Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah (BPR- Syari ah) di Kabupaten Merangin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB V PENETAPAN MARGIN AKAD MURA<BAH>>}AH DI BNI SYARI AH CABANG PALANGKA RAYA. A. Presentase Margin Pada Akad Mura<bah{ah di Perbankan Syari ah

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV SEJARAH UMUM PERUSAHAAN. 4.1 Profil, Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Perkreditan Rakyat Mitra

IV. METODE PENELlTlAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan akad-akad yang sesuai dengan syari at Islam. Dengan. apakah sudah seperti yang mereka inginkan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARI AH. (Studi Kasus di Bank Muamalat cabang Surakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

PENDAHULUAN PENGERTIAN BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB l PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

PERBANDINGAN PERHITUNGAN BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PADA PT. BANK MANDIRI

BAB IV MINAT NASABAH TERHADAP PRODUK SIMPANAN PENDIDIKAN DENGAN AKAD WADI AH YAD DHAMANAH DI BMT SM NU PEKALONGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah pendapatan di Lampung Tengah mengakibatkan. peningkatan permintaan terhadap jasa keuangan. Pertumbuhan lembaga

BAB IV ANALISIS TENTANG PERSEPSI PEDAGANG KECIL DI PASAR KLIWON TENTANG PEMANFAATAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT FASTABIQ CABANG KUDUS

Pelaksanaan Transaksi Kliring Dalam Kegiatan Oprasional PT. BANK BRI Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini menjadi salah satu industri bisnis yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

Bab 4 Analisis Data. Dari data yang didapat, nasabah yang menjadi responden berusia mulai dari 16

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT. Yaitu mengenai pencatatan dalam transaksi jual-beli dan

Pertanyaan Wawancara. 1. Apakah anda menggunakan buku tabungan atau ATM? 3. Apa yang anda ketahui tentang bank konvensional atau bank syariah?

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan bank tersebut dimana dalam penilaian kesehatannya, Bank

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, permasalahan sampah menjadi sebuah ancaman tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, yang telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank menghimpun dana dari berbagai aspek, dimana sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha saat ini terlihat semakin maju, hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan antara suku bunga pinjaman dan tabugangan. Karena selama ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2016

II. TEVJAUAN PUSTAKA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 8 SERI E

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abdurrahman (2002) bank sebelumnya memiliki kewajiban sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari perkembangan perbankan di negara yang bersangkutan sebab

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Dalam. undang-undang tersebut, dinyatakan pula bahwa BPR berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. itu, setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan pelayanan ( services)

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Highlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Observasi Pada Fakultas Agama Islam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

Transkripsi:

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah (BPR- Syari ah) di Kabupaten Merangin Syaparuddin Universitas Jambi Abastrak: This paper analizes the preferences, development opportunity and feasibility of Shariah financial institutions, particularly the establishment of BPR Shariah in the Kabupaten Merangin. Data were obtained through field surveys of residents who have their own income, as well as small businessmen and Household. The findings in the field suggest that community preferences are relatively high. K ey words: Bank syari ah, preferensi, Merangin. I. Pendahuluan Melalui Undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah an Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang per imbang an keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan tentang pemberian pelayanan, prakarsa dan pemberdaya an yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kepada daerah juga diberi kewenangan untuk mencari sumber per mo dal an bagi pengusaha Usaha kecil Menengah (UMKM) melalui penyaluran modal dengan biaya yang relatif murah dan dengan pro sedur yang relatif mudah. Namun, dalam kreativitasnya, peme rin tah daerah harus tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan a tau peraturan-peraturan yang ada. 261

