BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

Lembar Persetujuan Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

KUESIONER. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di IGD RSAB Harapan Kita

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari 4 (empat) ruangan, yaitu: Apotik, Poliklinik dan Rawat Inap.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN. Denah Gambaran Ruangan Perawatan Bedah adalah sebagai berikut : 2) Barat : Tangga khusus pengunjung kelantai 1

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH LANTAI 5 RUMAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi Gorontalo dengan tipe B yang terletak di jalan Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini juga merupakan salah satu Rumah Sakit alternatif dan rujukan utama untuk berobat bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo serta sebagian masyarakat dari luar Provinsi Gorontalo, seperti masyarakat dari Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Buol dan Kab. Parigi Moutong) dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara (Kab. Bolaang Mongondow Utara). Dimana daerah-daerah tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16 Mei sampai dengan 31 Mei di Ruang Perawatan Bedah RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian ini diperoleh dari pembagian kuisioner kepada responden. 4.2. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti, di dapatkan secara accidental jumlah responden yang di rencanakan untuk operasi yakni sebanyak 51 responden. Namun, dari 51 responden ditentukan secara purposive dengan melihat kriteria, terdapat 7 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien telah direncanakan operasi dan bersedia menjadi 47

48 responden tetapi dalam kondisi yang lemah ditempat tidur. Sehingga responden yang memenuhi kriteria inklusi yang di berikan kuesioner yaitu sebanyak 44 responden. Hasilnya disajikan melalui analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan program SPSS. 4.2.1. Hasil Analisa Univariat Analisis univariat atau analisis deskriptif dilakukan untuk mendskripsikan dan melihat distribusi dari umur, jenis kelamin, pendidikan,, pendapatan (status ekonomi), diagnosa penyakit, dan pengalaman operasi sebelumnya. Analis data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. 4.2.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pendapatan (Status Ekonomi) Umur responden menurut Depkes RI (2009) dibagi menjadi kelompok remaja yang terdiri 12-25 tahun, dewasa terdiri dari umur 26-45 tahun dan lansia yaitu umur dari 46-65 tahun yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan tingkat pendidikan responden yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi serta dengan pendapatan responden baik pendapatan rendah maupun tinggi yang di kategorikan berdasarkan standar UMR Provinsi Gorontalo Tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.175.000,00. Distribusi respondennya dapat dilihat pada tabel 4.1.

49 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan, Jaminan Kesehatan, dan Pendapatan (Status Ekonomi) di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 n = 44 Karakteristik Jumlah % Umur 1) Remaja : 12-25 Tahun 19 43.2 2) Dewasa : 26-45 Tahun 10 22.2 3) Lansia : 46-65 Tahun 15 34.1 Jenis Kelamin 1) Laki-laki 17 38.6 2) Perempuan 27 61.4 Pendidikan 1) SD 14 31.8 2) SMP 8 18.2 3) SMA 13 29.5 4) Perguruan Tinggi 9 20.5 Pendapatan 1) Penghasilan Rendah < Rp. 1.175.000,00 2) Penghasilan Tinggi > atau = Rp. 1.175.000,00 Sumber : data primer 16 36.4 28 63.6 Dari hasil analisis tentang distribusi responden berdasarkan umur terdapat responden yang diteliti berusia 17 65 tahun yang terdiri dari remaja, dewasa dan lansia, dan jumlah responden terbanyak terdapat pada kelumpok umur remaja yaitu sebanyak 19 orang (43.2 %), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur dewasa yaitu sebanyak 10 orang (22.2 %). Sementara responden perempuan lebih banyak yaitu 27 orang (61.4 %) daripada laki-laki sebanyak 17 orang (38.6 %). Sedangkan dalam kategori pendidikan, dengan jumlah pendidikan SD yang terbanyak yaitu 14 orang (31.8 %), kemudian

50 SMA sebanyak 13 orang (29.5 %), Perguruan Tinggi sebanyak 9 orang (20.5 %) dan yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (18.2 %). Adapun responden yang memiliki pendapatan tinggi lebih banyak yaitu 28 orang (63.6 %) dibandingkan dengan yang memiliki pendapatan rendah yaitu 16 orang (36.4 %). 4.2.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit pada tabel 4.2 Distribusi penyakit responden yang akan menjalani operasi dapat dilihat Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 Penyakit Jumlah % App (Appendisitis) 18 40.9 Hernia 5 11.4 DM (Diabetes Melitus) 6 13.6 Tumor Payudara 4 9.1 Tumor Patella 1 2.3 Faringioma 1 2.3 Luka Tusuk 1 2.3 Benjolan bawah tulang Iga 1 2.3 Benjolan Leher Kanan 1 2.3 Combutio 1 2.3 Fraktur 2 4.5 Vesikolitiasis 1 2.3 BPH 1 2.3 Hematuria 1 2.3 Total 44 100 Sumber : data primer Dari hasil analisis di dapatkan bahwa responden yang paling banyak direncanakan melakukan operasi dengan penyakit App (Appendisitis) yaitu 18 orang (40.9 %), sedangkan responden yang paling sedikit direncanakan untuk

