BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. Bank juga sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang penting dalam

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI AH (BPRS) DI KOTA SURAKARTA MENGGUNAKAN DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

Disusun Oleh: FAJAR WIJANARKO B / I

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI SURAKARTA MENGGUNAKAN DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

I.PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan suatu perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

MEI LINA QURUTA AYUN B / I

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN tentang liberalisasi perbankan yang memungkinkan pendirian bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan laju jumlah Bank Umum Syariah yang tumbuh dari yang

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

EFISIENSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Undang-Undang Perbankan yang berlaku yaitu UU No. 12 Tahun 1967,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyimpanan dana tunai nya. Hal tersebut betolak belakang karena masyarakat

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan operasionalnya pasti tidak akan terlepas dari risiko.

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu komponen pelaku usaha yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat dengan kemampuan ekonomi dan ketrampilan terbatas. Peranan penting UMKM dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai tempat mendapatkan penghasilan, dan mengembangkan potensi atau ketrampilan yang mereka miliki (Maryati 2014) Sektor UMKM juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi Perekonomian Indonesia ketika terjadi krisis, dimana UMKM memiliki daya tahan menghadapi krisis ekonomi yang terjadi karena UMKM tidak banyak memiliki ketergantungan pada factor eksternal seperti hutang dalam valuta asing, dan bahan baku impor dalam melakukan kegiatan oprasionalnya (Malik 2008). UMKM juga merupakan sektor yang potensial untuk penyaluran pembiayaan bagi BPRS, karena UMKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian Indonesia dimana unit usaha UMKM merupakan 99,9% dari total usaha di Indonesia serta menyerap 77,67 juta tenaga kerja atau 96,8% 1

2 dari tenaga kerja nasional,dengan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,5% (Hartono 2008). Namun dalam menjalankan usahanya, UMKM sering kali mengalami kesulitan dan hambatan, dimana dalam pengembangan usahanya UMKM sering kali menhadapi masalah yang mencakup masalah pemasaran, permodalan,dan pengelolaan. Sekitar 57% usaha mikro dan kecil di Indonesia dalam menjalankan usahanya, dengan kesulitan utama yang dihadapi adalah permodalan yaitu sebesar 31.11% kesulitan bahan baku 24,80% dan kesulitan pemasaran sebesar 24,60% (Mardani 2015) Ketika di keluarkannya Kebijakan Pakto 1988 memberikan angin segar untuk BPR tumbuh dan berkembang di Idonesia,.Kebijakan tersebut telah membuka peluang baru khususnya dikawasan pedesaan untuk memperoleh modal usaha.selain itu dengan lahirnya BPR memberikan peluang bagi masyarakat kecil, yang memiliki usaha untuk mendapakan pembiayaan dari BPR karena BPR itu sendiri memberikan pembiayaan yang difokuskan pada pembiayaan kecil dan mikro. Akan tetapi, sistem pembiayaan konvensional yang menerapkan sistem bunga sering kali mengakibatkan UMKM kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan usaha. Kecendrungan peningkatan suku bunga bank menyebabkan pelaku usaha UMKM khususnya dan masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi tidak mampu lagi untuk melunasi hutanghutangnya pada pihak bank, dan akhirnya pihak bank akan menyita harta

3 benda mereka untuk melunasi hutang-hutangnya, karena tentunya pihak bank tentunya tidak akan mau dirugikan (Maryati 2014). Maka dari itu, masyarkat dan pelaku usaha berskala ekonomi mikro dan kecil membutuhkan sistem pembiayaan yang lebih mendukung pada keberhasilan usaha mereka tentunya dengan sistem syariah, yaitu system bagi hasil. Jenis transaksi ini dapat dilakukan oleh perbankan syariah yang merupakan lembaga dengan prinsip oprasional yang didasarkan pada konsep syariah Islam, yang mengharapkan tidak adanya bunga (riba), dan menerapkan system bagi hasil (profit loss shering) pada setiap transaksinya (Antonio 2001). Kemudian pemerintah mengeluarkan Undang-Undang tersendiri tentang Perbankan Syariah, yaitu melalui UU No. 21 Tahun 2008. Fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2003tentang haramnya bunga bank yang dianggap sama dengan riba juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri keuangan syariah. Ini dikarenakan jumlah masyarakat Indonesia mayoritas Islam, dimana pada tahun 2010 jumlah umat muslim di Indonesia berjumlah 207 juta jiwa, atau 87% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 238 juta jiwa (Badan Pusat Statistik 2010).