Syaparuddin Sejalan dengan hal tersebut, peranan lembaga keuangan formal dirasa sangat diperlukan dalam rangka menumbuhkembangkan kapa sitas UMKM. Salah satu lembaga keuangan/perbankan yang ber orien tasi pada masyarakat golongan ekonomi lemah adalah Bank Per kredit an Rakyat (BPR). Keberadaan BPR diharapkan dapat menjadi salah satu lembaga yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Meskipun peranan BPR relatif penting, namun demi kian jika dilihat dari perkembangannya, jumlah BPP di Propinsi Jambi relatif belum berkembang sebagaimana propinsi lain. Secara umum, Bank konvensional memiliki dominasi dalam penyediaan sumber permodalan di Provinsi Jambi termasuk di Kabupaten Merangin. Ini terbukti dari jumlah Lembaga Keuangan Bank (LKB) yang ada di Kabupaten Merangin yang terdiri dari empat unit bank umum, satu unit Bank Pemerintah Daerah dan satu unit Bank Perkreditan Rakyat yang seluruhnya menggunakan sistim konvensional. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka BPR Syari ah hendaknya memberikan manfaat ganda terhadap nasabah nya. Sistem mobilisasi dana yang sistematis melalui jalur consultative banking sangat diperlukan untuk mencapai pasar sasaran dari hasil penjualan mempercepat mobilisasi dana masyarakat dengan mendayagunakan jaringan kerja BPR Syariah dengan induk organ isasi secara terpadu, yaitu menjaring dana dari seluruh anggota kelompok masyarakat melalui simpanan. Kemudian dalam satu jaringan bisnis nasabah, BPR Syariah dapat melayani calon nasabah secara individu maupun kelompok sehingga terjadi ikatan bisnis yang erat dan harmonis. Selanjutnya merencanakan dan merealisasi kan anggaran serta rencana kerja tahunan dari hasil proyeksi berdasarkan potensi ekonomi wilayah agar lebih realistis. Dengan demikian seluruh sumber dan penggunaan dana umat bisa tertampung serta tersalurkan dengan baik, produktif, edukatif dan efektif sesuai aliran kas dan rencana keuangan. Berdasar kan hal tersebut, perlu dilakukan studi tentang preferensi masyara kat terkait peluang pengembangan/studi kela yak an lembaga keuangan syari ah khususnya pendirian BPR Syariah di Kabupaten Merangin. 262

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah II. Perilaku Perbankan dan Preferensi Masyarakat Terhadap BPR Syari ah Untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku perbankan dan preferensi masyarakat terhadap BPR Syariah, dilakukan survei lapangan yang melibatkan penduduk bekerja/memiliki penghasilan sendiri (selanjutnya disebut responden masyarakat umum) serta pengusaha kecil dan Rumah Tangga (selanjutnya disebut responden pengusaha). Jumlah responden yang diambil sebanyak 130 respon den, terdiri dari 75 responden penduduk bekerja dan 55 responden pengusaha, yang tersebar pada empat wilayah yaitu Pamenang, Sungai Manau, Tabir dan Bangko. Responden Masyarakat Umum Responden masyarakat umum yang diteliti terdiri dari 59 laki-laki (78,67 persen) dan 16 perempuan (21,33 persen), dengan umur relatif bervariasi antara paling rendah 20 tahun dan paling tinggi di atas 50 tahun. Bagian terbesar dari unsur responden adalah antara 40-49 tahun (38,67 persen), dengan rata-rata umur 37,4 tahun. Mengacu pada data yang lebih luas, penduduk pada umur umur ini adalah penduduk yang berada dalam usia kerja puncak, yang terlihat dari tinggi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mereka. Tabel 1. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin 263

