1. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN AKSES PEMBIAYAAN BAGI KUKM (Tantangan dan Harapan)

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. non tunai yang saat ini sedang digemari adalah kartu kredit dan e-money.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

Rencana Aksi. Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan. Departemen Perlindungan Konsumen OJK Jakarta, 18 September 2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Term of References Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU) Perluasan Akses Keuangan Melalui Pembiayaan Mikro

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Direktorat Literasi & Edukasi Keuangan Malang, 26 Januari 2015

Data Akses ke Lembaga Keuangan Formal

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Yang Terhormat : Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Bapak Ir. H Achmad Diran;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuangan inklusif. Keuangan inklusif ini lebih dipergunakan atau ditujukan

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Sosialisasi. Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Disampaikan kepada

Informasi dalam buku ini bersumber dari National Strategy for Financial Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Otoritas Jasa Keuangan: Membuka Akses dan Melindungi Konsumen Keuangan. Muliaman D Hadad

BAB I PENDAHULUAN. Di era moderen saat ini, masyarakat cenderung berperilaku boros. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013

Pidato Sambutan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan pada Seminar IFSB bertema Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islami

Highlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia

Bismillahi rahmani rahiim,

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dihadapi agar dapat memenuhi kebutuhannya. Meningkatnya berbagai

IMPLEMENTASI STRATEGI NASIONAL LITERASI KEUANGAN INDONESIA. Oleh: Dr. Agus Sugiarto Direktur Literasi dan Edukasi, Otoritas Jasa Keuangan

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, tingkat pengetahuan keuangan atau financial knowledge dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendapatkan referensi yang sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Rachmat Simbara Saputra 1, Andrieta Shintia Dewi 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom 1,2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

Pointers Sambutan Ketua Dewan Komisioner OJK Peluncuran Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Jakarta, 18 Mei 2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya (Krishna, 2010). Menurut President s Advisory Council dalam

Pengaruh Exchange Rate Dan Trading Volume Activity Terhadap Harga Saham

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

Sambutan Ketua Umum IBI Seminar e-money sebagai Sarana untuk Mengembangkan Literasi Keuangan 8 Mei 2014, Hotel Four Seasons, Jakarta

BAB V PENUTUP. banking di perbankan syariah dalam mencapai financial inclusion dengan studi

EDUKASI & PERLINDUNGAN KONSUMEN KANTOR OJK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Perluas ke Asuransi Mikro, Prudential Luncurkan PRUaman

Direktorat Komunikasi dan Hubungan Internasional Otoritas Jasa Keuangan TTD

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya kita dapat berkumpul pada hari ini dalam acara Pembukaan Pasar Keuangan Rakyat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan sangat diperlukan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) menyebutkan dalam

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mereka mengalami kerugian, baik akibat penurunan kondisi

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. target pasar potensial bagi perusahaan - perusahaan baik perusahaan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan beserta hasil-hasilnya, dan pertumbuhan stabilitas ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN. Pentingnya teknologi informasi dalam bisnis tidak diragukan lagi. Banyak

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

AVRIST. INVESTMENT Link INVESTASI MAKSIMAL PERLINDUNGAN JIWA OPTIMAL

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

Pengenalan Terhadap Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO) Jakarta, 5 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE. Profil Perusahaan. Always Listening, Always Understanding

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan perilaku konsumsi masyarakat. Bagi individu yang

Investor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. baik dan benar (Good Corporate Governance).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Survey Tingkat Financial Literacy

dalam jangka panjang (Boediono, 1994). Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai sarana menyerap dana dan memperkuat keuangannya

STRATEGI NASIONAL LITERASI KEUANGAN INDONESIA (Revisit 2017)

