PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS RT (PBRT) DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa Kabupaten Sumbawa Barat dapat terbentuk dan hingga saat ini Pemerintah Daerah dapat mengemban amanat melaksanakan pembangunan guna mencapai kesejahteraan masyarakat; b. bahwa untuk menjamin kegiatan pembangunan dapat berjalan efektif, efisien dan produktif, maka diperlukan adanya partisipasi aktif masyarakat agar senantiasa merasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan pembangunan dan kehidupan bersama; c. bahwa guna meningkatkan kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat tersebut perlu adanya sentuhan, rangsangan dan dorongan kepada masyarakat yang berada di tingkat Rukun Tetangga (RT); d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembangunan Berbasis RT (PBRT) di Kabupaten Sumbawa Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 145, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4340); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4430); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 1
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan; (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 20 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 35); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 21 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006-2010 (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 21, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 36); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT dan BUPATI SUMBAWA BARAT Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS RT (PBRT) DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati/Wakil Bupati beserta Perangkat Daerah lainnya sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Sumbawa Barat. 4. Pembangunan Berbasis RT (Rukun Tetangga) yang selanjutnya disingkat PBRT adalah instrumen kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan guna mencapai kesejahteraan pada segala bidang kehidupan dengan berbasis pada Rukun Tetangga (RT). 5. Pembangunan di segala bidang kehidupan adalah dapat dikelompokkan atas tiga bidang yaitu: (a) sosial budaya dan kependudukan, (b) ekonomi dan infrastruktur, serta (c) fisik dan lingkungan. 6. Basiru adalah suatu nilai/budaya lokal dimana suatu warga/kelompok warga dalam melakukan/mengerjakan jenis pekerjaan tertentu dibantu oleh warga/kelompok warga lain dan pada kesempatan berikutnya warga/kelompok warga yang telah dibantu tersebut membalas/membayar melakukan/mengerjakan jenis pekerjaan yang sama terhadap warga/kelompok warga yang telah membantu sebelumnya secara bergotong royong atau lazim disebut dengan istilah bayar siru. 2
7. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. 8. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) PBRT diselenggarakan berdasarkan asas-asas : a. Asas partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan di segala bidang kehidupan harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan pembangunan dalam kehidupan bersama sebagai sesama warga; b. Asas demokrasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan di segala bidang kehidupan harus mengakomodasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang direpresentasikan melalui musyawarah warga/rembug warga di tingkat RT; c. Asas gotong royong, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan di segala bidang harus dilaksanakan secara bersama-sama dengan cara gotong royong dengan harapan tumbuhnya kesadaran kolektif terhadap pentingnya kualitas kehidupan. d. Asas pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan di segala bidang kehidupan ditujukan untuk meningkatkan kualitas taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui program/kegiatan yang sesuai dengan potensi sumberdaya masyarakat setempat. dan prioritas kebutuhan e. Asas transparansi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan di segala bidang harus mampu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memberikan