BAB IV ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. melalui proses interaksi dan komunikasi.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan sosial, budaya,

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA.

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

ABSTRAK. Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Karang Taruna.

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi Muhammad, merupakan peristiwa bersejarah bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi adalah segala. sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah lebih lanjut. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, salah satunya adalah wawancara terhadap informan. Analisis data juga bermanfaat untuk mengecek kebenaran dari setiap data yang telah diperoleh. Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan labih lanjut yang materinya diambil dari data penelitian yang nantinya di jadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas tentang Makna Simbolik Dari Tradisi Sajen Among-Among Dalam Memperingati Kematian (Studi Pada Masyarakat Desa Lamongrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan). Bab ini akan menjelaskan data-data yang telah ditemukan beserta analisis dan pembahasannya. Temuan dan bahasan dalam bab ini akan menjawab pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian yang telah diajukan di bab pertama, yaitu tentang Makna Simbolik Dari Tradisi Sajen Among-Among Dalam Memperingati Kematian. 90

91 1. Simbol atau Alat yang Digunakan Dalam Ritual Sajen Among- Among Dalam sebuah kebudayaan dan suatu adat simbol atau alat yang digunakan selalu ada untuk melengkapi proses pelaksanaan sebuah kebudayaan. Penggunaan simbol merupakan sesuatu hal yang unik karena hanya dilakukan oleh manusia. Simbol merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung, artinya di dalam komunikasi tersebut terdapat pesan-pesan tersembunyi sehingga makna suatu simbol sangat bergantung pada interpretasi individu. Selain dapat berfungsi sebagai pedoman sosial, simbol juga dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan hegemoni budaya. Filsafat dan pandangan hidup orang Jawa merupakan hasil krida, cipta, rasa, dan karsa sebagai refleksi dari realitas kehidupan (kasunyatan). Pandangan hidup orang Jawa banyak dipengaruhi oleh budaya animismedinamisme, Hindu, Budha, dan Islam. Hal itu tercermin pada pengadaan ritual seperti Sajen Among-among, dan kini lebih banyak dimasuki muatan-muatan Islam Among-among sendiri berasal dari kata Among atau Asuh yang berarti mempunyai makna untuk mengasuh atau mengemong arwah sanak keluarga agar merasa senang dan dihormati ketika dalam kalender jawa sanak keluarga yang telah meninggal dunia akan pulang untuk menjenguk sanak keluarganya. Berikut ini akan disajikan simbol-simbol atau alat yang digunakan dalam Ritual Sajen Among-among.

92 a. Makanan Kesukaan Pada Waktu Semasa Hidup Dalam prosesi Ritual Sajen Among-among, makanan kesukaan sanak keluarga pada waktu hidup harus disediakan, karena ini mencerminkan bahwa sanak keluarga yang masih hidup masih selalu mengingat dan menghormatinya. Menyiapkan sesaji yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lamongrejo disebut-sebut sebagai tradisi warisan para leluhur yang patut dilestarikan disebabkan adanya keyakinan di dalam pemberian sesaji tersebut dinilai mengandung nilai-nilai yang sakral yang terkait dengan ibadah dan kepercayaan. Gambar 4.1. Makanan yang dipesiapkan untuk Ritual Sajen Among Among. Apabila seseorang yang meninggal tersebut semasa hidup kesukaannya nasi putih ditambah dengan lauk ayam, maka alat yang digunakan dalam prosesi ritual itu harus ada nasi putih dan lauk

93 ayamnya. Karena warga percaya pada waktu diadakan Sajen Amongamong, arwah sanak keluarga tersebut akan datang kerumah untuk menjenguk keluarganya, dan diberi sesaji berupa makanan tersebut agar merasa senang. b. Kopi Hitam Lalu alat selanjutnya adalah berupa kopi hitam, kopi hitam ini juga merupakan alat yang wajib dipersiapkan dalam melakukan Ritual Sajen Among-among. Kopi sendiri dipercaya mempunyai makna yang mewaliki elemen air namun bukan suatu minuman pokok (kebutuhan sekunder). Karena air merupakan elemen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, masyarakat Desa Lamongrejo percaya bahwasanya kopi hitam merupakan kesukaan para arwah yang berpulang untuk melihat sanak keluarganya yang masih hidup didunia. Gambar 4.2. Kopi hitam Dengan disajikan berupa kopi, warga berharap agar arwah sanak keluarganya tersebut dapat lebih merasa senang ketika menyambangi keluarganya.

