BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. indikator dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup serta dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. 1,2

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BAYI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development


BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Beberapa penelitian menyebutkan status pekerjaan ibu sebagai hambatan pemberian ASI eksklusif. Sebuah penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa ibu

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peralihan, masa bayi juga memerlukan penyesuaian. Bagi beberapa bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang serius dan menjadi indikator dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Pada tahun 2011 jumlah anak-anak di dunia yang meninggal pada usia di bawah lima tahun sebanyak 6,9 juta (WHO, 2012). Jumlah bayi di Indonesia yang mengalami gizi buruk berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sebanyak 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Angka ini sudah mengalami penurunan 0,5% dari Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%, namun peningkatan status kesehatan pada bayi membutuhkan perhatian dan kerjasama dari berbagai pihak baik tenaga kesehatan, pemerintah maupun keluarga. Masalah kematian dan gizi buruk pada balita dapat ditanggulangi apabila bayi mendapatkan asupan makanan yang cukup dan gizi yang baik melalui pemberian ASI. Bayi yang diberikan ASI pada awal tahun kehidupannya mampu menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, seperti diare, penyakit pernafasan, infeksi telinga, penyakit alergi, serta kemungkinan obesitas (The American Academy Pediatrics, 2012). Hal yang sama juga disampaikan beberapa organisasi seperti American College of Obstetrician and Gynecologists(ACOG), Assosiation of Women's Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) yang menyatakan bahwa ASI mempunyai keuntungan dalam hal perkembangan, nutrisi dan imunologi. 13

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi dapat memberikan sumber gizi yang baik sehingga dapat meningkatkan stasus kesehatan bayi. Menyusui dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak, menguatkan ikatan ibu dan anak, mengurangi risiko penyakit pencernaan dan pernafasan, mengurangi alergi dan penyakit infeksi, serta meningkatkan perkembangan visual, bicara dan kognitif (Walker, 2011). Air susu ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi yang tidak perlu disangsikan lagi. Di samping zat-zat nutrisi yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu steril dan aman dari pencemaran kuman, produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung zat antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman juga virus, serta bahaya alergi pun tidak ada. Manfaat ASI bagi ibu antara lain untuk membantu dalam involusi uterus, mengurangi jumlah darah yang hilang setelah proses melahirkan, mempercepat pengembalian berat badan ke semula sebelum hamil, bermanfaat untuk memperlambat kesuburan, serta mengurangi risiko osteoporosis saat menopause (DiFrisco, et al, 2011). Pada minggu-minggu awal postpartum sering terjadi masalah dalam pemberian ASI. Masalah yang sering terjadi di masa laktasi antara lain puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat, pengeluaran ASI tidak lancar. Keberhasilan pemberian ASI di awal pospartum akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian ASI eksklusif (DiFrisco, et al, 2011). Sebaliknya ibu yang tidak dapat mengatasi masalah dalam menyusui pada minggu-minggu awal postpartum 14

akan cenderung melakukan penghentian dini menyusui. Sehingga akan mempengaruhi dalam masa menyusui khususnya dalam program ASI eksklusif (Huangetal, 2011; Soetjiningsih, 2002). Saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%. Jumlah cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang juga masih rendah yaitu sebesar 24,2%, yang terendah adalah di wilayah Kecamatan Candi Lama sebesar 5,1%. Faktor yang mempengaruhi ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif antara lain adanya persepsi ibu tentang ketidakcukupan ASI. Produksi ASI merupakan aktivitas biologi yang dipengaruhi oleh reflek menghisap bayi. Ketidakcukupan ASI sebenarnya hanya pada kasus patologi abnormalitas atau kurangnya stimulasi pada payudara. Persepsi ibu tentang ketidakcukupan ASI yang diproduksinya dapat menyebabkan seorang ibu menghentikan pemberian ASI pada bayinya. Pengenalan awal tentang makanan tambahan selain ASI serta pemberian susu formula juga dapat menyebabkan gagalnya program ASI eksklusif (Afiyanti, 2012; Huang,etal 2009). Hasil penelitian Abdullah (2012) dan Tan (2011) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif meningkat pada ibu dengan pengetahuan baik, ibu multipara, tidak bekerja serta mendapat dukungan dari suami. Sedangkan, hasil penelitian Afiyanti (2012) menunjukkan bahwa faktor utama penyebab ibu menyapih anaknya adalah karena persepsi ibu yang menganggap bahwa produksi ASInya tidak memenuhi kebutuhan bayi, sehingga akhirnya memberikan susu formula. Selain itu, faktor eksternal yang berhubungan dengan praktik menyusui adalah dukungan 15