Syaparuddin Secara umum pendidikan responden masyarakat umum yang terpilih dalam penelitian ini sudah cukup baik. Lebih sepertiga (38,66 persen) di antaranya telah berpendidikan diploma dan sarjana, sedangkan yang menamatkan SD hanya 1,33 persen dan SLTP hanya 20,00 persen. Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin Sesuai dengan distribusi umurnya, sebagian besar responden (66 orang atau 88,00 persen) adalah mereka yang berstatus telah menikah dan sisanya berstatus belum menikah dengan proporsi 12,00 persen. Jumlah anggota rumah tangga responden berkisar dari 1 sampai lebih 5 orang dengan sebagian besar (40,00 persen) diantaranya menanggung antara 3-4 jiwa. Secara rata-rata jumlah tanggungan adalah 3,92 orang. Tabel 3. Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tanggapan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPP Syariah Kabupaten Merangin. Dari sisi pekerjaan, responden terdiri dari mereka yang bekerja/ bermata pencaharian sebagai petani, karyawan swasta dan pegawai 264

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah negeri sipil. Secara proporsi keadaan responden menurut pekerjaan/ mata pencaharian ini relatif berimbang, dimana jumlah petani sebanyak 25 orang (33,33 persen), karyawan swasta 20 orang (26,67 persen) dan pegawai negeri sipil sebanyak 30 orang (40,00 persen). Berdasarkan rata-rata penghasilan responden masyarakat umum adalah Rp 1.538.400 dengan distribusi memperlihatkan bagian terbesar (33,33 persen) berpenghasilan antara Rp.1.000.000,- Rp.1.499.000, diikuti oleh mereka yang berpenghasilan antara Rp.2.000.000, Rp 2.499.000 (22,67 persen), antara Pp.1.000.000- Rp.1.499. 000 (21,33 persen), kurang dari Rp.1.000.000 (17,33 persen) dan Rp 2.500.000 ke atas (5,33 persen). Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin Tabel 5. Distribusi Kelompok Penghasilan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin 265

Syaparuddin Responden Pengusaha Responden pengusaha yang diteliti memiliki beragam jenis usaha mulai dari usaha pedagang manisan (bahan kebutuhan pokok) sampai kepada pengusaha sawit. Dari keseluruhan jenis usaha tersebut bagian terbesarnya adalah mereka yang memiliki usaha to ko manisan (29,09 persen) dan usaha perdagangan karet (20,00 per sen). Tabel 6. Distribusi Jenis Usaha Responden Pengusaha Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin Dari sisi jumlah tenaga kerjanya, jenis-jenis usaha yang ditekun i responden pengusaha depot dikategoriknn otas dua kelom pok skala usaha, yaitu skala usaha rumah tangga dan skala usaha kecil. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, 52,73 persen diantaranya adalah responden dengan skala usaha rumah tang ga (jumlah tenaga kerja 1-3 orang) dan 47,27 persen lainnya skala usaha kecil (4-19 orang) III. Perilaku Perbankan Perilaku Simpanan a. Masyarakat Umum Dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan hidup, 266

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah penghasilan masyarakat umum yang diteliti relatif memadai. Hal ini terlihat dari pernyataan mereka tentang kondisi keuangan tiga bulan terakhir. Lebih separuh (52, 00 persen) atau 39 orang diantara nya menyatakn berada dalam kondisi surplus, sedangkan yang lainnya menyatqkan seimbang (48,00 persen atau 36 orang). Sebaliknya, tidak satupun ditemukan yang menyatakan berada pada kondisi keuangan defisit. Selanjutnya kepada masyarakat yang pada tiga bulan terakhir ini berada pada kondisi keuangan seimbang juga ditanyakan apakah sebelumnya pernah punya tabungan/simpanan. Dari pertanyaan ter se but, sebagian besar (20 orang dnri 36 orang atau 55,56 persen) menyatakan pernah memiliki simpanan. Distribusi frekuensi masyarakat umum berdasarkan kondisi keuangan diberikan pada tabel berikut: Dari masyarakat yang memiliki nilai surplus tersebut, dapat dikemukakan rata-rata nilai surplus perbulan yang disimpan mereka adalah Pp 426.500, dengan distribusi memperlihatkan bagian terbesarnya (33, 33 persen) memiliki nilai surplus antara Rp.500.000 - Rp 749.000. Tabel 7. Distribusi Masyarkat Umum Berdasarkan Kondisi Keuangan di Kabupaten Merangin. Pada masyarakat umum yang pada tiga bulan terakhir berada pada posisi keuangan seimbang yang sebelumnya pernah punya simpanan, juga didapatkan nilai simpanan yang pernah dilakukan. Rata-rata simpanan perbulan kelompok ini adalah Rp.196.680. Ini menun jukkan bahwa kondisi seimbang yang ter- 267