51 melakukan operasi adalah Tumor Payudara, Tumor Patella, Faringioma, Luka Tusuk, Benjolan bawah tulang iga, Benjolan Leher Kanan, Combutio, Vesikolitiasis, BPH dan Hematuria yaitu masing-masing berjumlah 1 orang (2.3 %). 4.2.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Operasi Sebelumnya Distribusi pengalaman responden baik yang pernah maupun belum pernah melakukan operasi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Operasi Sebelumnya di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 Pengalaman Operasi Sebelumnya Jumlah % Pernah 18 40.9 Belum Pernah 26 59.1 Total 44 100 Sumber : data primer Dari hasil analisis responden yang belum pernah melakukan operasi lebih banyak yaitu 26 orang (59.1 %) daripada yang pernah mempunyai pengalaman operasi sebanyak 18 orang (40.9 %). 4.2.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping Distribusi responden berdasarkan mekanisme kopingnya dibagi menjadi dua kategori yaitu koping adaptif dan koping maladaptif dapat dilihat pada tabel 4.4.

52 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 Mekanisme Koping Jumlah % Koping adaptif 27 61.4 Koping maladaptif 17 38.6 Total 44 100 Sumber : data primer Dari hasil analisis didapatkan jumlah responden dengan koping yang adaptif adalah 27 orang (61.4 %) dan koping maladaptif sebanyak 17 orang (38.6 %). 4.2.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Distribusi responden berdasarkan kecemasan dibagi menjadi lima kategori yaitu tidak cemas, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik (sangat berat). Namun, dari hasil yang didapatkan tidak terdapat responden yang tidak cemas dan mengalami kepanikan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 Kecemasan Jumlah % Kecemasan Ringan 13 29.5 Kecemasan Sedang 13 29.5 Kecemasan Berat 18 40.9 Total 44 100 Sumber : data primer

53 Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 13 orang (29.5 %), cemas sedang sebanyak 13 orang (29.5 %) dan cemas berat sebanyak 18 orang (40.9 %). 4.2.1.6. Distribusi Karakteristik Responden Dengan Kecemasan Distribusi Karakterisrik responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pengalaman operasi sebelumnya dengan kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.6 yaitu sebagai berikut.

54 Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Responden dengan Kecemasan di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 n cemas ringan = 13 (29.5 %) n cemas sedang = 13 (29.5 %) n cemas berat = 18 (40.9 %) Karakteristik Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Umur n % n % n % 1) Remaja : 12-25 Tahun 4 21.1 4 21.1 11 57.9 2) Dewasa : 26-45 Tahun 4 40 2 20 4 40 3) Lansia : 46-65 Tahun 5 33.3 7 46.7 3 20 Jenis Kelamin 1) Laki-laki 8 47.1 5 29.4 4 23.5 2) Perempuan 5 18.5 8 29.6 14 51.9 Pendidikan 1) SD 2 14.3 5 35.7 7 50 2) SMP 3 37.5 1 12.5 4 50 3) SMA 6 46.2 3 23.1 4 30.8 4) Perguruan Tinggi 2 22.2 4 44.4 3 33.3 Pendapatan 1) Penghasilan Rendah 2) < Rp. 1.175.000,00 3 18.8 8 50 5 31.2 3) Penghasilan Tinggi 4) > atau = Rp. 1.175.000,00 10 35.7 5 17.9 13 46.4 Pengalaman Operasi Sebelumnya 1) Pernah 10 55.6 7 38.9 1 5.6 2) Belum Pernah 3 11.5 6 23.1 17 65.4 Sumber : data primer Keterangan : n = jumlah Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang paling banyak menunjukkan kecemasan terdapat pada kelompok remaja dengan tingkat

55 kecemasan berat yaitu 11 orang (57.9 %), berdasarkan jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami kecemasan berat yaitu 14 orang (51.9 %), dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang (50 %) dan SMP sebanyak 4 orang (50 %). Sementara berdasarkan pendapatan responden yang paling banyak cemas berat terdapat pada responden yang memiliki pendapatan tinggi adalah 13 orang (46.4 %), dengan belum pernah memiliki pengalaman operasi sebelumnya sebanyak 17 orang (65.4 %). 4.2.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Analisis data secara statistik yaitu melalui uji pearson chi-square dengan nilai p value = 0.05. 4.2.2.1. Hubungan Mekanisme Koping dengan Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe disajikan pada tabel 4.7.