keluarga, pengaruh media iklan tentang susu formula, ditinggal ibu bekerja, serta dukungan tenaga kesehatan tempat ibu melahirkan. Keluarga terdekat ibu, terutama suami dan nenek sangat berperan dalam meneruskan ASI atau menyapih bayi sebelum usia 6 bulan yang dipengaruhi oleh budaya dan pengalaman nenek sebelumnya (Grassley, et al, 2008). Saat ini, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisa faktorfaktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, baik dari pihak internal maupun eksternal ibu. Namun, sebagian besar menilai tentang faktor internal mengenai pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang paling berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah sikap tentang ASI. Sikap ibu tentang pemberian ASI dipengaruhi oleh bagaimana persepsi ibu tentang kecukupan produksi ASInya (Abdullah, 2012; Afiyanti, 2012). Penelitian terdahulu pernah dilakukan di Semarang oleh Rubinem (2012), tetapi tidak ada variabel yang mengukur mengenai bagaimana persepsi ibu tentang kecukupan ASI, subjek tidak dilakukan random serta hanya menilai pada satu puskesmas saja. Penelitian saat ini, salah satu variabelnya untuk mengukur persepsi ibu tentang kecukupan ASI, dilakukan random serta menggunakan dua puskesmas sebagai sampel, sehingga diharapkan hasilnya dapat lebih mewakili mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di kota Semarang. Selain itu, faktor eksternal yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan tenaga kesehatan tempat ibu melahirkan. Saat ini banyak fenomena dimana persalinan dilakukan dengan operasi sesar, serta banyaknya 16

dilakukan rawat pisah, sehingga menyulitkan untuk dilakukan pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan sangat berperan untuk menunjang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah faktor persepsi tentang kecukupan ASI serta faktor eksternal lain (dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan) mempunyai hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. B. Perumusan Masalah 1. Banyaknya kasus kematian dan gisi buruk pada balita di Indonesia saat ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi tenaga kesehatan. 2. Masih rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif di Indonesia. Masalah dalam pemberian ASI sering terjadi di hari-hari awal postpartum, dimana ibu terutama ibu primipara belum keluar ASInya, sehingga akhirnya memberikan susu formula karena menganggap bahwa ASInya tidak mencukupi kebutuhan bayinya. Meskipun, saat ini pelayanan kesehatan telah melarang pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sebelum keluar. 3. Masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran ibu beserta keluarga tentang manfaat ASI menyebabkan pemberian susu formula saat kembali ke rumah. 4. Kurangnya pemahaman ibu bekerja tentang cara penyimpanan ASI, dan belum tersedianya pojok ASI serta tempat penitipan anak di setiap tempat bekerja 17

merupakan beberapa hal yang diduga dapat mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. 5. Banyak ibu yang memberikan makanan tambahan secara dini agar bayi tidak rewel selama ditinggal bekerja. 6. Masih adanya anggapan dari suami bahwa dengan menyusui dapat menyebabkan payudara tidak indah lagi. Adanya perilaku yang kurang tepat dari orang tua jaman dahulu yaitu membuang kolustrum serta pantangan makan yang amis-amis saat ibu menyusui 7. Kenyataan yang terjadi pada ibu postpartum primipara di Kota Semarang, didapatkan data bahwa bayi telah mendapat tambahan makanan selain ASI baik berupa susu formula, air tajin, pisang dan nasi yang diulek pada minggu awal usia bayi, dengan alasan bayi rewel (sering menangis) sehingga berasumsi bahwa bayi masih lapar. Dari uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi. 18

1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif di Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi ibu (usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dengan pemberian ASI eksklusif. b. Untuk mengetahui hubungan persepsi ibu tentang kecukupan ASI dengan pemberian ASI eksklusif. c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. d. Untuk mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. e. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif. 19