4 Larangan riba terdapat dibeberapa firman Allah S.W.T dan hadits hadits Rasulullah S.A.W. Salah satu firman Allah S.W.T yang melarang tentang riba terdapat dalam Q.S. Ali Imran (3) : 130 : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda." Pertumbuhan industri keuangan syariah dapat dilihat dari pertumbuhan jaringan kantor perkembangan Syariah yang selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan seperti yang terlihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Jumlah Jaringan Kantor Perbankan Syariah Jaringan Kantor Perbankan Syariah Keteranagn 2011 2012 2013 2014 2015 Bank Umum Syariah Jumlah Bank 11 11 11 12 12 jumlah Kantor 1401 1745 1950 2.151 1.990 Unit Usaha Syariah Jumlah Bank Konvensional yang memilikiuus 24 24 23 22 22 Jumlah Kantor 336 517 576 320 311 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jumlah Bank 155 158 160 163 163 Jumlah Kantor 364 401 399 439 446 Total Kantor 2101 2663 2925 2910 2747 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan(diolah)

5 Dilihat dari table di atas, dalam skala mikro salah satu lembaga keuangan syariah yang mengalami pertumbuhan adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).Berdirinya BPRS sendiri dilatar belakangi oleh kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami restrukturisasi. Restrukturisasi perekonomia di Indonesia ini berupa lahirnya berbagai kebijakan, salah satunya dalam bidang perbankan yang kemudian lahirlah BPRS (Djazuli A 2002). Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam memberikan pembiayaan berdasarkan golongan pembiayaan pada sector ekonomi di Indonesia, dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 1.2 Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan Tahun 2011-2015 (juta rupiah). Golongan 2011 2012 2013 2014 2015 Usaha Kecil dan Menengah 1.547.205 2.080.094 2.620.263 3.005.858 3.377.987 Selain Usaha Kecil dan Menengah 1.128.725 1.473.426 1.813.230 1.999.051 2.387.184 Jumlah 2.675.930 3.553.520 4.433.492 5.004.909 5.765.171 Sumber: Otorita Jasa Keuangan (data diolah). Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pembiayaan BPRS selalu mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, dengan pembiayaan untuk golongan UMKM selalu lebih tinggi dibandingkan dengan golongan selain UMKM. Kunci keberhasilan BPRS dalam pemberian pelayanan kepada UMKM antara lain adalah lokasi BPRS yang dekat dengan masyarakat,

6 prosedur pelayanan yang sederhana,dan proses yang cepat, serta mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat setempat (Hartono 2008). Agar dapat bersaing di industri perbankan khususnya pada pasar UKM, BPRS dituntut untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin, karena BPRS tidak hanya bersaing dengan sesama LKM saja, akan tetapi harus bersaing dengan bank-bank umum yang mulai mengincar pasar UKM yang selama ini menjadi target pasar BPRS. Selain itu, BPRS mendapat pesaing baru sejak disahkanya UU koperasi yang memperkenankan koperasi untuk mengeluarkan Surat Modal Koperasi (SMK) yang membuat persaingan diranah mikro semakin ketat (Muhari & Hosen 2014). Dari latar belakang di atas maka, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi BPRS menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).Terutama efisiensi terkait fungsi bank sebagai lembaga Intermediasi. Fungsi ini berkaitan dengan pemberian fasilitas atau kemudahan mengenai aliran dana dari mereka yang kelebihan dana kepada mereka yang membutuhkan dana. Lembaga keuangan dalam fungsi ini adalah sebagai broker, pialang atau dealer yang berperan meningkatkan efisiensi pihak yang berlebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Pihak yang mempunyai kelebihan dana disebut sebagai pihak penyimpan (saver) dan pihak yang membutuhkan dana disebut sebagai pihak peminjam (borrower) (Komaryatin 2007).