56 Tabel 4.7 Hubungan Mekanisme Koping dengan Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013 Kecemasan Total p value Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Mekanisme Koping n % N % n % n % Koping adaptif 13 48.1 10 37.0 4 14.8 27 61.4 Koping maladaptive 0 0 3 17.6 14 82.4 17 38.6 0.000 Jumlah 13 29.5 13 29.5 28 40.9 44 100 Sumber : data primer Dari hasil analisis hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi diperoleh bahwa responden yang kopingnya adaptif, 13 orang (48.1 %) yang mengalami kecemasan ringan, 10 orang (37.0 %) yang mengalami kecemasan sedang, dan responden yang mengalami kecemasan berat sebanyak 4 orang (14.8 %) sementara responden yang koping maladaptif, tidak terdapat responden yang mengalami kecemasan ringan tetapi yang mengalami kecemasan sedang terdapat 3 orang (17.6 %) sementara yang mengalami kecemasan berat terdapat 14 orang (82.4 %). Berdasarkan hasil uji statistik pearson chi-square didapatkan nilai p value = 0.000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi.

57 4.3. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 sampel yang ditentukan dengan teknik purposive sampling melalui pertimbangan peneliti berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien yang telah direncanakan untuk operasi sesuai prosedur di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe dan bersedia menjadi responden yang sudah dipilih dari 51 sampel yang sebelumnya ditentukan secara accidental sampling. Adapun 7 sampel yang tidak dijadikan responden adalah sampel yang telah termasuk dalam kriteria inklusi namun kondisi pasien masih dalam keadaan lemah untuk dijadikan responden dalam penelitian maka telah menjadi kriteria eksklusi.. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan koping maladaptif paling banyak menunjukkan adanya kecemasan berat yaitu sebanyak 14 orang (82.4 %), kecemasan sedang sebanyak 3 orang (17.6 %) dan kecemasan ringan 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa individu masih belum bisa mengatasi perasaan kecemasan yang dirasakannya. Menurut asumsi peneliti, kecemasan tersebut dikarenakan adanya ketidakmampuan dari responden untuk menyesuaikan diri ataupun beradaptasi terhadap masalah operasi yang dihadapinya saat ini. sehingga mekanisme koping menjadi maladaptif dan kecemasan menjadi tidak teratasi. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi kecemasan dimana sebagian responden yang akan melakukan operasi selalu mudah terkejut, sering mengalami gangguan tidurnya, sering sulit untuk berkonsentrasi, bahkan

58 responden sering murung dan merasa kurang bergairah dalam melakukan aktivitas apapun karena sering memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan operasi serta sering merasakan ketegangan (Dilihat pada lampiran jawaban kuesioner). Sedangkan responden dengan koping adaptif, paling banyak menunjukkan kecemasan ringan sebanyak 13 orang (48.1 %), kecemasan sedang sebanyak 10 orang (37.0 %) dan kecemasan berat sebanyak 4 orang (14.8 %). Sehingga individu dengan koping yang adaptif lebih banyak merasakan kecemasan ringan daripada kecemasan berat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi kecemasan dimana sebagian besar responden tidak pernah merasa takut untuk melakukan operasi ataupun takut ditinggal sendirian, tidak pernah merasa gemetaran, dan tidak penah mengalami gejala mual/muntah, nafas terasa cepat dan pendek, serta tidak pernah mengalami gangguan pada pendengaran bahkan sangat jarang merasa tersinggung, tegang, gelisah dan tidak tenang, mimpi buruk dan jarang mengalami gejala seperti nyeri pada otot-otot, denyut nadi cepat, dada tertekan, sering BAK ataupun mulut terasa kering, pusing atau sakit kepala. Meskipun dengan koping yang adaptif individu masih merasakan cemas, maka kecemasan individu tersebut bisa saja karena faktor lainnya seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi dan pengalaman menjalani operasi sebelumnya (Dilihat pada lampiran jawaban kuesioner). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa mekanisme koping ada hubungan yang bermakna dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dari hasil uji