Syaparuddin jadi pada kelompok ini bukanlah kondisi yang permanen. bengan demikian, terdapat kemung kin an pada masa yang akan datang kelompok ini berubah status pada kondisi keuangan surplus, yang sekaligus menjadi pe luang pasar bagi pihak perbankan khususnya BPR Syariah. Distribusi nilai surplus penghasilan masyarakat umum dan distri busi rata-rata nilai simp anan perbulan masyarakat umum (Kondisi Seimban.g) di Kobupaten Mernngin diberikan pada dua tabel berikut: Tabel 8. Distribusi Nilai Surplus Penghasilnn Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin Tabel 9. Distribusi Rata-Rata Nilai Simpanan Masyarakat Umum Kondisi Seimban di Kabupaten Merangin Perbulan Dari perilaku menyimpan, dapat dikemukakan bahwa tidak semua masyarakat umum yang memanfaatkan jasa lembaga 268

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah keuang an (bank dan non-bank). Pada masyarakat yang pada saat ini berada dalam kondisi keuangan surplus, lebih sepertiga (38,46 persen) diantaranya yang menyimpan kelebihan dananya di rumah dan tempat lainnya. Lembaga keuangan yang utama tempat menyimpan bagi masyarakat umum kelompok ini adalah Bank Umur, lainnya (20,51 persen), diikuti oleh BPI Cabang (17,95 persen), Koperasi (12,82 persen), BPI Unit Desa (7,69 persen) dan BPR (2,56 persen). Selanjutnya kepada masyarakat yang pada tiga bulan terakhir ini berada pada kondisi keuangan seimbang yang sebelumnya pernah punya tabungan/simpanan, hampir separuh (45,00 persen) bahkan diantaranya yang menyimpan kelebihan dananya di rumah. Lembaga keuangan yang utnma tempat menyimpan bagi masyara kat umum pada kelompok ini adalah Bank Umum lain (35,00 persen), diikuti oleh BPI Unit Desa (10,00 persen), Koperasi (5,00 persen), dan BPI CQbanq (5,00 persen). Tabel 10. Distribusi Lembaga Simpanan Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin Selain beragamnya pilihan lembaga penyimpan uang, alasan terhadap pemilihan lembaga tersebut juga relatif beragam. Namun demi kian, dari keseluruhan alasan yang dikemukakan, alasan utama masya ra kat umum dalam memilih lembaga penyimpan adalah faktor keamanan dan kebiasaan keluarga. Ini tidak hanya berlaku pada kelompok masyarakat dengan penghasilan suplus tetapi juga pada kelompok masyarakat dengan kondisi keuangan seimbang. 269

Syaparuddin Tabel 11. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Simpanan Masyarakat Umum di Kabupten Merangin b. Pengusaha Di tingkat pengusaha, dalam konteks perilaku menyimpan keuangan usahanya, kecenderungan untuk tidak memanfaatkan jasa lembaga keuangan bank dan non-bank ini juga terlihat nyata. Proporsinya bahkan lebih besar dibandingkan proporsi pada masya ra kat umum yaitu mencapai 41, 82 persen (yang menyimpan di rumah atau lainnya). Data ini secara implisit memberikan arti, masih terbuka peluang yang relatif besar bagi lembaga keuangan khususnya BPR Syariah dalam menarik nasabah penabung, selama BPR Syariah dapat meyakinkan colon nasabahnya dalam menyimpan uangnya di lembaga tersebut. Selanjutnya untuk lembaga keuangan, bank umum lain juga merupakan pilihan utama pengusaha dalam menyimpan keuangan usahanya, yaitu mencapai 32,73 persen dari total pengusaha, diikuti dengan pilihan pnda BPI Cabang (12,73 persen), BPI Unit besa (7,27 persen) dan Koperasi (5,45 persen). Alasan utama pengusaha dalam memilih lembaga keuangan tersebut juga relatif sama dengan alasan yang dikemukakan oleh masyarakat umum. Dimana, 27,27 persen di antaranya menyatakan dengan alasan keamanan dan 29,09 persen menyatakan karena 270