7 Pengukuran efisiensi teknik yang menggunakan multi input dan output ini diharapkan dapat mengukur efisiensi fungsi intermediasi BPRS di Surakarta pada periode 2015. Dan dengan ini diharapkan dapat ditemukan faktor penyebab inefisiensi BPRS, sehingga dapat dilakukan kebijakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kinerja BPRS yang tidak efisien di Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Surakarta periode 2015? 2. Manakah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang paling efisien di Surakarta periode 2015? 3. Manakah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang belum efisien? 4. Bagaimana cara menentukan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)yang inefisien menjadi Efisien? C. Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisisensi BPRS di Surakarta, menentukan BPRS mana yang efisisen dan yang tidak efisien serta memberikan solusi agar BPRS yang belum efisien bisa menajdi efisien D. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Pemerintah dan Bank Indonesia

8 Diharapkan dapat menjadi alat informasi dan bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan perbankan dalam meningkatkan efisiensi BPRS agar tercapai stabilitas ekonomi nasional. 2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Diharapkan dapat menjadi pedoman penilaian kinerja BPRS di Surakarta, sehingga dapat dijadikan pertimbangan pengambilan kebijakan serta koreksi untuk meningkatkan kinerja bank tersebut. 3. Bagi penelitian berikutnya Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang. E. Metode Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time seriesdan menggunakan data kuartal yaitu dari Januari 2015 - Desember 2015. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi pemerintah yang terkait antara lain dari website resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu www.ojk.go.id. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari BPRS yang berada di Surakarta yaitu BPRS Dana Mulia, Dana Amanah, BPRS Central Syariah Utama, BPRS Harta Insan Karimah Surakarta. Dalam penelitian ini, pengukuran efisiensi BPRS di Surakarta diukur dengan DEA (Data Envelopment Analysis)dengan menggunakan pendekatan input oriented,dan menggunakan pendekatan CRS (Constant Return to Scale). DEA adalah sebuah metode frontier non parametic yang menggunakan

9 program linier untuk membandingkan rasio output dan input untuk semua unit yang dapat dibandingkan dalam sebuah populasi. Tujuan metode DEA adalahsebagai alat untuk membantu dalam evaluasi tingkat efisiensi dari decision making unit (DMU) (fathony 2012). Model CCR merupakan model yang paling sering digunakan, yang dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978.dengan menerapkan constant return to scale (CRS). Rumus dari model dapat ditulis sebagai berikut (Komaryatin 2007): Dimana: ho s m yrj : efisiensi masing-masing BPRS : jumlah output BPRS yang di amati (Ribu rupiah) : jumlah input BPRS yang diamati (Ribu rupiah) : jumlah ouput i yang digunakan masing-masing BPRS (Ribu rupiah) xij : jumlah input j yang digunakan masing-masing BPRS (Ribu rupiah) ur vi : bobot output i yang dihasilkan per BPRS (Ribu rupiah) : bobot input j yang diberikan per BPRS (Ribu rupiah) Kendala:

10 untuk r = 1, N Dimana N menunjukkan jumlah bank dan sample, Angka rasio efisiensi relatif berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau 0 sampai 100%. Suatu DMU memiliki kinerja yang efisien jika nilai efisiensi relatif sebesar 1 atau 100% sedangkan DMU lain yang nilainya dibawah 1 atau 100% maka kemampuannya masih dibawah DMU yang telah efisisien. Adapun dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai input adalah tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah, dan beban personalia. Sedangkan variabel output yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembiayaan,piutang dan penempatan pada bank lain. F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori tentang BPRS, efisiensi, dan Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai dasar penelitian, hasilhasilpenelitian terdahulu yang dijadikan dasar dan referansi

11 bagipeneliti.dijelaskan pula kerangka pemikiran dan hipotesis yangdiambil oleh peneliti. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, definisi variabel, dan tekhnik analisis data. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Menguraikan tentang deskripsi pengolahan data dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), pembahasan dan hasil analisis tentang seberapa efisien masing-masing BPRS dan menentukan BPRS mana yang efisien dan yang tidak efisien di Surakarta serta kebijakan apa yang harus dilakukan agar BPRS yang tidak efisien menjadi efisien. Bab V Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasilpenelitian yang dilakukan serta saran-saran yang diberikan olehpeneliti.