan April sampai bulan mei 2017. Populasi dan sampel dalam penelitian ini 2
adalah bayi yang berumur 6-12 bulan berjumlah 61 bayi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, timbangan berat badan menggunakan baby scale dan pengukuran tinggi badan menggunakan lengboard. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Pemberian ASI Eksklusif Tabel 1. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi (BB/U) BB/U Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Normal Gizi Lebih Total n % n % n % n % n % P value Ya 0 0 2 3,6 11 19,6 0 0 13 23,2 Tidak 1 1,8 9 16,1 32 57,1 1 1,8 43 76,8 0,062 Total 1 1,8 11 19,6 43 76,8 1 1,8 56 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 13 orang dengan indeks antropometri BB/U gizi kurang sebanyak 2 bayi bayi (3,6%), gizi normal 11 bayi (19,6%) ; sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif, gizi buruk sebanyak 1 bayi (1,8%), gizi kurang sebanyak 9 bayi (16,1%), gizi normal sebanyak 32 bayi (57,1%)%) dan gizi lebeih sebanyak 1 bayi (1,8%)%). Berdasarkan hasil uji statistik spearmen diperoleh nilai p=0,062>α=0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi menurut indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serviani (2016), yang meneliti tentang hubungan antara pemberian ASI Ekslusif dengan status gizi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru yang menunjukkan hasil p value =0,676 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Ekslusif dengan status gizi pada bayi. Ridzal, dkk (2013) dalam penelitiannya tentang hubungan pola pemberian ASI dengan status gizi anak usia 6-23 bulan di wilayah pesisir Kecamatan Talo Kota Makassar menunjukkan bahwa anak yang tidak memberikan Inisasi Menyusui Dini dan yang melakukan berpeluang status gizi baik. Padahal, selain pola pemberian ASI dan Inisiasi Menyusu Dini, faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak baduta adalah pemberian MP-ASI yang tidak tepat sehingga dapat menyebabkan anak mudah terkena penyakit infeksi serta pemenuhan kebutuhan anak yang tidak cukup disaat anak berusia >6 bulan. Semakin sering anak menderita penyakit maka mungkin saja akan terjadi penurunan berat badan sehingga akan mempengaruhi status gizi anak. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2013), tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 3
bulan di Kampung Kajanan, Buleleng, menunjukkan adanya kecendurungan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki balita status gizi lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini terlihat ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 9% memiliki balita diatas garis merah dan 1,3% memiliki status gizi dibawah garis merah. Sedangkan pada ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 74,4% memiliki balita dengan status gizi diatas garis merah dan 15,4% memiliki balita dengan status gizi dibawah garis merah. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri PB/U Pemberian ASI Eksklusif Tabel 2. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi (PB/U) PB/U Sangat Pendek Normal Tinggi Total Pendek n % n % n % n % n % P value Ya 0 0 3 5,4 9 16,1 1 1,8 13 23,2 Tidak 4 7,1 13 23,2 24 42,9 2 3,6 43 76,8 0,164 Total 4 7,1 16 28,6 33 58,9 3 5,4 56 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 13 orang dengan indeks antropometri PB/U pendek 3 bayi (5,4%), normal 9 bayi (16,1%) dan tinggi 1 bayi (1,8%); sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sangat pendek 4 bayi, pendek 13 bayi, normal 24 (42,9%) dan tinggi 2 bayi (3,6%). Berdasarkan hasil uji statistik spearmen diperoleh nilai p=0,164>α=0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi menurut indeks PB/U. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Paramashanti, dkk., 2015) tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi pada bayi usia 7-8 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, berat badan lahir anak dan tinggi badan ibu berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting. Anak yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram memiliki risiko 1,82 kali lebih besar untuk menjadi stunting pada dua tahun pertama usianya apabila dibandingkan dengan yang lahir dengan berat badan normal. Selain itu, anak dengan ibu yang pendek atau tinggi badan kurang dari 145 cm cenderung menjadi stunting sebesar 1,94 kali lebih besar daripada anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan sama dengan atau lebih dari 145cm. Pemberian ASI yang kurang optimal pada anak yang berasal dari keluarga miskin dan pemberian asupan makanan yang kurang bergizi akan menjadi faktor risiko utama kejadian stunting. Hal ini disebabkan 4