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah telah menjadi kebiasaan keluarga. Alasan-alasan lainnya dengan persen tase yang relatif kecil diantaranya adalah adanya faktor bunga, undian, pelayanan yang baik, fasilitas lengkap, dan lokasi lembaga dekat rumah. Tabel 12. Distribusi Lembaga Simpanan Pengusaha di Kabupaten Merangin Tabel 13. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Simpanan Pengusaha di Kabupaten Merangin Perilaku Pinjaman a. Masyarakat Umum 271

Syaparuddin Dari sisi pinjaman dapat dikemukakan bahwa dari total 75 responden mqsyarakat umum, 22 responden (29,33 persen) pernah mendapatkan pinjaman, sedangkan 53 responden (70,67 persen) tidak pernah mendapatkan pinjaman. Koperasi merupakan lembaga utama yang menjadi pilihan masyarakat umum untuk mendapatkan pinjaman. Hal ini ditandai oleh proporsi masyarakat yang mendapatkqn pinjaman dari koperqsi yang mencapai 40,91 persen. Di tempat kedua adalah BPI Cabang (27,27 persen) diikuti oleh BPI Unit Desa (22,73 persen). Tabel 14. Distribusi Frekuensi Lembaga Kredit Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin Pilihan terhadap koperasi sebagai lembaga untuk mendapatkan pinjaman oleh masyarakat lebih disebabkan alasan pelayanan yang baik dan cepat. Ini dinyatakan oleh 40,01 persen masyarakat umum. Alasan lainnya yang juga cukup mendomi nasi dalam pemilihan lem ba ga untuk mendapatkan pinjaman ini adalah persyaratan pemin jam an yang lebih mudah (dinya takan oleh 27,27 persen masyarakat) serta alasan lokasi lembaga dekat dengan rumah (18,18 persen). Selanjutnya, meskipun dari masyarakat yang diwawancarai hanya 29,33 persen yang menyatakan pernah mendapatkan pinjam an, namun ketika ditanyakan mengenai ke mam puan mem ba yar angsuran kredit, 61,33 persen diantaranya menyata kan memiliki kemam pu an untuk membayar angsuran kredit. Rata-rata perkiraan kemampuan membayar angsuran kredit perbulan- 272

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah nya adalah Rp 316.670, dengan proporsi mencapai 44,00 persen menyata kan mampu membayar angsuran dalam batas antara Rp.250.000 - Rp 749.000. Tabel 15. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Kredit Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin Tabel 16. Distribusi Perkiraan Kemampuan Membayar Angsuran Kredit Perbulan pada Masa yang Akan Datang Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin Kemampuan Membayar b. Pengusaha Di tingkat pengusaha, proporsi yang pernah mendapatkan pinjaman ini lebih besar dibandingkan mnsyarakat umum. Pengusaha yang pernah mendapatkan kredit mencapai 30,91 persen (17 orang). Koperasi ternyata juga merupakan lembaga utama yang menjadi pilifian pengusaha untuk mendapatkan pinjaman. Hal ini ditan dai oleh proporsi yang mendapatkan pinjaman dari koperasi yang mencapai 35,29 persen. Di tempat kedua adaiah BPI Unit besa (23, 53 persen) dan Bank Umum Lain (23,53 persen). 273