59 bivariat diperoleh nilai p value = 0.000 (p < 0.05) sehingga ada hubungan yang bermakna antara mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi. Penggunaan koping yang maladaptif dapat menimbulkan respon negatif dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh dan respon verbal yang tidak efektif (Suryani dan Widyasih (2008) dalam P. Rini (2012). Sedangkan menurut Miller (dalam P.Rini, 2012), koping merujuk kepada mengatasi suatu situasi yang menimbulkan ancaman terhadap individu sehingga individu dapat mengatasi perasaan tidak nyaman seperti ansietas (kecemasan), rasa takut, berduka dan rasa bersalah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian P. Rini (2012) tentang Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Cilandak Jakarta Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi dengan nilai p value = 0.016 (< 0.05). Adapun hasil penelitian yang didapatkan pada kelompok remaja paling banyak mengalami kecemasan dimana dengan tingkat kecemasan berat yaitu 11 orang (57.9 %), berdasarkan jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami kecemasan berat yaitu 14 orang (51.9 %), dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang (50 %) dan SMP sebanyak 4 orang (50 %). Sementara berdasarkan pendapatan responden yang paling banyak cemas berat terdapat pada responden yang memiliki pendapatan tinggi adalah 13 orang (46.4 %), dengan

60 belum pernah memiliki pengalaman operasi sebelumnya sebanyak 17 orang (65.4 %). Dilihat dari karakteristik umur responden, hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa usia muda lebih banyak mengalami kecemasan dari pada usia yang sudah lanjut. Menurut peneliti, umur lebih muda belum memiliki banyak pengalaman dan berpikir secara matang dalam menghadapi setiap masalah. Sehingga sulit bagi orang dengan usia yang masih sangat muda untuk bisa beradaptasi dalam berbagai situasi. Sedangkan pada usia yang dewasa memiliki tingkat adaptasi yang adekuat dan mulai mampu mengatasi segala bentuk masalah, terutama masalah operasi yang dihadapi saat ini dan pada lanjut usia, memiliki pemikiran yang matang dan pengalaman yang lebih sehingga mampu untuk mengatasi masalah yang ada secara bijaksana sesuai dengan kondisi yang dilaminya. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian P. Rini (2012) tentang Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Cilandak Jakarta Selatan, menyimpulkan bahwa usia < 30 tahun rata-rata dari 28 responden mengalami tigkat kecemasan paling tinggi yaitu 38.79 dibandingkan dengan usia > atau = 30 tahun rata-rata dari 19 responden yaitu 34.29. Menurut Hawari (2006) bahwa faktor umur muda lebih mudah mengalami stres atau kecemasan daripada yang berumur lebih tua, dimana terlalu banyak masalah yang sering dialami oleh seseorang pada usia muda. Walau umur sukar ditentukan karena sebagain besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Sedangkan

61 menurut Haryanto (2001) dalam Kurasein (2009) bahwa umur menunjukkan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkolerasi dengan pengalaman, pengalaman berkolerasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk suatu persepsi dan sikap. Kemudian kecemasan dilihat dari karakteristik jenis kelamin responden dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami kecemasan daripada laki-laki. Menurut peneliti, perempuan seringkali sensitif terhadap hal-hal yang bisa mengancam dirinya, baik dari segi fisik maupun psikis. Sedangkan laki-laki, mampu mengatasi berbagai masalah secara santai dan lebih menginginkan masalah tersebut diselesaikan dengan cepat. Apabila terdapat lakilaki yang mengalami kecemasan, apalagi pada tingkat kecemasan berat, hal tersebut dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi pria tersebut mengalami kecemasan. Misalnya, selama sakit pasien sering memikirkan hal-hal tentang tanggung jawabnya waktu dirinya masih merasakan sehat seperti pekerjaan, kehilangan peran, tidak dapat berbuat apa-apa untuk keluarga bahkan terus memikirkan masalah pembiayaan selama di rawat dan melakukan tindakan operasi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian P. Rini (2012) tentang Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Cilandak Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa rata-rata dari 20 rasponden laki-laki yang mengalami kecemasan adalah 31.4 sedangkan dari 27 responden perempuan rata-rata mengalami kecemasan yaitu 39.9. sehingga