karena ketidakmampuan untuk membeli MPASI yang berkualitas baik untuk anak Anak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI Eksklusif. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai resiko 3,7 kali lebih besar terkena stunting dibandingkan balita dengan ASI eksklusif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status stunting mempunyai kaitan dengan pemberian ASI eksklusif (Dewi dkk, 2015). Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri BB/PB Tabel 3. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi (BB/PB) BB/PB P Pemberian ASI Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Total value Eksklusif n % n % n % n % N % Ya 2 3,6 4 7,1 6 10,7 1 1,8 13 23,2-0,60 Tidak 4 7,1 13 23,2 23 41,1 3 5,4 43 78,8 Total 6 10,7 17 30,4 29 51,8 4 7,1 56 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 13 orang dengan indeks antropometri BB/PB pendek sebanyak 2 bayi (3,6%), kurus sebanyak 4 bayi (7,1%), normal sebanyak 6 bayi (10,7) dan gemuk sebanyak 1 bayi (1,8%); sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sangat kurus sebanyak 4 bayi (7,1%), kurus sebanyak 13 bayi (23,2%), normal sebanyak 23 bayi (41,1%) dan gemuk sebanyak 3 bayi (5,4%). Berdasarkan hasil uji statistik spearmen diperoleh nilai p=- 0,060>α=. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi menurut indeks BB/PB. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Afriyani dkk, 2016) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian wasting pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Talang Betutu Kota Palembang, sebagian besar responden memiliki balita dengan asupan nutrisi dalam kategori kurang (51%), tanpa riwayat penyakit infeksi (66%), status imunisasi lengkap (82%) dan mendapat ASI Eksklusif (75%). Kemudian sebagaian besar responden berada dalam kategori rumah tangga (65%), dan tingkat pendapatan tinggi (53%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketahanan pangan (p=0,003) dan tingkat pendapatan keluarga (p=0,017) dengan asupan nutrisi, antara status imunisasi dan riwayat penyakit ISPA dan diare (p=0,000) dan ASI Eksklusif dengan riwayat penyakit infeksi (p=0,003) pada balita usia 1-5 tahun. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan nutrisi dengan kejadian wasting (p=0,003), dan terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian wasting berdasarkan 5
status imunisasi (p=0,010 dan OR= 3,512) dengan kejadian wasting pada balita KESIMPULAN 1. Bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat yang mendapat ASI Eksklusif (23,2%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif (76,8%) 2. Status Gizi bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat, menurut indeks BB/U dengan kategori gizi buruk sebanyak 1 orang (1,8%), gizi kurang sebanyak 2 anak (3,6%), gizi baik sebanyak 52 anak (92,9%), dan gizi lebih sebanyak 1 anak (1,8%). Menurut indeks PB/U dengan kategori sangat sangat pendek sebanyak 1 anak (1,8%), pendek sebanyak 7 anak (12,5%), normal sebanyak 45 anak (80,4%) dan tinggi sebanyak 3 anak (5,4%). Menurut indeks BB/PB dengan kategori sangat kurus sebanyak 2 anak (3,6%), kurus sebanyak 7 anak (12,5%), normal sebanyak 41 anak (73,2%), dan gemuk sebanyak 6 anak (10,7%). 3. Hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi pada bayi 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/U, tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri PB/U, terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/PB. SARAN 1. Bagi pihak Puskesmas penulis memberi saran dalam menanggulangi rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif dengan cara: a. Promosi kesehatan misalnya dengan penyuluhan bersama antara petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. b. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan program selanjutnya. c. Puskesmas dapat melakukan program Komunikasi Informasi dan Edukasi, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi dan ASI pada bayi dan balita. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang memepengruhi status gizi pada bayi selain 6
ASI eksklusif, yaitu makanan pendamping ASI dan penyakit infeksi. 3. Bagi Masyarakat. a) Diharapkan kepada calon ibu menyusui dan ibu menyusui agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. b) Perlu adanya dukungan dari suami serta keluarga kepada calon ibu menyusui dan ibu menyusui agar dapat memeberikan ASI eeksklusif. DAFTAR PUSTAKA Afriyani, R., N. Malahayati dan Hartatai. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Wasting Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Puskesmas Talang Betutu Kota Palembang. Jurnal Kesehatan: Vol 7, No 1 Dewi. D. 2015. Status Stunting kaitannya Dengan pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Medika Respati: Vol X Nomor 4. ISSN: 1907-3887. INFODATIN, 2014. Situasi dan analisis ASI eksklusif. Kemenkes RI. Jakarta Kementrian Kesehatan R.I. 2016. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta Paramashanti, B., H. Hadi dan I. Gunawan. 2015. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia: Pemberian ASI Eksklusif Tidak Berhubungan Dengan Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan Di Indonesia. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Vol. 3 No. 3. Ridzal, M., V. Hadju dan S. T. Rosmiwati. 2013. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan status gizi anak usia 06-23 bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makasar. Universitas Hasanuddin Makasar. Serviani, A. 2016. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. Jurnal Medkes. Universitas Sam Ratulangi Manado. Sri, D., Nurdianti dan Kamrin. 2015. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kemaraya Kota Kendari. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1, N0.3 Supariasa, I. D. W., B. Bakri dan I. Facar. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG 7