Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

dokumen-dokumen yang mirip
KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

ESTIMASI TINGGI BADAN MENGGUNAKAN PANJANG TULANG HUMERUS PADA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN DOKTER FK UNS SEMESTER VII SKRIPSI

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN ATAS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2013

Hubungan Antara Lebar Panggul Dengan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan Stephanie Renni Anindita 1, Arif Rahman Sadad 1, Tuntas Dhanardhono 1

PENGARUH PANJANG JARI TELUNJUK TANGAN DAN JARI MANIS TANGAN TERHADAP TINGGI BADAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DENGAN TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KORELASI DAN REGRESI ANTARA TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TUNGKAI BAWAH PERKUTANEUS PADA MAHASISAWA FKIK UMY RAS JAWA USIA PERTUMBUHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN PANJANG ULNA PADA ETNIS SANGIHE DEWASA DI MADIDIR URE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN JENIS KELAMIN TERHADAP KAPASITAS VITAL PADA PRIA DAN WANITA DEWASA NORMAL

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN TESIS ISMURRIZAL / IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

MENENTUKAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TUNGKAI ATAS TESIS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Tulang Panjang Usia Tahun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN TINGGI BADAN TERHADAP KAPASITAS VITAL PADA PRIA DEWASA NORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

Ibnu Sina Biomedika Volume 1, No.1 (2017) 115

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRACT. Key words: Manufacturing budget, Production Financial Control. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

HUBUNGAN RASIO PANJANG JARI TANGAN KEDUA DAN KEEMPAT (2D:4D) DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN VERBAL DAN NUMERIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAYANG

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK BALITA USIA 1-5 TAHUN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK HUBUNGAN LINGKAR DADA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

ABSTRACT. Key words: marketing costs, premium income. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TREADMILL METODE BRUCE DAN TES BANGKU METODE TINGGI TETAP 25 CM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB I PENDAHULUAN. menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

Keywords: Cost of Promotion, income level. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebagai variabel bebas (Independent Variable), sedangkan untuk variabel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

ABSTRAK. HUBUNGAN PENGUKURAN STATUS GIZI YANG DIUKUR DENGAN METODE BMI (Body Mass Index) DAN METODE WC (Waist Circumference)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN UMUR TERHADAP KAPASITAS VITAL PADA PRIA DEWASA NORMAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DAN WANITA DEWASA NORMAL

DAFTAR ISI. Halaman. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi.

PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 11 No. 3: 201-206, September 2011 Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki Comparison of Correlation in Determining Height between Measurement Method of Tibia Percutaneus Lenght and Foot Palm Length Abstrak Iwan Aflanie Bagian Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Email: forensia@yahoo.co.id Identifikasi adalah menentukan identitas orang yang masih hidup atau sudah meninggal, berdasarkan temuan khusus yang terdapat pada orang tersebut. Penentuan tinggi badan memiliki arti yang penting dalam situasi dimana yang harus diperiksa hanya berupa potongan-potongan atau rangka tubuh, atau hanya sebagian dari tulang. Perkiraan tinggi badan bisa diperoleh dengan menggunakan formula regresi. Keakuratan dari formula regresi dalam menentukan tinggi badan seseorang dipengaruhi oleh pola dan proporsionalitas antara berbagai macam takaran dari berbagai bagian tubuh. Telah diketahui bahwa konsep alometri. Hubungan alometri diantara tulang tulang adalah sistematis tapi tidak pasti. Pola penelitian yang digunakan adalah analisis cross sectional. Hasil yang dipantau berupa dalam bentuk persamaan regresi dan tingkat korelasi yang koefisien pada kedua bentuk persamaan. Hasil analisi penelitian diselesaikan dengan cara membandingkan koefisien korelasi dari metode pengukuran tibia perkutaneus dan metode pengukuran panjang telapak kaki. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa metode pengukuran panjang tibia perkutaneus memiliki korelasi yang lebih kuat terhadap tinggi tubuh seseorang dibandingkan metode pengukuran panjang telapak kaki. Koefisien korelasi (r) pada metode pengukuran tibia perkutaneus senilai 0,756 untuk tibia kanan dan 0,726 tibia kiri, dengan bentuk persamaan regresi y = 68,499 + 2,632x untuk tibia kanan dan y = 71,921 + 2,529x untuk tibia kiri. Koefisien korelasi (r) untuk metode pengukuran telapak kaki senilai 0,717 untuk telapak kaki kanandan 0,714 untuk telapak kaki kiri dengan bentuk persamaan regresi Y = 73,613 + 3,781X untuk telapak kaki kanan dan y = 74,214 + 3,756x untuk telapak kaki kiri. Kata kunci: panjang badan, panjang tibia perkutaneus, panjang telapak kaki Abstract Identification is stipulating or determining of dead or life person identity, based on distinctive feature founded on people. Body height determination has important mean in the situation where which must be checked is body pieces or skeleton, or only part of bones. Height estimation can be obtained by using formula of regression. Accuracy of regression formula in determining a person height influence by pattern and proporsional between varios measure of part of the body. It is known by allometri concept. The allometri relation between bones are systematic but not exact. Research design used is sectional cross analysis. The result observed is in the equation form of regression and level of correlation coefficient from both equation form. Analysis of researh result done by comparing coefficient of correlation from tibia percutaneus measurement method and foot palm lenght measurement method. The result of this research showed that tibia percutaneus measurement lenght method has stronger correlation with height compared to measurement method of foot palm lenght. Coefficient of correlation (r) of tibia percutaneus measurement method is 0,756 for right tibia and 0,726 for left tibia, with equation form of regression Y = 68,499 + 2,632X for right tibia and Y = 71,921 + 2,529X for left tibia. Coefficient correlation (r) of foot palm lenght measurement method is 0,717 for right foot palm and 0,714 for left foot palm, with equation form of regression Y = 73,613 + 3,781X for right foot palm and Y = 74,214 + 3,756X for left foot palm. Key words: body height, tibia percutaneus lenght, long of palm foot 201

Iwan Aflanie, Metode Pengukuran Panjang Tibia... PENDAHULUAN Kecelakaan hebat yang berakibat fatal sering terjadi seiring dengan kemajuan di bidang transportasi. Salah satu bentuk kecelakaan yang fatal adalah terpisahnya bagian-bagian tubuh manusia, seperti pada kasus kecelakaan kereta api. Kejadian lain yang menyebabkan terpisahnya bagian-bagian tubuh manusia adalah mutilasi. Mutilasi adalah pemotongan jasad manusia yang telah meninggal dunia hingga terpisah satu sama lainnya. Kejadian mutilasi ini memiliki kecenderungan meningkat, yang mungkin disebabkan upaya pelaku untuk menghilangkan jejak dan identitas korban. 1 Penentuan identitas personal dengan tepat sangat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. 2 Identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas orang hidup ataupun mati, berdasarkan ciri-ciri yang khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi pada antropologi forensik meliputi penentuan ras, jenis kelamin, umur dan tinggi badan. Bila ditinjau dari segi aspek medikolegal penentuan identitas melalui penentuan jenis kelamin dan tinggi badan seseorang memegang peranan yang sangat penting. 3 Penentuan tinggi badan menjadi penting artinya pada keadaan dimana yang harus diperiksa adalah tubuh yang telah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka, atau sebagian tulang saja. Pada umumnya perkiraan tinggi badan dapat dipermudah dengan pengertian bahwa tubuh manusia yang diperiksa itu pendek, sedang atau tinggi. 4 Dengan meningkatnya kejadian dan bencana misalnya kecelakaan yang menyebabkan terpotongnya bagian-bagian tubuh manusia menjadi ba- gian yang terpisah-pisah, diperlukan teknik identifikasi yang memadai. Pengukuran panjang tulang anggota gerak bagian bawah untuk memperkirakan tinggi badan merupakan teknik yang lazim digunakan. 5,6 Pada prinsipnya, panjang tulang kaki dan tangan manusia berbanding secara proporsional dengan tinggi badan. Sehingga penentuan tinggi badan dapat dilakukan menggunakan rumus regresi, rumus regresi merupakan hasil dari analisis regresi. 7 Dalam kasus mutilasi tinggi badan dapat ditentukan secara tidak langsung berdasarkan panjang tulang anggota gerak atas dan anggota gerak bagian bawah. 8 Keakuratan dari sebuah rumus regresi dalam menentukan tinggi badan seseorang dipengaruhi oleh pola dan hubungan yang proporsional antara berbagai ukuran bagian tubuh, yang dikenal dengan konsep allometri. Hubungan allometri antar tulang bersifat sistematis namun tidak eksak. Pola hubungan ini berbeda antara satu populasi dengan populasi lainnya dan antara satu individu dengan individu lainnya. Antara individu dan populasi bisa terdapat hubungan yang sesuai namun juga bisa tidak terdapat hubungan. yang sesuai. Rumus regresi untuk tinggi badan biasanya menunjukkan pola yang cenderung menetap dalam polulasi yang memiliki nenek moyang (ras) yang sama. 9 Dengan melakukan analisis regresi dapat ditentukan bentuk persamaan (rumus) regresi untuk memperkirakan tinggi badan dari pengukuran panjang telapak kaki dan panjang tibia perkutaneus. Akurasi dari kedua metode pengukuran tersebut dapat ditentukan dengan membandingkan tingkat korelasinya dengan tinggi badan sebenarnya. 202