94 c. Rokok (apabila yang meninggal seorang laki-laki) Rokok merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan bagi kaum laki-laki, rokok sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak abad ke 16. Pada awal abad itu, masyarakat Jawa telah mengenal rokok, dan kebiasaan tersebut melekat sampai saat ini. Gambar 4.3. Rokok yang juga dipersiapkan Dalam prosesi ritual. Masyarakat Desa Lamongrejo akan menambahkan rokok pada Ritual Sajen Among-among, apabila yang meninggal dunia itu adalah seorang laki-laki, bila masih anak-anak, warga tidak akan menambahkan rokok kedalam Among-among tersebut. Karena rokok dipercaya juga akan memberikan penghormatan lebih dan lebih menyenangkan arwah sanak keluargnya tersebut. d. Baju kesukaan semasa hidup. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring

95 dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Gambar 4.4. Pakaian yang menjadi kesenangan Sewaktu masih hidup. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adatistiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masingmasing. Apabila seseorang yang meninggal tersebut menyukai pakaian tertentu semasa hidupnya, maka juga akan dipersiapkan sebagai Sajen Among-among, karena warga percaya pakaian tersebut akan didemok.i (dipegang) ketika arwah sanak keluarganya pulang melihat kondisi keluarganya. Biasanya untuk mengetahui bagaimana cara menentukan pakaian kesukaanya adalah dengan cara dibicarakan dengan sesama keluarga mengenai pakaian apa yang diberikan sebagai alat sesaji, bisa jadi pakaian yang sering digunakan atau bahkan pakaian yang jarang digunakan, dikarenakan pada waktu semasa hidup dijaga dan disimpan baik-baik.

96 e. Pada hari ke 40 ditambahkan dua buah kelapa muda. Dalam khasanah Kejawen angka 40 memiliki makna penting sekali (keramat). Karena di dalamnya terkandung sebuah rahasia kehidupan sebagai mana dimaksud dalam ungkapan kakangne lembarep, adine wuragil atau kakaknya sulung, adiknya bungsu. Ungkapan itu bermakna bahwa kelahiran kita di dunia ini sebagai sebuah akhir proses triwikrama sekaligus awal kehidupan manusia di mercapada. Selanjutnya kematian merupakan akhir dari kehidupan semu (duniawi), sekaligus merupakan awal dari kehidupan yang sejati. Gbr. 4.5 Kelapa Muda Mempunyai filosofi tumbuhan yang seluruh bagiannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, dari akar hingga daun tentunya pohon kelapa mempunyai fungsinya masing-masing dengan diwakili dari buahnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan lebih menyenangkan lagi arwah sanak keluarga yang telah meninggal.

97 Jadi, simbol-simbol atau peralatan yang digunakan dalam Ritual Sajen Among-among adalah kelima benda tersebut diantaranya makanan kesukaan pada waktu hidup, kopi hitam, rokok, baju kesukaan pada waktu hidup, dan dua buah kelapa muda. 2. Pelaksanaan Prosesi Ritual Sajen Among - Among Dalam hitungan kalender Jawa, warga percaya pada hari ke 3, 7, 40, 100, dan 1000 hari sejak meninggal dunia, seseorang yang meninggal dunia diberi kesempatan untuk menjenguk keluarganya, dalam artian mereka percaya, bahwa arwah keluarganya pada hitungan hari tersebut datang untuk melihat kondisi keluarga mereka, karena dalam tradisi jawa kuno masyarakat percaya bahwasanya pada hitungan hari-hari tersebut sanak keluarganya diberikan kesempatan untuk kembali kedunia, dalam artian, hanya arwahnya saja yang kembali kedunia untuk melihat kondisi keluarga mereka setelah ditinggalkan, biasanya warga juga percaya pada halnya pada hari-hari ada keluarga yang merasa diimpikan oleh kehadiran sanak keluarganya dan memberikan sebuah wasiat/pesan atau sekedar hanya Nampak dimimpinya. Dalam menjalin hubungan kemasyarakatan, warga desa Lamongrejo Lamongan tidak hanya berpaku pada kerukunan yang dijalin oleh masing-masing individu dalam sebuah wilayah, namun lebih kepada bagaimana suatu kelompok menciptakan adat, kebudayaan maupun yang