Realisasi Pinjaman (Rp.) , , , , ,16

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan setiap orang bekerja adalah memperoleh pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Logo Investor Saham Pemula (Sumber : www.tnp-capital.com) Investor Saham Pemula (ISP) merupakan komunitas gerakan sosial (social movement community) yang berfokus pada bidang edukasi pasar modal dan tidak menutup diri dari disiplin ilmu lainnya. Komunitas Investor Saham Pemula berdiri sejak tahun 2012 tepatnya tanggal 22 Desember didirikan oleh Tias Nugraha Putra dan Frisca Devi, dibentuk karena keprihatinan terhadap masyarakat Indonesia yang skeptis terhadap dunia investasi. Tias Nugraha Putra, S. E Founder Frisca Devi C hoirina. S. E Co - F ounder AMBASSADORS Gambar 1.2 Struktur Organisasi Komunitas ISP (Sumber : data diolah) Komunitas ISP berusaha untuk terus berperan aktif dalam membantu masyarakat Indonesia agar lebih melek investasi khususnya pasar modal, tidak hanya untuk kalangan akademisi dan masyarakat kelas menengah-atas tapi bahkan untuk kalangan masyarakat middle low class, sehingga masyarakat Indonesia diharapkan tidak akan terjebak dalam middle income trap. Komunitas ini tempat untuk investor 1

saham berbagi pengetahuan dan pengalaman khususnya kepada masyarakat yang sedang mencari pengetahuan mengenai investasi keuangan khususnya pasar modal. Komunitas ini juga diharapkan menjadi tempat berbagi informasi mengenai rekomendasi saham berdasarkan data akurat serta analisis teknikal atau analisis fundamental. Melalui kampanye #yukbelajarsaham ISP juga akan terus menjaring Change Maker Generation, memperluas wilayah regional ISP, dan membantu mengedukasi masyarakat melalui berbagai kerjasama / kolaborasi dengan pihak-pihak luar, baik itu IDX, SRO, akademisi di tingkat kampus, pemerintah kota / kabupaten, instansi, maupun komunitas-komunitas non pasar modal yang ada di Indonesia. Di luar edukasi pasar modal, ISP juga akan terus berusaha untuk melakukan charity program sebagai bentuk kepedulian kami untuk masyarakat sekitar. Program-program yang sudah terlaksana yaitu : 1) ISP Goes To Campus; sudah mengisi lebih dari 30 Universitas di Jawa dan luar Jawa dan akan berlanjut seterusnya. 2) ISP Ambassador; mengumpulkan dan mempertemukan calon-calon profesional muda di bidang pasar modal dari berbagai wilayah di Indonesia 3) Bermitra kolaborasi dengan berbagai lintas komunitas sosial yang ada di Indonesia 4) Menjalin kerjasama dengan PT. Bursa Efek Indoensia dan SIPF (Securities Investor Protection Fund) maupun institusi / lembaga lainnya 5) Edukasi ke masyarakat di daerah-daerah 6) Program ISP on radio and newspaper - ISP in Charity Hingga tahun 2016 ini ISP memiliki 90 Ambassador di 26 Regional dengan total jumlah tim kurang lebih 250 anggota di seluruh Indonesia. Komunitas ini percaya bahwa di luar sana banyak kaum muda yang memiliki passion, namun mereka belum dipertemukan. ISP mempercayakan setiap wilayah kepada masingmasing Ambassador untuk memperkenalkan dunia keuangan yang sudah modern berdasarkan peraturan-peraturan investasi resmi dari Kemenkeu, OJK dan SRO. Berikut jumlah anggota Pusat dan 26 Regional ISP : 2

Tabel 1.1 Jumlah Anggota Pusat dan 26 Regional ISP No Regional Anggota No Regional Anggota 1 Pusat 2 orang (founder) 15 Bogor 16 orang 2 Aceh 8 orang 16 Bandung 19 orang 3 Medan 6 orang 17 Semarang 15 orang 4 Padang 22 orang 18 Pekalongan 6 orang 5 Jambi 9 orang 19 Purwokerto 8 orang 6 Lampung 33 orang 20 Yogyakarta 13 orang 7 Batam 7 orang 21 Solo 15 orang 8 Palembang 7 orang 22 Surabaya 32 orang 9 Pontianak 8 orang 23 Kediri 8 orang 10 Balikpapan 7 orang 24 Malang 17 orang 11 Pekanbaru 7 orang 25 Banyuwangi 11 orang 12 Jakarta 13 orang 26 Denpasar 7 orang 13 Tangerang 10 orang 27 Manado 8 orang 14 Bekasi 12 orang Total 320 Anggota Sumber : data diolah Berikut adalah peta persebaran ISP Regional di seluruh daerah di Indonesia : Gambar 1.3 Persebaran ISP Regional Seluruh Indonesia (Sumber : Dokumentasi Komunitas) 3

