BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan hak asasi yang menderita. 1 Korban kejahatan yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Alinea ke-4 Pembukaan (Preamble) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabatnya serta dijamin hak-haknya untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

III. METODE PENELITIAN. normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang tegas dinyatakan bahwa Negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 28B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 perlu ditindaklanjuti dengan membuat kebijakan pemerintah yang bertujuan melindungi anak. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum. Undang-Undang ini bermaksud agar anak dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang serta memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan yang diperoleh jati 1

2 dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Substansi mendasar yang diatur dalam UU No.11 tahun 2012 adalah pengaturan tegas mengenai keadilan restoratif dan diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan, sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan social secara wajar. Oleh karena itu, sangat diperlukan peran serta semua pihak dalam rangka mewujudkan hal tersebut. Proses itu harus bertujuan pada terciptanya keadilan restoratif, baik bagi anak maupun bagi korban. Keadilan restoratif yang dimaksud dalam Undang-Undang ini merupakan suatu proses diversi. Dalam diversi semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menentramkan hati, yang tidak berdasarkan pembalasan. Mengingat ciri dan sifat khas pada anak dan demi perlindungan terhadap anak, perkara anak yang berhadapan dengan hukum, wajib disidangkan di pengadilan pidana anak yang merupakan bagian dari ruang lingkup peradilan umum. Sebelum masuk ke dalam proses peradilan, para

3 penegak hukum, keluarga sang anak maupun korban, dan masyarakat wajib mengupayakan proses penyelesaian di luar jalur peradilan, yakni melalui diversi berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. Proses diversi dilakukan mulai dari tahap penyidikan di kepolisian sampai pada proses pemeriksaan perkara anak di pengadilan. Proses diversi yang dilakukan pada saat penyidikan di kepolisian menjadi penentu apakah perkara hukum yang melibatkan anak ini harus sampai pengadilan atau tidak. Jika diversi yang dilakukan oleh kepolisian pada saat penyidikan berhasil, maka diharapkan keadilan restoratif dapat tercapai. Adapun yang yang menjadi permasalahan disini adalah, proses diversi sendiri adalah suatu proses yang baru ditetapkan dalam sistem peradilan anak, peraturan pemerintah yang menjadi acuan diberlakukannya diversi juga belum dibentuk. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti hentak meneliti apakah pihak kepolisian daerah Yogyakarta siap dalam menerapkan diversi dalam menyelesaikan kasus anak yang melawan hukum? Kendala seperti apa saja yang akan menghadang pihak kepolisian daerah Yogyakarta dalam menerapkan diversi? Bahwa sehubungan dengan hal tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang Diversi Untuk Menyelesaikan Kasus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Kepolisian Daerah Yogyakarta.

4 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kesiapan Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam menerapkan diversi untuk menyelesaikan kasus anak yang berhadapan dengan hukum? 2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam melaksanakan diversi? C. TUJUAN PENELITI 1. Untuk mengetahui kesiapan Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam menerapkan diversi untuk menyelesaikan kasus anak yang berhadapan hukum. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam melaksanakan diversi. D. MANFAAT PENELITIAN Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini akan memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu hukum pidana di Indonesia, khususnya kajian tentang viktimologi, sehingga melalui penelitian ini dapat diketahui berbagai kendala yang dapat timbul saat menerapkan diversi, bagaimana kesiapan Kepolisian Daerah Yogyakarta dalam menerapkan diversi, serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan peradilan anak di Indonesia guna mencapai keadilan restoratif.

5 2. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi pihak Kepolisian dalam menyelenggarakan diversi yang lebih memadai berkaitan dengan peradilan anak di Indonesia. E. KEASLIAN PENELITIAN : NAMA Judul Skripsi Rumusan Masalah Kesimpulan 1. Geraldus Diversi Untuk 1. Bagaimana pelaksanaan Adhika Dian Menyelesaikan Kasus Anak Yang diversi untuk mencapai keadilan restoratif di Pratama Berhadapan pengadilan negeri Dengan Hukum Yogyakarta? Di Daerah Kepolisian 2. Apakah kendala yang dihadapi oleh pengadilan Yogyakarta. negeri Yogyakarta dalam melaksanakan diversi? 2. Anggita Perlindungan 1. Bagaimana bentuk Hasil penelitian Permatas Hukum Terhadap perlindungan hukum yang memperlihatkan bahwa: ari Anak Yang diberikan polisi terhadap 1. Kepolisian Polda DIY Melakukan anak yang melakukan memberikan perlindungan Tindak Pidana tindak pidana pada tingkat terhadap anak sebagai Pada Tingkat penyidikan? pelaku tindak pidana Penyidikan. 2. Kendala apa saja yang sesuai dengan yang

6 dihadapi polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana dalam proses penyidikan? ditetapkan oleh Undang- Undang, baik dalam hal sarana dan prasarana maupun perlakuan. 2. Dalam hal kendala dalam memberikan perlindungan anak sebagai pelaku tindak pidana, Kepolisian Polda DIY tidak memiliki kendala, segala sarana dan prasarana yang seharusnya dimiliki untuk memberikan perlindungan kepada anak dapat diberikan dengan baik, tetapi tidak sama halnya dengan kantor polisi lain di wilayah Yogyakarta, banyak kantor-kantor polisi yang sarana dan prasarananya mendukung tidak untuk memberikan perlindungan bagi pelaku anak. 3. Dian Proses Penyidikan 1. Kekhususan apakah yang Kesimpulan dari skripsi ini