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pelayanan kesehatan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan program ASI eksklusif. 2. Bagi tenaga kesehatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan/wawasan dan keterampilan bagi perawat terutama sebagai educator (pendidik) untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan program ASI eksklusif di masyarakat. 3. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian berikutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Exclusive breastfeeding practice in Indonesia oleh Afiyanti dan Juliastuti tahun 2012 dalam jurnal British Jurnal of Midwifery Juli 2012. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Hasil kepercayaan ibu tentang produksi ASInya dapat menyebabkan ibu menyapih anaknya. Perbedaan dengan penelitian saat ini, dalam penelitian saat ini jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional dan korelasional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam pemberian ASI. 2. Factors influencing the practice of exclusive breastfeeding among Hong Kong Chinese women: a questionnaire survey oleh Ku & Chow tahun 2010 dalam jurnal The Journal of Clinical Nursing. Jenis penelitian kuantitatif dengan 20

desain cross sectional dan korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang menyusui, self-efficacy dan demografi dengan pola menyusui pada ibu primipara di Hongkong. Hasilnya dukungan sosial terutama dari keluarga dan self-efficacy sangat berperan dalam melanjutkan menyusui pada ibu primipara. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah pada variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu (usia, paritas dan pekerjaan), persepsi tentang kecukupan ASI dan dukungan keluarga. 3. Factors associated with exclusive breastfeeding among infants under six months of age in peninsular malaysia, oleh Tan (2011) dalam International Breastfeeding Journal. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ASI eksklusif di Peninsular Malaysia, dengan desain penelitian cross sectional. Hasil prevalensi ASI eksklusif pada anak usia antara 1-6 bulan sebesar 43,1%. Dalam analisa multivariat didapatkan yang berhubungan positif dengan ASI eksklusif adalah daerah pedesaaan, ibu asli Malaysia, ibu tidak bekerja dan tidak merokok, multipara, mendapat dukungan suami, serta rawat gabung. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah pada variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu (usia, paritas dan pekerjaan), persepsi tentang kecukupan ASI dan dukungan keluarga. Serta pada objek penelitian, pada penelitian dahulu adalah bayi di bawah usia 6 bulan, sedangkan penelitian sekarang 6-12 bulan. 21

4. Factors associated with exclusive breastfeeding 2 to 4 weeks following discharge from a large, urban, academic medical center striving for babyfriendly designation, oleh DiFrisco, et al tahun 2011 dalam The Journal of Perinatal Education. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 2-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit yang mencanangkan sayang bayi, dengan desain diskriptif survei. Hasilnya mengindikasikan bahwa ibu yang memberikan ASI pada jam-jam pertama (61%) berhubungan signifikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 2-4 minggu setelah pulang dari RS. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah pada variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu (usia, paritas dan pekerjaan), persepsi tentang kecukupan ASI dan dukungan keluarga. Serta pada objek penelitian, pada penelitian dahulu adalah bayi usia 2-4 minggu, sedangkan penelitian sekarang 6-12 bulan. 5. Influence of socialdemographic and psychosocial characteristics on breastfeeding duration of mothers attending breastfeeding support groups oleh Bosnjak, et al (2009) dalam Journal Perinatal Medical. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik psikososial dan sosio demografi dengan lama menyusui pada ibu yang diberikan dukungan kelompok, dengan menggunakan kuesioner. Hasilnya ibu yang diberikan dukungan kelompok yang memberikan ASI sampai akhir usia 6 bulan sebanyak 83,8% sedangkan yang tidak diberikan sebanyak 48,1%. Faktor yang berhubungan positif dengan lama pemberian ASI antara lain pertama kali 22

memutuskan untuk menyusui, berniat untuk memberikan ASI eksklusif serta pendapatan suami. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah pada variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu (usia, paritas dan pekerjaan), persepsi tentang kecukupan ASI dan dukungan keluarga. 6. Determinan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kementrian Kesehatan RI oleh Abdullah (2012). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di lembaga pemerintah yang bertanggungjawab menyukseskan program ASI eksklusif di Indonesia, dengan desain penelitian cross sectional. Hasilnya alasan responden berhenti menyusui bukan karena bekerja, tetapi karena ASI sedikit. Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah sikap, ketersediaan fasilitas dan dukungan pengasuh. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah pada variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu (usia, paritas dan pekerjaan), persepsi tentang kecukupan ASI dan dukungan keluarga, serta subjek dalam penelitian terdahulu adalah ibu bekerja. 23