masukan yang seluas-luasnya dengan tetap mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban. f. Asas akuntabilitas, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan dan hasil akhir kegiatan pembangunan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. g. Asas kepentingan umum, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pembangunan harus mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif. (2) PBRT bertujuan untuk : a. Memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan; b. Mempercepat tercapainya tujuan pembangunan pada segala bidang kehidupan; c. Meningkatkan kualitas taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ; d. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan masukan dalam pelaksanaan pembangunan; e. Mencapai hasil pembangunan yang mengutamakan kesejahteraan umum dan tepat sasaran; f. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). BAB III SASARAN Pasal 3 Sasaran PBRT adalah seluruh komponen masyarakat yang berbasis di RT digugah dan didorong untuk berpartisipasi aktif dalam seluruh proses pembangunan di segala bidang, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dan selanjutnya berkembang menjadi kebiasaan yang terus menerus dan akhirnya akan menjadi budaya. 3
BAB IV PARA PIHAK TERKAIT Pasal 4 Para pihak guna suksesnya PBRT adalah : a. Seluruh masyarakat yang difasilitasi oleh Ketua RT dalam setiap RT di Kabupaten Sumbawa Barat; b. Kepala Lingkungan/Kepala Dusun; c. Seluruh Kepala Desa/Lurah dan perangkatnya; d. Seluruh Camat dan perangkatnya; e. Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD); f. Pemerintah Kabupaten; dan, g. Dunia usaha/swasta. BAB V PENGELOLAAN Bagian Pertama Penanggung Jawab Pasal 5 Penanggung jawab pengelolaan PBRT adalah Ketua RT, Kepala Lingkungan/Kepala Dusun/Kepala Desa/Lurah/Camat/Kepala SKPD sesuai kewenangannya masing-masing. Bagian Kedua Musyawarah Warga/Rembug Warga Pasal 6 (1) Guna efektifitas pelaksanaan PBRT, musyawarah warga/rembug warga setiap RT dapat membentuk Kelompok Kerja (POKJA) ataupun peristilahan lainnya. (2) POKJA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas mempunyai fungsi sebagai kelompok perumus yang merumuskan seluruh perencanaan, menyusun skala prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan serta strategi yang akan dipergunakan guna keberhasilan pelaksanaan kegiatan, menyusun evaluasi serta pelaporan. Pasal 7 (1) Musyawarah warga/rembug warga guna penyusunan dan/atau evaluasi program/kegiatan dilaksanakan minimal satu kali setiap 2 (dua) bulan. (2) Program/kegiatan yang diperoleh melalui musyawarah warga/rembug warga ditetapkan sebagai rencana yang akan dilaksanakan oleh warga sesuai skala prioritas dan potensi sumberdaya yang dimiliki serta dibuat dalam bentuk tertulis sebagai suatu dokumen di RT. (3) Apabila ada keinginan untuk melakukan evaluasi/perubahan program/kegiatan sesuai skala prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas harus dilakukan melalui musyawarah warga/rembug warga yang merupakan keputusan tertinggi. Pasal 8 (1) Hasil musyawarah warga/rembug warga dapat di klasifikasikan menjadi 3 (tiga) rencana kegiatan : a. Rencana Skala Kecil (RSK), adalah kegiatan yang langsung bisa dilaksanakan oleh warga tanpa terkendala dengan persoalan pendanaan maupun teknologi, meliputi antara lain : gotong royong, kebersihan, SISKAMLING, keagamaan, perindustrian, perdagangan, koperasi, UMKM, sosial, penataan kawasan/lingkungan, dll. 4