7 Rosita Terhadap Anak ada dalam proses adalah Murti Pelaku Tindak penyidikan terhadap anak 1. Dalam melakukan proses Pidana pelaku tindak pidana penyidikan terhadap kasus Pencabulan pencabulan? 2. Apakah kendala yang dihadapi penyidik dalam pencabulan yang dilakuakan oleh anak, pada prinsipnya sama melakukan penyidikan dengan penyidikan orang terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencabulan? dewasa. Hanya saja ada kekhususan dalam melakukan penyidikan, antara lain : 1). adanya ruangan khusus bagi anak dan perempuan, sehingga korban ataupun tersangka dapat melaporkan kasusnya dengan aman. 2). Adanya penyidik khusus anak. 3). Tersedianya fasilitas ruang penahanan yang berbeda antara anak dengan tahanan dewasa. 2. Kendala yang diahadapi penyidik adalah : 1). Komunikasi, hal ini

8 disebabkan karena pelaku tindak pidana pencabulan adalah anak dibawah umur dimana dalam memberikan keterangan secara berbelit-belit dan cenderung mengarang cerita. 2). Sulitnya pertanyaan penyidik untuk dipahami oleh pelaku. 3). Pelaku merasa takut di hadapan penyidik. F. BATASAN KONSEP : 1. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. 1 2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2 3. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tidak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. 3 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan anak, Pasal 1 butir (7). 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pasal 1 butir (2)

9 G. METODE PENELITIAN : 1. Jenis Penelitian : Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukun normatif. Penelitian ini berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan tentang Sistem Peradilan Anak terkait dengan Diversi Untuk Menyelesaikan Kasus Anak Yang Melawan Hukum Di Kepolisian Daerah Yogyakarta. Penelitian ini memerlukan data sekunder sebagai data utama. Penelitian hukum normatif memerlukan lima tugas ilmu hukum, yaitu deskripsi hukum positif, sistematisasi hukum postif, analisis hukum positif, pendapat hukum dan fakta hukum dalam literature, hasil penelitian, surat kabar, dan internet. 2. Sumber Data Data dalam penelitian hukum normatif berupa data sekunder, terdiri dari: a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer diperoleh melalui peraturan Perundang- Undangan yang dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk mengetahui Diversi Untuk Menyelesaikan Kasus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, yang terdiri dari: 1. UUD 1945, Pasal 24 ayat (2) tentang kekuasaan kehakiman. 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan anak, Pasal 1 butir (2).

10 2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pasal 1 butir (2). 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak, Pasal 1 butir (7), Pasal 1 butir (2), Pasal 6 butir (a) sampai butir (e). 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan, dalam penelitian hukum ini merupakan penelitian hukum normatif. Cara pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari bahan hukum primer dan sekunder. b. Selain mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai narasumber dengan menggunakan daftar pertanyaan secara terbuka. 4. Analisis Data a. Bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-undangan akan dianalisis dengan cara : 1. Deskripsi Hukum Positif: Deskripsi adalah pemaparan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci; penguraian kata-kata secara mendetail. 4 Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia

11 dalam negara Indonesia, 5 jadi deskripsi hukum positif adalah memaparkan dan menguraikan Kumpulan peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku di Indonesia. 2. Sistematisasi Hukum Positif: Sistematisasi adalah pengaturan sesuai dengan sistem ; penggunaan sistem. 6 Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia, 7 jadi sistematisasi hukum positif adalah pengaturan kumpulan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis dengan penalaran hukum. Sistematisasi hukum positif ini dilakukan dengan vertikal dan horizontal. 3. Proses berpikir Dalam penarikan kesimpulan, proses berpikir yang digunakan adalah secara deduktif, yaitu bertolak dari proposisi umum yang telah diyakin kebenarannya yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Sistem Peradilan Anak dan berakhir pada kesimpulan berupa pengetahuan baru yang bersifat khusus 5 Bagir Manan, 2004, Hukum Positif Indonesia(Satu Kajian Teoritik), FH UII Press, Jl. Tamansiswa No. 158 Yogyakarta, hlm. 1. 6 http://www.artikata.com/arti-351488-sistematisasi.html 7 Ibid

12 yaitu Mengetahui Diversi Untuk Menyelesaikan Kasus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Kepolisisan Daerah Yogyakarta. H. SISTEMATIKA SKRIPSI : Sistematika skripsi meliputi : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian, serta berisi sistematika penulisan hukum. BAB II URGENSI DIVERSI SEBAGAI CARA PENYELESAIAN PERKARA ANAK. Bab ini berisi mengenai pengertian anak yang berhadapan dengan hukum menurut Undang-Undang dan menurut para ahli, serta pendapat para ahli mengenai penyebabnya. Pembahasan mengenai apa itu keadilan restoratif, sejarahnya, dan hubungan antara keadilan restoratif dengan proses diversi. Paparan mengenai kesiapan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menjalankan diversi untuk menyelesaikan kasus anak yang berhadapan dengan hukum, dan kendala yang dihadapi beserta argumentasinya.

13 BAB III PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan berisi tentang uraian yang berkaitan dengan Bab II. Saran merupakan masukan dari penulis mengenai pembahasan yang telah diuraikan.