Syaparuddin Sebagaimana halnya di tingkat mnsyarakat umum, alasan pelayanan yang baik dan cepat juga menjadi faktor utama pengusaha dalam memilih lembaga kredit. Ini dinyatakan oleh 35,29 persen pengu sa ha. Alasan lainnya yang juga cukup mendominasi dalam pemilihan lembaga untuk mendapatkan pinjaman ini adalah persyaratan peminjaman yang lebih mudah (dinyatakan oleh 17,65 per sen masyarakat) serta alasan lokasi lembaga dekat dengan rumah (17,65 persen). Tabel 17. Distribusi Frekuensi Lembaga Kredit Pengusaha di Kabupaten Merangin Tabel 18. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Kredit Pengusaha di Kabupaten Merangin Selanjutnya, meskipun dari pengusaha yang diwawancarai ha nya 30,91 persen yang menyatakan pernah mendapatkan pinjaman, namun ketika ditanyakan mengenai kemampuan membayar angsur an kredit, seluruh pengusaha menyatakan memiliki kemampuan un tuk membayar angsuran kredit jika terdapat peluang untuk mene ri ma kredit tersebut. Rata-rata perkiraan kemampuan 274

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah membayar ang sur an kredit perbulan dari pengusaha ini adalah Rp.1.070.000. Bahkan terdapat 10, 91 persen dari pengusaha yang menyatakan mam pu mengangsur kredit mencapai di atas Rp 3.000.000 perbulannya. Tabel 19. Distribusi Perkiraan Kemampunn Membayar Angsuran Kredit Perbulan pada Masa Yang Akan Datang Pengusaha di Kabupaten Merangin IV. Preferensi Terhadap BPR Syariah Pertanyaan yang diajukan mengenai preferensi ini mencakup preferensi mereka terhadap simpanan dan pinjaman BPR Syariah. Kedua pertanyaan pokok ini diajukan dalam rangka mendapatkan pros pek keberadaan BPR Syariah dalam masyarakat di Kabupaten Mera ngin. Meskipun demikian, sebelum mendapatkan persepsi ini, pema ham an responden tentang BPR Syariah bank secara umum merupa kan hal yang penting untuk diketahui. Tabel 20. Distribusi Pengetahun Masyarakat dan Pengusaha terhadap BPR Syariah di Kabupaten Merangin 2006 Hasil penelitian menemukan bahwa pengetahuan masyarakat 275

Syaparuddin umum dan pengusaha terhadap BPR Syariah masih relatif terbatas. Ketika diajukan pertanyaan mengenai apakah mereka pernah mende ngar mengenai BPR Syariah, hanya 10,67 persen dari masyarakat um um yang menyatakan pernah sedangkan pada pengusaha hanya sebesar 12,73 persen. Berdasarkan hal tersebut, untuk mendapatkan ke aku rat an persepsi terhadap BPR Syariah, sebelumnya diberikan penje las an yang dianggap cukup memadai kepada resporden menge nai BPR Synriah dan keberadaannya. a. Preferensi Terhadap Simpanan BPR Syariah Setelah diberikan pemahaman tentang BPR Syariah secara umum, kepada masyarakat umum dan pengusaha diajukan pertanyaan menge nai preferensi terhadap simpanan BPR Syariah. Kepada masya ra kat umum dalam kondisi keuangan surplus, diajukan pertanyaan ten tang preferensi simpanan terhadap surplus keuangannya saat i ni dan masa yang akan datang jika didirikan BPR Syariah. Kepada masya ra kat umum dalam kondisi nonsurplus, diajukan pertanyaan ten tang preferensi simpanannya jika pada masa mendatang kondisi keuangannya menjadi surplus, dan kepada pengusaha diajukan pertanyaan tentang preferensi simpanan terhadap keuangan usaha nya saat ini dan masa yang akan datang jika didirikan BPR Syariah. Berdasarkan jawaban terhadap simpanan BPR Syari ah dapat dikemukakan bahwa preferensi masyarakat relatif tinggi. Pada masya ra kat umum kondisi keuangan surplus, hanya 10, 26 persen yang menyatakan akan tetap menyimpan di tempat biasa, sedangkan sebagian besar lainnya menyatakan akan menyimpan di tempat biasa dan BPR Syariah (17, 95 persen) dan pindah menyimpan ke BPR Synriah (71, 79 persen). Pada masyarakat umum dengan kondisi ke uang an non surplus, sebagian besar (80, 55 persen) menyatakan akan menyimpan di BPR Syariah seandainya pada masa yang akan da tang keuangannya berada kondisi surplus, sedangkan sisnnya (19, 45 persen) menyatakan akan menyimpan di koperasi, BRI Cabang dan BPD non-syari ah yang ada di Kabupaten Merangin. Hal yang sama juga ditemukan pada 276