1.2. Latar Belakang Generasi muda saat ini telah menjadi fokus perhatian pemerintah dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan mereka. OJK (2015a) menyatakan akan menambah fokus dan prioritas sasaran edukasi keuangan kepada pelajar di Indonesia dari tingkat Universitas, SMA, SMP, hingga SD. OJK (2015a) menjelaskan bahwa alasan regulator melakukan edukasi keuangan ke generasi muda adalah untuk membentuk financial habit sejak dini. Berdasarkan data dari SNLKI OJK (2014) tingkat literasi dan inklusi dalam berbagai industri keuangan di Indonesia adalah sebagai berikut : 70,00% 60,00% 57,28% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 7,13% 3,79% 0,11% 1,53% Pasar modal Dana Pensiun Perusahaan Pembiayaan 14,85% 9,80% 6,33% 5,40% 17,84% 11,81% 21,80% Pegadaian Asuransi Perbankan Inklusi Literasi Gambar 1.4 Grafik tingkat literasi dan inklusi dalam berbagai industri keuangan di Indonesia tahun 2013 (Sumber : OJK, 2014) Berdasarkan gambar 1.4 tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia paling tinggi pada lembaga keuangan perbankan yaitu sebesar 21,8% dan tingkat inklusi sebesar 57,28%, sedangkan paling rendah pada pasar modal dimana tingkat literasi sebesar 3,79% dan tingkat inklusi sebesar 0,11%, hal ini menunjukkan pasar modal harus menjadi fokus pemerintah dalam meningkatkan tingkat literasi dan inklusi di masyarakat. Menurut data dari Global Financial Inclusion Database (2015) hanya 36,1% penduduk usia dewasa dan hanya 35,2% penduduk usia muda di Indonesia yang memiliki akun jasa keuangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.2 berikut : 4

Tabel 1.2 Persentase populasi penduduk yang mempunyai akun Bank di Indonesia dan beberapa Negara Asean lainnya tahun 2015 Negara Dewasa (umur 15+) Dewasa Muda (15-24) Cambodia 22,2% 26,3% Indonesia 36,1% 35,2% Malaysia 80,7% 76,2% Myanmar 22,8% 13,5% Philippines 31,3% 19% Singapore 96,4% 92,9% Thailand 78,1% 70,6% Vietnam 31,0% 37,4% Sumber : Global Financial Inclusion Database (2015) Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan masih rendahnya tingkat inklusi masyarakat bahkan tingkat kepemilikan akun jasa keuangan generasi muda Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Singapore, Malaysia, dan Thailand. Menurut OJK (2015a) tingkat literasi keuangan pelajar baru sekitar 28% dengan tingkat inklusi keuangan sebesar 44%. Padahal menurut Bank Indonesia (2016) keuangan inklusif mampu memberikan banyak manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat, regulator, pemerintah, dan pihak swasta yaitu antara lain : 1) Meningkatkan efisiensi ekonomi 2) Mendukung stabilitas sistem keuangan 3) Mengurangi shadow banking 4) Mendukung pendalaman pasar keuangan 5) Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan 6) Mendukung peningkatan Human Development Index 7) Berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang sustain dan berkelanjutan 8) Mengurangi kesenjangan dan rigiditas low income trap, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan Menurut Jamison et.al (2014) keuangan mikro semakin fokus pada mendorong penghematan, terutama pada kalangan pemuda. Hal ini dikuatkan dengan berita dari Kompas.com (2015) yang mengabarkan bahwa OJK menyatakan masyarakat 5