b. Rencana Skala Menengah (RSM), adalah kegiatan yang keterjangkauan maupun dampaknya lintas RT, meliputi antara lain : kebersihan, SISKAMLING, keagamaan, saluran air, perindustrian, perdagangan, koperasi, UMKM, sosial, penataan kawasan/lingkungan, dll. c. Rencana Skala Besar (RSB) adalah kegiatan yang keterjangkauan, pendanaan, teknologi, tidak mampu diatasi oleh warga RT bersangkutan serta dampaknya dirasakan/dinikmati oleh warga beberapa Desa atau beberapa Kecamatan pada seluruh sektor pembangunan. (2) Hasil musyawarah warga/rembug warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib disampaikan kepada Kepala Lingkungan/Kepala Dusun bersama-sama Ketua RW guna dapat dijadikan sebagai Kegiatan/ Program Lintas RT. (3) Kegiatan/ Program Lintas RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas dapat disepakati untuk dilaksanakan atas dasar nilai-nilai/budaya lokal basiru. (4) Hasil musyawarah warga/rembug warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c wajib disampaikan oleh Ketua RT bersama-sama Kepala Lingkungan/Kepala Dusun kepada Pemerintah Desa/Kelurahan dan mencari cara untuk solusi penyelesaiannya. (5) Apabila Pemerintah Desa/Kelurahan tidak dapat mengatasi permasalahan karena terkendala alokasi anggaran maupun teknologi, wajib menyampaikan permasalahan tersebut kepada Pemerintah Kecamatan atau Pemerintah Kabupaten guna solusi penyelesaiannya ataupun dapat dijadikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten pada saat kegiatan MUSRENBANG. Pasal 9 (1) Guna untuk dapat meningkatkan serta mendorong partisipasi warga pada kegiatan skala kecil, skala menengah maupun skala besar sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 diatas, Pemerintah Kabupaten/ Kecamatan/Desa dapat menetapkan kebijakan tertentu. (2) Kebijakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dapat dalam bentuk adanya kewajiban bagi warga agar melampirkan rekomendasi Ketua RT ataupun bentuk syarat administrasi lainnya dalam hal urusan tertentu ke Desa/Kecamatan/Kabupaten. (3) Kewajiban tertentu kepada warga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas tidak mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang akan memberi beban keuangan kepada warga tetapi semata-mata dalam kerangka sebagai sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam PBRT. Bagian Ketiga Organisasi dan Tata Kerja Pasal 10 (1) Dalam rangka mensukseskan/mengembangkan pelaksanaan PBRT, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat membentuk Tim yang mempunyai fungsi antara lain : menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) maupun petunjuk teknis (JUKNIS) yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap RT maupun pihak terkait lainnya dalam rangka pelaksanaan PBRT. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas sekretariatnya berada di SKPD yang membidangi Pemberdayaan Masyarakat dan ditetapkan oleh Bupati. 5
BAB VI KEWAJIBAN DAN HAK Bagian Pertama Masyarakat Dan RT Pasal 11 (1) Masyarakat bersama Ketua RT mempunyai kewajiban, antara lain : a. berperan aktif mendukung penyelenggaraan PBRT termasuk diantaranya memberikan dukungan keuangan secara swadaya sesuai kemampuan setiap warga; b. membentuk Kelompok Kerja (POKJA) atau peristilahan lainnya yang mempunyai fungsi sebagai kelompok perumus yang merumuskan seluruh perencanaan, menyusun skala prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan serta strategi yang akan dipergunakan guna keberhasilan pelaksanaan kegiatan, menyusun evaluasi serta pelaporan. c. mengidentifikasi dan menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang ada di wilayahnya yang perlu mendapatkan penanganan/penyelesaian bersama; d. melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diamanatkan sesuai hasil musyawarah warga /rembug warga RT maupun program/kegiatan yang menjadi kebijakan Pemerintah Kabupaten, SKPD- SKPD, Kecamatan, Desa/Kelurahan maupun Lingkungan/Dusun; (2) Masyarakat bersama Ketua RT berhak : a. berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan PBRT; serta b. mengawasi setiap kegiatan/proyek yang ada di wilayahnya; c. melaporkan adanya indikasi penyimpangan/penyelewengan yang terjadi terhadap kegiatan/ proyek yang ada di wilayahnya kepada Pemerintah Desa/Kelurahan/ Kecamatan/ Kabupaten; d. mendapat penghargaan atas prestasinya dalam melaksanakan/ mensukseskan PBRT. Bagian Kedua Kepala Dusun/Kepala Lingkungan Pasal 12 (1) Kepala Dusun/Kepala Lingkungan mempunyai