Mutiara Medika Vol. 11 No. 3: 201-206, September 2011 BAHAN DAN CARA Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional analitik. Desain Cross sectional analitik dipilih karena setiap subyek (jenazah) hanya diukur satu kali. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah jenazah Ras Mongoloid yang ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Kriteria inklusi meliputi jenazah manusia Ras Mongoloid, laki-laki dan perempuan, usia 25 sampai 55 tahun, tidak memiliki cacat fisik yang dapat mempengaruhi proses pengukuran tinggi badan, panjang telapak kaki dan panjang tibia perkutaneus, ditangani di Instalasi Forensik RS Dr. Sardjito Yogyakarta dari Januari sampai dengan Desember 2006, sampai jumlah sampel terpenuhi. Kriteria eksklusi meliputi jenazah yang memiliki cacat fisik bawaan maupun didapat, seperti amputasi, luka bakar yang menyebabkan kontraktur, skoliosis, dan jenazah yang telah mengalami pembusukan sehingga menyebabkan tidak dapat dilakukannya pengukuran tinggi badan, panjang tibia perkuteneus dan panjang telapak kaki. Subyek penelitian adalah jenazah Ras Mongoloid yang ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik RS Dr. Sardjito Yogyakarta dari Januari 2006 sampai Desember 2006, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Penentuan besar sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk dua kelompok berpasangan sebagai berikut: N = (Z α + Zβ) x Sd 2 Tingkat kemaknaan yang diharapkan dalam penelitian ini (α) untuk uji 2 arah adalah 0,05 dan power (β) dalam penelitian ini adalah 80%, maka berdasarkan tabel diketahui Zα dan Zβ dalam penelitian ini masing-masing sebesar 1,960 dan 0,842. Berdasarkan kepustakaan diperkirakan simpang baku selisih rerata (S d ) adalah 4 cm dan selisih pengukuran kedua cara yang bermakna adalah 2,5 cm. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan jumlah sampel minimal yang harus terpenuhi (N) adalah 42 orang. HASIL Pada periode 1 Januari 2006 sampai 16 Desember 2006 telah ditangani sebanyak 196 jenazah, 64 diantaranya memenuhi kriteria inklusi penelitian ini. Terdiri dari 36 jenazah laki-laki dan 28 jenazah perempuan. Umur termuda 25 tahun, sedangkan umur tertua 55 tahun. Umur rata-rata 37,8 tahun (SD 9,12). Tinggi badan rata-rata subyek penelitian 160,365 cm dengan standar deviasi 7,722 d Tabel 1. Rerata Hasil Pengukuran Tinggi Badan, Tibia Perkutaneus dan Telapak Kaki No Pengukuran x ± SD (cm) Kolmogorov-Smirnov Nilai p 1 Panjang badan 160,365 ±7,722 0,989 2 Panjang tibia kanan 34,908 ±2,218 0,892 3 Panjang tibia kiri 34,978 ±2,216 0,856 4 Panjang telapak kaki kanan 22,944 ±1,465 0,923 5 Panjang telapak kaki kiri 22,939 ±1,468 0,935 203