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah pengusaha. 29, 09 persen pengu sa ha menyatakan menyimpan di tempat biasa dan BPR Syari ah dan 63, 64 persen di antaranya menyatakan akan pindah menyimpan di BPR Syari ah. Tabel 21. Distribusi Frekuensi Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Simpanan BPR Syari ah di Kabupaten Merangin Bagi masyarakat umum yang tetap tidak bersedia menyimpan di BPR Syari ah, terdapat berbagai alasan. Meskipun demikian, alas an utamanya adalah karena dekat dengan rumah (54, 55 persen) dan sudah terbiasa dengan pelayanan bank di tempat yang lama (45,45 persen). Selanjutnyn untuk pengusaha, alasan tidak bersedia nya mereka menyimpan di BPR Syari ah adalah alasan karena sudah ter bia sa (75,00 persen) dengan alasan keuntungan yang lebih baik di bank lain (25,00 persen). Tabel 22. Distribusi Frekuensi Alasan Masyarakat Umum dan Pen- 277

Syaparuddin gusaha terhadap Preferensi Simpanan BPR Syari ah di Kabupaten Merangin Bagi masyarakat umum yang bersedia menyimpan di BRI Syari ah, baik yang menyimpan hanya di BPR Syariah maupun BPR Syari ah sekaligus bank lain, dengan alasan ingin coba-coba (42,19 persen), dan alasan syari ah (47,81 persen). Di tingkat pengusaha, a las an yang sama dikemukakan adalah untuk coba-coba (29,41 persen), alasan syari ah (49,02 persen) dan keuntungan lebih baik (21,57 persen). b. Preferensi Terhadap Pinjaman BPR Preferensi responden terhadap pinjaman BPR Syari ah juga relatif tinggi. Hanya 6,67 persen dari masyarakat umum yang menyatakan te tap akan meminjam di tempat biasa, sedangkan untuk pengusaha ha nya 7,27 persen. Alasan utama pada masyarakat umum yang tetap meminjam di tempat lain adalah karena sudah terbiasa dengan sistem dan prose dur meminjam yang ada di tempat biasa. Selanjutnya di tingkat peng usa ha, 75,00 persen menyatakan karena sudah 278

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah terbiasa dan 25,00 persen menyatakan karena bunga/nisbah yang lebih rendah. Tabel 23. Distribusi Frekuensi Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Pinjnman BPR Syari ah, di Kabupaten Merangin Bagi yang menyatakan akan meminjam di tempat biasa dan BPR Syari ah, atau hanya BPR Syari ah terdapat tiga alasan utama ya itu nisbah lebih rendah (dinyatakan oleh 32,86 persen masyarakat dan 25,48 persen pengusaha), lebih sesuai syari ah (dinyatakan oleh 51,43 persen masyarakat dan 37,26 persen pengusaha), serta alasan i ngin coba-coba (dinyatakan oleh 15,71 persen masyarakat dan 37,26 persen pengusaha). Tabel 24. Distribusi Frekuensi Alasan Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Pinjaman BRI Syari ah, di Kabupaten Merangin 279