kewajiban, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil dan Skala Menengah; b. bersama-sama Ketua RW berperan aktif mendukung penyelenggaraan PBRT termasuk diantaranya memberikan dukungan keuangan secara swadaya sesuai kemampuan setiap warga guna pelaksanaan kegiatan lintas RT; c. bersama-sama Ketua RW memfasilitasi pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) atau peristilahan lainnya yang mempunyai fungsi sebagai kelompok perumus yang merumuskan seluruh perencanaan, menyusun skala prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan serta strategi yang akan dipergunakan guna keberhasilan pelaksanaan kegiatan, menyusun evaluasi serta pelaporan terhadap kegiatan lintas RT; d. mengidentifikasi dan menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang ada di wilayahnya yang perlu mendapatkan penanganan/penyelesaian bersama; e. melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diamanatkan sesuai hasil musyawarah warga /rembug warga lintas RT maupun program/kegiatan yang menjadi kebijakan Desa/Kelurahan maupun Lingkungan/Dusun; 6
(2) Kepala Dusun/Kepala Lingkungan mempunyai hak, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil dan Skala Menengah; b. bersama-sama Ketua RW berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan PBRT sesuai batas kewenangannya; c. mengawasi setiap kegiatan/proyek yang ada di wilayahnya; d. melaporkan adanya indikasi penyimpangan/penyelewengan yang terjadi terhadap kegiatan/ proyek yang ada di wilayahnya kepada Pemerintah Desa/Kelurahan/ Kecamatan/ Kabupaten; e. mendapat penghargaan atas prestasinya dalam melaksanakan/mensukseskan PBRT. Bagian Ketiga Pemerintah Desa/Kelurahan Pasal 13 (1) Pemerintah Desa mempunyai kewajiban, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil dan Skala Menengah; b. memfasilitasi rencana/pelaksanaan kegiatan/program yang bersifat lintas RT; c. mensosialisasikan Visi dan Misi selaku Kepala Desa terpilih dengan harapan dapat terintegrasi dengan kegiatan/program setiap RT maupun lintas RT; d. memberi arahan kepada seluruh Ketua RT maupun seluruh komponen masyarakat tentang kondisi riil Desa dan permasalahannya baik aspek sosial budaya dan kependudukan, ekonomi dan infrastruktur, serta fisik dan lingkungan dan kemungkinan-kemungkinan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. e. menampung dan mendiskusikan masukan-masukan RT baik yang akan dilaksanakan dalam skala RT/lintas RT maupun yang akan diusulkan oleh Desa pada saat MUSRENBANG Pemerintah Kabupaten. f. memberikan stimulasi baik materiil maupun non materiil dalam kerangka PBRT; g. dalam menyusun perencanaan kegiatan/program bersama-sama BPD untuk tahun anggaran berikutnya adalah atas dasar usulan RT/Kepala Dusun/Kepala Lingkungan yang diperoleh atas dasar musyawarah warga/rembug warga tahun anggaran sebelumnya; h. menyusun Peraturan Desa sesuai kebutuhan guna menjamin terciptanya dan konsistensi berbagai kegiatan/kebijakan yang telah dilaksanakan berbagai RT sehingga dapat menjadi kegiatan/program/kebijakan tingkat Desa. i. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud diatas substansinya dapat memuat tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) setiap tahunnya. (2) Pemerintah Desa/Kelurahan mempunyai hak : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil dan Skala Menengah; b. menyampaikan berbagai masukan dari RT-RT kepada Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten terkait berbagai kegiatan/program skala menengah maupun skala besar yang manfaatnya lintas RT pada saat kegiatan MUSRENBANG Tingkat Desa maupun pada kesempatan-kesempatan lain. b. mendapatkan penghargaan atas prestasinya dalam melaksanakan/mensukseskan PBRT. 7