Indonesia semakin meninggalkan kebiasaan menabung. Hal itu tercermin dari menurunnya Marginal Propensity to Save dalam tiga tahun terakhir dan naiknya Marginal Prosperity to Consume. Sikap tidak gemar menabung ini dapat berakibat buruk terhadap tingkat kesejahteraan. Menurut Margaretha dan Pambudhi (2015) Individu harus memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumber keuangan pribadinya secara efektif demi kesejahteraannya. Margaretha dan Pambudi (2015) menerangkan bahwa banyak penelitian yang dilakukan pada mahasiswa atau generasi muda lainnya yang hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan tentang literasi keuangan masih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Mendari dan Kewal (2013) yang menunjukkan bahwa dari semua aspek literasi keuangan, mengindikasikan literasi keuangan yang rendah di kalangan kaum muda walaupun melalui pendidikan di sekolah sudah diberikan materi-materi perkuliahan yang berkaitan tentang aspek-aspek dalam literasi keuangan tersebut. Lebih lanjut Mendari dan Kewal (2013) berpendapat bahwa pengetahuan tentang literasi keuangan harus diberikan sedini mungkin kepada kaum muda sehingga mereka dapat mengaplikasikan dengan lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengindikasikan bahwa literasi keuangan dan inklusi keuangan sangat penting untuk kalangan muda. Menurut Kusumaningtuti (dalam OJK, 2015a) edukasi keuangan yang dilakukan pada usia muda ini sangat penting untuk menggapai masa depan yang cerah ketika dewasa. Pentingnya literasi keuangan dan inklusi keuangan juga dikemukakan oleh Chakrabarty (dalam OECD, 2013) bahwa inklusi keuangan, literasi keuangan, dan perlindungan konsumen telah diakui sebagai terjalinnya benang dalam mengejar stabilitas keuangan. Untuk setiap jenis stabilitas baik pertumbuhan keuangan inklusif, ekonomi, politik, atau sosial merupakan prasyarat penting. Menurut OECD (2013) kesadaran akan produk yang tersedia dalam suatu Negara merupakan prasyarat penting bagi keuangan inklusi. Hal ini didukung oleh World Bank (2008) bahwa kapasitas individu dan pengusaha untuk mengambil keuntungan dari jasa keuangan yang tersedia juga tergantung pada pendidikan keuangan yang memadai. Cohen dan Nelson (2011) berpendapat bahwa pendidikan keuangan merupakan alat penting untuk mengatasi ketidakseimbangan dan membantu konsumen antara menerima dan menggunakan produk yang mana dapat meningkatkan aksesibilitas mereka. Berbagai upaya untuk mendukung peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan telah dilakukan melalui pendekatan suatu strategi nasional mencakup tiga 6

aspek, yaitu penyediaan sarana layanan yang sesuai, penyediaan produk yang cocok, responsible finance melalui pendidikan keuangan dan perlindungan konsumen (BI, 2016). Upaya-upaya tersebut antara lain adalah program Laku Pandai yaitu Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif yang bertujuan menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat menjangkau layanan keuangan, program Simpel yaitu Simpanan Pelajar, Program SiPINTAR yaitu layanan keuangan terpadu yang diberikan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk dua atau lebih produk lembaga keuangan, dengan proses mudah dan terjangkau, dan program edukasi literasi keuangan (OJK, 2015b). Selama ini OJK cenderung mengandalkan pada lembaga keuangan dalam kerjasama pelaksanaan program tersebut seperti dilansir dari Tribunnews.com (2014) Berdasarkan hasil survei OJK sektor Perbankan dan lembaga keuangan memegang peran dominan untuk tingkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Akan tetapi program tersebut belum memberikan dampak yang signifikan karena berdasarkan tabel 1.2 tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia tahun 2015 masih kalah dengan Negara-negara tetangga. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi OJK untuk memperluas kerjasama dan menggandeng banyak pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat salah satunya adalah modal sosial. Menurut Robison dan Siles (dalam Francis, 2002) Modal sosial adalah seseorang atau grup yang merasa simpatik, perhatian, peduli, empati, rasa hormat, rasa kewajiban, atau kepercayaan terhadap orang atau kelompok lain. Putnam (dalam Bongomin et.al, 2015) menunjukkan bahwa modal sosial dapat berpengaruh positif terhadap pendidikan dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Hal ini juga didukung oleh Bongomin et.al (2016) bahwa modal sosial memfasilitasi edukasi keuangan berupa pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dalam jaringan yang memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan. Bongomin et.al (2016) lebih lanjut mengemukakan bahwa modal sosial berperan penting dalam mediasi dan meningkatkan berbagi sumber daya termasuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh masyarakat sebagai driver dari literasi keuangan. Hal ini didukung oleh Kamukama dan Natamba (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa modal sosial secara parsial menengahi hubungan antara intermediasi sosial dan akses ke layanan keuangan. 7