62 dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami kecemasan daripada laki-laki. Myers (1983) dalam Kurasein (2009) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya daripada laki-laki. Laki-laki lebih aktif dan rileks sedangkan perempuan lebih sensitif. Sedangkan berdasarkan penjelasan Kaplan dan Shaddock dalam P.Rini (2012) bahwa jumlah mereka yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik dengan perbandingan wanita dan laki-laki yaitu 2:1, selain itu umumnya perempuan dalam merespon stimulus atau rangsangan yang berasal dari luar lebih kuat dan lebih sensitif daripada laki-laki. Apabila dipandang dari status pendidikan responden, hasil analisis menunjukkan bahwa yang memiliki pendidikan SD dan SMP paling banyak mengalami kecemasan. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan bahwa individu tidak mampu mengingat, memahami dan menyerap informasi tentang persiapan operasi atau informasi kesehatan lainnya, baik yang disampaikan oleh dokter, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya. Individu lebih memfokuskan pemikirannya pada hal-hal yang akan terjadi setelah operasi nanti. Seperti, adanya rasa nyeri, takut mengalami kecacatan atau kematian dan takut dengan peralatan yang digunakan pada saat melakukan pembedahan. Hasil analisis yang didapatkan mendukung penelitian Bahiroh (2008) tentang Hubungan Karakteristik Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Elektif di Ruang Boegenvil RSUD Dr. Raden Soedjati Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang paling banyak mengalami kecemasan berada pada

63 tingkat SD yaitu sebanyak 75.8 %. Notoatmodjo (2002) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang pra operasi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang agar lebih tanggap dengan adanya masalah kesehatan dan bisa mengambil tindakan secepatnya. Status pendidikan yang kurang pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami cemas atau stress dibanding dengan mereka yang status pendidikannya lebih tinggi. Sedangkan hasil analisis dari tingkat pendapatan (status ekonomi) responden, menunjukkan bahwa yang memiliki pendapatan tinggi lebih banyak mengalami kecemasan daripada yang memiliki pendapatan rendah. Hal ini terjadi karena, adanya biaya yang sangat banyak dibutuhkan untuk memenuhi segala bentuk pembayaran yang berkaitan dengan proses operasi, baik dari segi pelayanan, kebutuhan nutrisi, cairan, obat-obatan, fasilitas yang digunakan dan lain-lain. Kondisi status ekonomi seseorang yang meningkat belum tentu dapat membuat kondisi kesehatannya menjadi baik. Bisa saja terdapat hal lain yang selalu dipikirkan oleh pasien selama kondisi kesehatannya kurang baik, seperti adanya kehilangan peran atau tidak dapat bekerja, memikirkan segala bentuk aktifitas yang biasanya dilakukan setiap hari, bahkan mulai merasa selalu bergantung kepada orang lain dengan kondisi setelah operasi nanti. Dari hasil analisis yang didapatkan berbeda dengan hasil penelitian P. Rini (2012) menunjukkan bahwa responden yang cemas dengan penghasilan yang tidak mencukupi rata-rata mencapai 42.23 dari pada responden yang memiliki

64 penghasilan mencukupi yaitu rata-rata 33.76. Jadi, disimpulkan bahwa yang memiliki penghasilan tidak mencukupi, tingkat kecemasannya lebih tinggi daripada yang penghasilannya mencukupi. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai (BPS (2005) dalam Bahiroh (2008)). Sementara hasil analisis kecemasan berdasarkan pengalaman operasi sebelumnya menunjukkan bahwa responden yang belum pernah memiliki pengalaman operasi sebelumnya paling banyak mengalami kecemasan. Hal ini berhubungan dengan kurangnya informasi tentang segala bentuk proses pembedahan, baik tidak disampaikan oleh petugas pelayanan maupun adanya ketidakpahaman terhadap informasi yang diberitahukan dan tidak menanyakan kembali tentang informasi tersebut baik itu tentang penyakitnya, persiapan sebelum operasi dan setelah operasi apa-apa yang harus dilakukan oleh responden. Sedangkan yang pernah melakukan pembedahan sebelumnya, telah mengetahui berbagai prosedur baik positif maupun negatif dalam pembedahan. Sehingga, dengan pengalaman tersebut bisa saja seseorang mampu mengatasi kecemasan karena sudah pernah merasakan pembedahan sebelumnya. Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian Kurasein (2009) tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang akan Menjalani Operasi Mayor elektif di ruang Rawat Bedah RSUP Fatmawati Jakarta Selatan, menunjukkan nilai OR=1.429 dimana pasien yang memiliki

65 pengalaman operasi sebelumnya 1.429 kali memiliki kecemasan ringan daripada yang tidak pernah melakukan operasi sebelumnya atau memiliki pengalaman operasi sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Robby (2009) dalam Kurasein (2009) yaitu pengalaman masa lalu operasi baik yang positif maupun negative dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan menggunakan koping yang baik, sebaliknya jika terjadi kegagalan pada operasi sebelumnya menimbulkan reaksi emosional menyebabkan adanya koping yang maladaptif terhadap ansietas atau stressor tertentu.