Menghitung besarnya kerja nyata kompresor Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor Menghitung efisiensi kompresi kompresor Menghitung besarnya kebutuhan daya kompresor Menghitung koefisien prestasi(cop) 1
2
Grafik kapasitas pendinginan fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi pipa kapiler Kapasitas pendinginan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran. Kapasitas pendinginan untuk R-134a lebih tinggi dari pada R-12 untuk laju aliran massa refrigeran yang sama. Grafik daya input kompresor fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi pipa kapiler Semakin besar laju aliran massa refrigeran maka semakin besar pula daya kompresor yang dibutuhkan. daya kompresor untuk R-134a lebih besar dari pada R-12 untuk setiap heater yang sama. 3
Grafik COP fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi pipa kapiler COP meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran. COP untuk R-134a lebih tinggi dari pada R-12 untuk beban heater yang sama. Grafik kapasitas pendinginan fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi TXV Kapasitas pendinginan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran. Kapasitas pendinginan untuk R-134a lebih tinggi dari pada R-12 untuk laju aliran massa refrigeran yang sama. 4
Grafik daya input kompresor fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi TXV Daya kompresor meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran. Daya kompresor untuk R-134a lebih tinggi dari pada R-12 untuk Beban heater yang sama. Grafik COP fungsi laju aliran massa refrigeran dengan menggunakan ekspansi TXV COP meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran. COP untuk R-134a lebih tinggi dari pada R-12 untuk beban heater yang sama. 5
Grafik efek pendinginan fungsi heater Efek pendinginan cenderung konstan meskipun beban heater semakin besar untuk ekspansi TXV. Efek pendinginan semakin besar seiring peningkatan beban heater untuk ekspansi pipa kapiler. Grafik rasio pelepasan kalor fungsi heater 6
Nilai kapasitas pendinginan, daya input kompresor dan coeffisien of Performance (COP) naik seiring dengan semakin besar nilai laju aliran massa refrigeran. Sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-134a mempunyai kapasitas pendinginan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem pendinginan yang menggunakan refrigeran R- 12. Nilai kapasitas pendinginan naik seiring dengan bertambahnya beban pendinginan yang dihasilkan oleh heater. Kebutuhan daya kompresor semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah beban pendinginan yang dihasilkan oleh heater. Sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-134a membutuhkan daya kompresor lebih besar dibanding dengan sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-12 Coeffisien of Performance (COP) semakin besar seiring dengan bertambahnya beban pendinginan yang dihasilkan oleah heater. Sistem pendingin udara yang menggunakan refrigeran R-134a mempunyai coeffisien of Performance (COP) lebih baik dibandingkan dengan sistem pendingin udara yang menggunakan refrigeran R-12. Efek pendinginan semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah heater yang digunakan sebagai beban pendinginan. Efek pendinginan untuk sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-134a lebih besar dibandingkan dengan sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-12. Rasio pelepasan kalor semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah heater yang digunakan sebagai beban pendinginan. Sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-134a mempunyai rasio pelepasan kalor lebih besar dibandingkan dengan sistem pendingin yang menggunakan refrigeran R-12. Pada alat uji ditambah dengan alat ukur aliran (flow meter) untuk lebih memperoleh laju aliran massa refrigeran yang lebih aktual. 7
Sekian 8