Di Indonesia sendiri, modal sosial dapat berperan dalam mendukung peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan di masyarakat seperti diberitakan dalam majalah Gemari (2011) bahwa untuk memperkuat inklusi keuangan, Yayasan Damandiri membuat suatu program dengan kearifan lokal yang dihimpun dalam suatu kegiatan yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yaitu program yang tidak hanya mengandalkan usaha pada penghimpunan dana tabungan atau kredit dengan bunga ringan, tetapi harus ikut aktif mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan keluarga dengan akses kredit yang lebih luas bagi keluarga miskin. Program Posdaya tersebut adalah salah satu contoh bagaimana modal sosial ikut terlibat dalam mendukung peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan. Berikut adalah beberapa modal sosial yang ikut terlibat dalam mendukung peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan. Tabel 1.3 Daftar beberapa modal sosial yang ikut terlibat dalam mendukung peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia Organisasi Program Kerja Website Yayasan Damandiri Pos Pemberdayaan Keluarga www.damandiri.or.id (Posdaya) The Wahid Institute Training of Trainer (ToT) fasilitator pendidikan keuangan untuk keluarga. www.wahidinstitute.org Komunitas Cerdas Training be a Financial Trainer www.cerdaskeuangan.com Keuangan Yayasan Penabulu Training of Trainer (ToT) www.penabulualliance.org pembangunan kampung di Kabupaten Mahakam Ulu Indorelawan Gerakan Beruang Cerdas www.indorelawan.org GIBEI Universitas Negeri Padang GIBEI Goes To School www.gibeiunp.com Investor Saham Sharing dan Diskusi Online www.tnp-capital.com Pemula Pasar Modal Sumber : data diolah Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa banyak modal sosial di Indonesia yang bergerak dibidang edukasi keuangan. Sasarannya pun beragam, ada yang fokus ke 8

desa-desa, ke keluarga, maupun ke kaum muda. Menurut peneliti, kaum muda patut untuk dijadikan sasaran penelitian karena tingkat literasi dan inklusi mereka masih rendah padahal merekalah generasi penerus bangsa. Salah satu modal sosial yang fokus pada pengembangan keuangan kaum muda adalah komunitas Investor Saham Pemula (ISP). Komunitas ISP ini pun tersebar di 26 daerah di Indonesia sehingga sangat layak untuk dijadikan studi kasus pada penelitian. Jika dibandingkan dengan modal sosial lain, maka diperoleh matrix sebagai berikut : Tabel 1.4 Perbandingan Modal Sosial berdasarkan Fokus Pengembangan dan Ketersebaran di Indonesia Organisasi Fokus pada Tersebar di Fokus pada Pengembangan berbagai daerah Kaum Muda Keuangan di Indonesia Yayasan Damandiri The Wahid Institute Komunitas Cerdas Keuangan Yayasan Penabulu Indorelawan GIBEI Universitas Negeri Padang Investor Saham Pemula Sumber : data diolah Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa hanya komunitas ISP yang memenuhi ketiga syarat yang ditetapkan oleh peneliti sehingga layak untuk menjadi objek studi kasus. Khusus untuk GIBEI sebenarnya banyak tersebar di universitasuniversitas di Indonesia akan tetapi tiap universitas berdiri sendiri-sendiri sehingga tidak dapat menjadi acuan untuk komunitas secara utuh. Mengingat adanya peran dari modal sosial dan pentingnya literasi keuangan dan inklusi keuangan pada kaum muda, maka peneliti bermaksud untuk meneliti peran modal sosial sebagai mediator literasi keuangan dan inklusi keuangan pada kaum muda 9