98 lainnya agar kerukunan ini tidak hanya terjalin dalam satu waktu, akan tetapi dalam periode yang panjang secara turun temurun. Dalam prosesi ritual sajen Among-among ini selalu digabungkan dengan acara Yasin dan Tahlil, Yasin dan Tahlil adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000. Dengan menggunakan ritual Sajen Among-among sebagai salah satu cara dalam menyatukan warga dalam satu tempat dan waktu, dengan menggunakan simbol-simbol yang sengaja diciptakan untuk mendapatkan pengakuan yang diharapkan dan hasil maksimal setelah melakukan ritual ini. Kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun ini tidak hanya menjadi simbol komunikasi yang menjadi ritual warga, tetapi sebuah wadah atau sarana yang bisa digunakan untuk mengakrabkan antar warga satu dengan warga yang lain, karena dengan adanya Ritual Sajen Amongamong itu digandengkan dengan acara yasin tahlin untuk mendoakan arwah sanak keluarga yang telah meninggal, dengan dibacakan atau dikirimkan Yasin warga berharap agar dosa-dosanya dapat diampuni oleh Allah SWT, tetapi Ritual Sajen Among-among hanya dilakukan pada hari ke 3, 7, 40, 100, dan 1000 hari sejak meninggal dunia dan juga Among-

99 among ini diletakkan di kamar keluarga yang meninggal dunia tadi dan dibiarkan selama 24 jam. 3. Makna Simbolik yang Terkandung Dalam Ritual Sajen Among - Among Manusia atau individu hidup dalam suatu lingkungan yang dipenuhi oleh simbol-simbol. Tiap individu yang hidup akan memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol yang ada, seperti penilaian individu menanggapi suatu rangsangan dari suatu yang bersifat fisik. Pemahaman individu terhadap simbol-simbol merupakan suatu hasil pembelajaran dalam berinteraksi di tengah lingkungannya, dengan cara mengkomunikasikan simbol-simbol yang ada disekitar mereka, baik secara verbal maupun non verbal. Pada akhirnya proses kemampuan berkomunikasi, belajar, serta memahami suatu makna di balik simbolsimbol yang ada, menjadi keistimewaan tersendiri bagi manusia. Among-among sendiri merupakan sebuah pemaknaan yang ditujukan untuk menghormati kepulangan arwah sanak keluarga yang telah meninggal, karena masyarakat percaya, bahwa dengan menyajikan makanan kesukaanya, arwah tersebut akan merasa senang, begitu pula dengan menyiapkan baju kesukaannya, dan apabila yang meninggal lakilaki biasanya ditambahkan dengan sebungkus rokok.

100 Gambar 4.6. Sajen Among Among Ritual Sajen Among-among mempunyai makna tersendiri dari setiap simbol-simbol yang digunakan, Among-among selalu dipakai sebagai sebuah ritual warga untuk menghormati sanak keluarga yang telah meninggal dunia dan berharap agar arwah seseorang yang telah diberi sajen berupa Among-among tersebut senang dan sekaligus menghormatinya.

101 B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori Sebagai lanjutan dalam penulisan teori ini adalah konfirmasi temuan dilapangan yang mempunyai kesesuaian dengan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Teori peneliti yang digunakan berkaitan dengan focus masalah yang didalamnya membahas mengenai dalam berkomunikasi manusia itu terdapat hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan dan kebahagiaan dalam menjalin hubungan kemasyarakatan, sedangkan pengorbanan adalah peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong munculnya pemikiran tertentu. Dalam penelitian Makna Simbolik Dari Tradisi Sajen Among-among Dalam Memperingati Kematian (Studi Pada Masyarakat Desa Lamongrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan) ini, peneliti mengacu pada Teori Interaksionalisme Simbolik. Setiap orang menggunakan suatu bahasa dan simbol dalam berkomunikasi karena salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata atau pesan verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan

102 perkembangan bahasa dan menangani hubungan antar manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. 1 Penelitian ini menemukan beberapa fenomena penting terkait dengan Makna Simbolik Dari Tradisi Sajen Among-Among Dalam Memperingati Kematian, peneliti menemukan beberapa hal penting yang akan dijelaskan dalam bagian pembahasan ini. 1. Simbol atau Alat yang Digunakan Dalam Ritual Sajen Among Among Disini masyarakat Desa Lamongrejo menggunakan beberapa lambang untuk dijadikan sebuah patokan dimana lambang lambang dan alat tersebut harus dipatuhi bersama sama, agar menciptakan keselarasan antar warga satu dengan warga yang lain. Dalam lingkungan masyarakat Desa Lamongrejo, pemaknaan peralatan dan pelaksaan Sajen Among-among tersebut telah terjadi secara turun-temurun, mereka percaya bahwa dengan masih adanya ritual ini akan memberikan dampak positif kepada mereka, lalu dalam pelaksanaanya, masyarakat menggunakan beberapa simbol-simbol yang didalamnya terdapat maksud dan tujuan tertentu, tentu saja sampai hari ini tradisi tersebut masih dilestatikan karena mereka harus menjaga apa yang menjadi warisan dari leluhur mereka berupa kebudayaan tersebut. 2010), Hlm 92 1 Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Pt Remaja Rosda Karya,

103 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang mana Teori interaksionalisme simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna, yang di maksud dari simbol tersebut adalah bahasa. Dari bahasa inilah maka memunculkan makna yang akan disampaikan oleh komunikan kepada komunikator sehingga dapat terjadinya respon dari komunikator tersebut, namun jika tidak ada respon dalam komunikasi maka komunikasi tersebut dianggap gagal atau tidak berhasil. Lambang-lambang yang digunakan oleh masyarakat Desa Lamongrejo adalah berupa sesaji, dimana didalam sesaji tersebut terdapat beberapa perwakilan simbol-simbol yang sudah diketahui oleh banyak warga. Pada acara Ritual Sajen Among-among, warga menggunakan beberapa simbol yaitu, Makanan, Kopi, Rokok, Pakaian dan Kelapa Muda yang digunakan dalam prosesi Ritual Sajen Among-among. Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. 2 Hlm. 73 2 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, Dan Konteks, (Padjajaran:Widya,2009),

104 Manusia atau individu hidup dalam suatu lingkungan yang dipenuhi oleh simbol-simbol. Tiap individu yang hidup akan memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol yang ada, seperti penilaian individu menanggapi suatu rangsangan dari suatu yang bersifat fisik. Pemahaman individu terhadap simbol-simbol merupakan suatu hasil pembelajaran dalam berinteraksi di tengah lingkungannya, dengan cara mengkomunikasikan simbol-simbol yang ada disekitar mereka, baik secara verbal maupun non verbal. Pada akhirnya proses kemampuan berkomunikasi, belajar, serta memahami suatu makna di balik simbolsimbol yang ada, menjadi keistimewaan tersendiri bagi manusia. Ciri khas dari interaksionalisme simbolik terletak pada penekanan manusia dalam proses saling menterjemahkan, dan saling mendefinisikan tindakannya, tidak dibuat secara langsung antara stimulus-response, tetapi di dasari pada pemahaman makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan akhirnya tiap individu tersebut akan saling berusaha memahami maksud dan tindakan masing-masing untuk mencapai kesepakatan bersama. 3 2. Pelaksanaan Prosesi Ritual Sebuah ritual tentunya memiliki waktu dan proses tersendiri untuk melaksanakannya, dalam Ritual Sajen Among-among, ritual ini hanya dilakukan pada saat hari ke 3, 7, 40, 100, dan seribu sejak kematian sanak 3 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 277