Bagian Keempat Pemerintah Kecamatan Pasal 14 (1) Pemerintah Kecamatan mempunyai kewajiban, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil, Skala Menengah dan Skala Besar; b. memfasilitasi dan mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang disampaikan oleh Kepala Desa/Lurah, Kepala Lingkungan/Kepala Dusun, Ketua RT dan elemen masyarakat lain terhadap pelaksanaan PBRT; c. menyusun perencanaan kegiatan/program untuk tahun yang akan datang sesuai kondisi riil yang dihadapi warga/masyarakat di wilayahnya atas dasar berbagai masukan Kepala Desa/Lurah, Kepala Lingkungan/Dusun maupun Ketua RT pada saat musyawarah warga/ rembug warga. d. menyampaikan/mensosialisasikan seluruh program/kegiatan prioritas Pemerintah Kabupaten kepada Kepala Desa/Lurah/ Dusun/Lingkungan/RT dan elemen masyarakat lainnya; e. menganalisis masukan Kepala Desa/Lurah sebagaimana dimaksud huruf b diatas serta membuat laporan triwulanan kepada Bupati. (2) Pemerintah Kecamatan mempunyai hak, antara lain : a. Melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil, Skala Menengah, dan Skala Besar. b. menyampaikan berbagai masukan dari Kepala Desa/Lurah, Kepala Lingkungan/Kepala Dusun, Ketua RT dan elemen masyarakat lain terhadap pelaksanaan PBRT kepada Pemerintah Kabupaten terkait berbagai kegiatan/program skala menengah maupun skala besar yang manfaatnya lintas RT pada saat kegiatan MUSRENBANG maupun pada kesempatan-kesempatan lain. c. mendapatkan penghargaan atas prestasinya dalam melaksanakan/mensukseskan PBRT. Bagian Kelima Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pasal 15 (1) SKPD Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap penyelenggaraan PBRT Skala Kecil, Menengah dan Besar. b. bersinergi dengan Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, Lingkungan/Dusun maupun RT dalam hal penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam kerangka PBRT; c. terkait sinergitas sebagaimana dimaksud butir a diatas serta guna efektifitas, efisiensi, dan validitas/pemutakhiran data-data kependudukan, pendidikan, kesehatan, gizi, ketenagakerjaan, UMKM, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain SKPD-SKPD wajib membangun sistem dengan mempergunakan instrumen yang terbentuk melalui PBRT; d. menjadi stimulator/memberikan stimulasi guna pengembangan PBRT guna tercapainya pembangunan di segala bidang yang meliputi : (a) sosial budaya dan kependudukan, (b) ekonomi dan infrastruktur, serta (c) fisik dan lingkungan. e. memfasilitasi dan mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang disampaikan oleh Kepala Desa/Lurah, Kepala Lingkungan/Kepala Dusun, Ketua RT dan elemen masyarakat lain terhadap pelaksanaan PBRT khususnya ; f. menganalisis laporan Camat terkait pelaksanaan PBRT; 8
g. menyusun perencanaan kegiatan/program sesuai kondisi riil yang dihadapi warga/masyarakat sesuai skala prioritas serta cakupannya beberapa Desa/Kecamatan. h. menyampaikan/mensosialisasikan seluruh program/kegiatan prioritas Pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Kecamatan/Desa/ Kelurah/Dusun/Lingkungan/RT dan elemen masyarakat lainnya; (2) SKPD Pemerintah Kabupaten mempunyai hak, antara lain : a. mendapatkan alokasi anggaran yang proporsional sesuai skala prioritas Pemerintah Kabupaten dalam kerangka mewujudkan amanat Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); b. mendapatkan penghargaan atas prestasinya dalam melaksanakan/ mensukseskan PBRT. Bagian Keenam Pemerintah Kabupaten Pasal 16 (1) Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil, Skala Menengah dan Skala Besar; b. mengalokasikan anggaran melalui SKPD yang membidangi perencanaan pembangunan dan/atau penganggaran guna mendukung penyelenggaraan PBRT secara proporsional dan sesuai skala prioritas termasuk alokasi anggaran untuk penghargaan kepada RT, Lingkungan/Dusun, Desa/Kelurahan dan Kecamatan terbaik; c. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PBRT dalam segala tingkatannya dengan leading sector oleh SKPD yang membidangi Pemerintahan Umum dan Pemberdayaan Masyarakat; d. mengembangkan konsep PBRT dengan menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) maupun petunjuk teknis (JUKNIS) dengan leading sector oleh SKPD yang membidangi Pemberdayaan Masyarakat ; e. mensinergikan seluruh kegiatan/program SKPD guna pemberdayaan dan pengembangan PBRT dengan leading sector oleh SKPD yang membidangi Perencanaan Pembangunan; f. menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) dan/atau petunjuk teknis (JUKNIS) deng an leading sector oleh SKPD yang membidangi Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka/ kegiatan Lomba Desa yang berbasis RT; (2) Pemerintah Kabupaten mempunyai hak, antara lain : a. melakukan pengendalian dan pemantauan penyelenggaraan PBRT terhadap rencana kegiatan Skala Kecil, Skala Menengah dan Skala Besar; b. menentukan RT, Lingkungan/Dusun, Desa/Kelurahan dan Kecamatan terbaik guna mendapatkan penghargaan; c. menetapkan Kegiatan Khusus yakni kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh RT yang telah ditetapkan Pemerintah melalui SKPD-SKPD, meliputi antara lain Sistem Informasi Orang Susah (SIOS), Jumantara, Bedah Rumah, Kependudukan, data penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), dll. d. dapat menetapkan konsultan/pendamping atau peristilahan lainnya yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun lembaga lain yang berfungsi sebagai pendamping guna efektifitas pelaksanaan kegiatan/program PBRT. 9
Bagian Ketujuh Dunia Usaha Pasal 17 Dunia usaha wajib mensukseskan pelaksanaan PBRT, baik memberikan dukungan manajemen, pendanaan, teknologi dan peralatan maupun dukungan lainnya guna tercapainya pembangunan di segala bidang yang meliputi : (a) sosial budaya dan kependudukan, (b) ekonomi dan infrastruktur, serta (c) fisik dan lingkungan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Ditetapkan di Taliwang pada tanggal 10 Nopember 2008 BUPATI SUMBAWA BARAT, ttd Diundangkan di Taliwang pada tanggal 10 Nopember 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT, ZULKIFLI MUHADLI ttd AMRULLAH ALI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2008 NOMOR 27 10
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS RT (PBRT) DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT I. UMUM Bahwa bangsa Indonesia khususnya masyarakat Suku Sumbawa (Tau Samawa) memiliki a tau mempunyai/menganut nilai-nilai kegotongroyongan, partisipasi, maupun demokrasi dalam kehidupan sehari-hari yang dari tahun ke tahun mulai berkurang/menipis bahkan cendrung akan hilang yang disebabkan karena perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi yang sangat fundamental. Untuk dapat meningkatkan nilai-nilai partisipasi, gotong royong maupun demokrasi tersebut menuntut perlunya suatu terobosan-terobosan yang kreatif, inovatif dan komprehensif guna tercapainya hasil pembangunan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya Pemerintah Daerah merasa perlu untuk melakukan upaya-upaya guna memberikan motivasi, sentuhan maupun rangsangan kepada masyarakat guna terjadinya peningkatan partisipasi, gotong royong serta demokrasi. Guna efektifitas pemberian sentuhan, rangsangan maupun motivasi tersebut perlu dilakukan dengan cara yang sistematis dengan melibatkan seluruh pihak terkait pada semua tingkatan pemerintahan sesuai dengan batas kewenangan setiap tingkatan pemerintahan tersebut yang dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki dengan cara mempertegas peranan maupun fungsi masing-masing. Dengan terjadinya peningkatan partisipasi, gotong royong maupun demokratisasi pada seluruh komponen masyarakat dan kemudian akan menjadi sikap/kebiasaan yang terus menerus dan kelak hal tersebut dapat menjadi budaya maka seluruh proses pembangunan di segala bidang dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan efektif, berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian akan terjadi peningkatan kualitas taraf hidup serta tercapainya kesejahteraan masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 11
Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat bersama Ketua RT tidak melampaui pengawasan yang dilakukan oleh petugas atau instansi yang berwenang di bidang pengawasan. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 92 12