di Indonesia. Beberapa penelitian berusaha menjelaskan peran modal sosial sebagai mediator pada aspek sosial ekonomi, tetapi penelitian tersebut tidak menjadikan kaum muda di Indonesia sebagai studi kasus. 1.3. Perumusan Masalah Literasi keuangan dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia terlebih pada generasi muda masih rendah dibandingkan dengan Negara-negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, dan Thailand yang angkanya mencapai lebih dari 75% sedangkan Indonesia sendiri masih di angka 36%. Padahal manfaat literasi keuangan dan inklusi keuangan sangat besar terutama untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Di tengah rendahnya literasi keuangan dan inklusi keuangan masyarakat, terlebih pada generasi muda peran modal sosial dalam meningkatkan literasi keuangan dan inklusi keuangan masyarakat perlu mendapat perhatian. Modal sosial diharapkan dapat menjadi mediator dalam peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan tersebut. Beberapa studi terdahulu yang terkait dengan masalah modal sosial sebagai mediator literasi keuangan dan inklusi keuangan tidak menjadikan Indonesia sebagai studi kasus. Sebab perbedaan faktor geografi dan demografi tersebut maka studi kasus untuk masalah tersebut di Indonesia perlu untuk diteliti. 1.4. Pertanyaan Penelitian 1) Apakah literasi keuangan memiliki efek yang signifikan pada modal sosial? 2) Apakah modal sosial memiliki efek yang signifikan pada inklusi keuangan? 3) Bagaimana efek literasi keuangan pada inklusi keuangan ketika diteliti dengan modal sosial jika dibandingkan dengan efek literasi keuangan pada inklusi keuangan tanpa modal sosial? 1.5. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui apakah literasi keuangan memiliki efek yang signifikan pada modal sosial 2) Untuk mengetahui apakah modal sosial memiliki efek yang signifikan pada inklusi keuangan 3) Untuk mengetahui efek literasi keuangan pada inklusi keuangan ketika diteliti dengan modal sosial jika dibandingkan dengan efek literasi keuangan pada inklusi keuangan tanpa modal sosial 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat sebagai berikut : 10

1) Bagi Perguruan Tinggi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Universitas Telkom untuk menambah kualitas pengajaran melalui penambahan mata kuliah, seminar, maupun pelatihan mengenai pengetahuan keuangan bagi mahasiswa di Universitas Telkom 2) Bagi Praktisi dan Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu ekonomi dan diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi para pembaca serta menjadi rujukan bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian sejenis. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1. Variabel Penelitian Variabel independen penelitian ini adalah literasi keuangan, variabel hasilnya adalah inklusi keuangan, dan variabel mediasinya adalah modal sosial. Pertanyaan dalam variabel penelitian ini disesuaikan dengan keadaan objek penelitian. 1.7.2. Lokasi dan Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah komunitas Investor Saham Pemula di seluruh chapter di Indonesia. 1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I : PENDAHULUAN BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisikan penjelasan dari literator penelitian yang berkaitan dengan teori penelitian yang mendukung solusi permasalahan, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian yang dilakukan, variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis data yang menitikberatkan pada hasil olahan data sesuai dengan metode yang digunakan. Interpretasi hasil analisis dari objek penelitian sesuai dengan pengujian yang digunakan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dari analisis dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat diterapkan oleh objek penelitian. 11

halaman sengaja dikosongkan 12