105 keluarganya, prosesi ini dimulai dengan mempersiapkan alat atau simbol berupa Among-among yang berisi, makanan, pakaian, rokok, kelapa dan kopi hitam. Peletakan Among-among ini diletakkan dikamar keluarga yang telah meninggal dunia sebelum acara yasin dan tahlil dimulai, biasanya yasin dan tahlil ini dimulai sehabis magrib atau isya, dan Among-among tersebut dibiarkan selam 24 jam di dalam kamar tersebut. Dalam pemikiran Mead, interaksionisme simbolik memusatkan erhatian utama dari interaksionisme simbolik ialah dampak dari arti dan simbol dalam aksi dan interaksi manusia. Dalam hal ini,mungkin akan lebih baik bila menggunakan pembedaan yang dibuat oleh Mead tentang covert behavior (tingkah laku yang tersembunyi) dan overt behavior (tingkah laku yang terang- terangan). Covert behavior adalah proses berpikir yang melibatkan arti dan simbol. Sedangkan overt behavior merupakan tingkah laku nyata yang dilakukan oleh seorang aktor. Terdapat beberapa overt behavior yang tidak melibatkan covert behavior. Artinya ialah ada tingkah laku yang tidak didahului oleh proses berfikir. Covert behavior inilah yang menjadi pokok perhatian dari interaksionisme simbolik. 4 4 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 293

106 3. Makna Simbolik yang Terkandung Dalam Ritual Suatu simbol yang dimiliki oleh suatu daerah tentunya memiliki makna yang telah disepakati secara bersama. Dalam contoh masyarakat Desa Lamongrejo tentunya memiliki makna tersendiri atas dilakukanya Ritual Sajen Among-among tersebut. Simbol-simbol tersebut memiliki makna tersendiri, seperti; a. Makanan kesukaan, dimaksudkan agar pada saat sang arwah sanak keluarga pulang ke rumah, makanan kesukaannya sudah ada di dalam kamarnya. b. Kopi Hitam, Kopi sendiri dipercaya mempunyai makna yang mewaliki elemen air namun bukan suatu minuman pokok (kebutuhan sekunder). Karena air merupakan elemen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, masyarakat Desa Lamongrejo percaya bahwasanya kopi hitam merupakan kesukaan para arwah yang berpulang untuk melihat sanak keluarganya yang masih hidup didunia. c. Rokok, sudah lama sekali masyarakat Jawa telah mengenal rokok, masyarakat Jawa mengenal rokok sekitar pada abad ke 16, dan juga rokok dipercaya juga akan memberikan penghormatan lebih dan lebih menyenangkan arwah sanak keluargnya tersebut.

107 d. Pakaian yang disukai, merupakan kebutuhan primer bagi manusia semasa hidupnya, apabila seseorang yang meninggal tersebut menyukai pakaian tertentu semasa hidupnya, maka juga akan dipersiapkan sebagai Sajen Among-among, karena warga percaya pakaian tersebut akan didemok.i (dipegang) ketika arwah sanak keluarganya pulang melihat kondisi keluarganya. e. Kelapa Muda, dipersiapkan pada hari ke 40 setelah meninggal dunia, karena orang jawa percaya pada hari ke 40 itu merupakan hari yang memiliki makna penting sekali (keramat). Karena di dalamnya terkandung sebuah rahasia kehidupan sebagai mana dimaksud dalam ungkapan kakangne lembarep, adine wuragil atau kakaknya sulung, adiknya bungsu. Ungkapan itu bermakna bahwa kelahiran kita di dunia ini sebagai sebuah akhir proses triwikrama sekaligus awal kehidupan manusia di mercapada., kelapa muda sendiri mempunyai filosofi tumbuhan yang seluruh bagiannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, dari akar hingga daun tentunya pohon kelapa mempunyai fungsinya masing masing dengan diwakili dari buahnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan lebih menyenangkan lagi arwah sanak keluarga yang telah meninggal.

108 Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku atau non verbal dan interaksi manusia yang dapat dibedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Pertukaran simbol yang diberi makna ini dapat membentuk suatu hubungan yang erat ini maka dapat membangun pengungkapan diri dan dapat membangun hubungan. Ketika seseorang menjalin hubungan akrab, maka simbol seperti bahasa yang digunakan dalam komunikasi menimbulkan interaksi dan perilaku yang mana perilaku itu merupakan bahasa non verbal yang memiliki fungsi sebagai pendukung dalam penyampaian bahasa verbal. Interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia, memberikan asupan pengertian bahwa setiap manusia berbeda, untuk itu diperlukan sebuah pemahaman tentang manusia lainnya. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membantuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind) mengenai diri (self ), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) atau lingkungan dimana individu tersebut menetap. 5 5 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 280