Iwan Aflanie, Metode Pengukuran Panjang Tibia... Tabel 2. Tingkat Korelasi Tinggi Badan dengan Panjang Tibia dan Telapak Kaki Pengukuran Korelasi Pearson (r) Tingkat signifikansi Tinggi Badan (1-tailed) Panjang badan Panjang tibia kanan 0,756 0,001 Panjang tibia kiri 0,726 0,001 Panjang telapak kaki kanan 0,717 0,001 Panjang telapak kaki kiri 0,714 0,001 cm. Panjang tibia kanan rata-rata 34,908 cm dengan standar deviasi 2,218 cm dan panjang tibia kiri rata-rata 34,978 dengan standar deviasi 2,215 cm, tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil pengukuran tibia perkutaneus kanan dan kiri. Panjang telapak kaki kanan rata-rata 22,944 dengan standar deviasi 1,465 cm dan panjang telapak kaki kiri rata-rata 22,939 dengan standar deviasi 1,468, tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil pengukuran panjang telapak kaki kanan dan kiri (Tabel 1). Seluruh data hasil pengukuran dalam penelitian ini tersebar secara normal. Hal ini diketahui dari nilai probabilitas dari masing masing kelompok pengukuran yaitu jauh diatas 0,05 berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov (Tabel 1). Analisis Regresi merupakan uji parametrik, dalam uji ini terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu skala pengukuran variabel harus numerik, sebaran data harus normal dan adanya kesamaan varians. Khusus untuk uji kelompok yang berpasangan kesamaan varians tidak menjadi syarat. Pada penelitian ini syarat-syarat tersebut terpenuhi, jadi dapat dilakukan Analisis Regresi. DISKUSI Bentuk Persamaan Regresi Panjang Tibia perkutaneus Besar hubungan antara varibel tinggi badan dengan panjang tibia perkutaneus yang dihitung berdasarkan koefisien korelasi adalah 0, 756 untuk tibia kanan dan 0,726 untuk tibia kiri. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat (mendekati 1) antara panjang tibia perkutaneus dengan tinggi badan. Arah hubungan yang positif (tidak ada tanda negatif pada angka 0,756 dan angka 0,726) menunjukkan semakin panjang tibia semakin tinggi tubuh seseorang, demikian pula sebaliknya (Tabel 2). Tingkat signifikansi koefisien korelasi satu sisi (diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0,001 atau praktis 0. Oleh karena probabilitas jauh di bawah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi panjang tibia perkutaneus dengan tinggi badan sangat nyata (Tabel 2). Hasil uji Anova, didapat F hitung sebesar 82,815 untuk tibia kanan dan 68,906 untuk tibia kiri, dengan signifikansi 0,001. Oleh karena probabilitas (nilai p) adalah 0,001 jauh lebih kecil dari 0,05, berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji, maka persamaan regresi Tabel 3. Tingkat Signifikansi Hubungan antar Variabel Berdasarkan Uji Anova Pengukuran F Hitung Tinggi Badan Tingkat Signifikansi Panjang tibia kanan 82,815 0,001 Panjang tibia kiri 68,906 0,001 Panjang telapak kaki kanan 65,744 0,001 Panjang telapak kaki kiri 64,469 0,001 204

Mutiara Medika Vol. 11 No. 3: 201-206, September 2011 dapat dipergunakan untuk memprediksi tinggi badan (Tabel 3). Selanjutnya dengan program komputer didapatkan persamaan regresi untuk tibia kanan adalah: Y = 68,499 + 2,632X, dimana Y adalah tinggi badan dan X adalah panjang tibia perkutaneus. Koefisien regresi sebesar 2,632 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% panjang tibia perkutaneus akan meningkatkan tinggi badan sebesar 2,632%. Persamaan regresi untuk tibia kiri adalah: Y = 71,921 + 2,529X, dimana Y adalah tinggi badan dan X adalah panjang tibia perkutaneus. Koefisien regresi sebesar 2,529 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% panjang tibia perkutaneus akan meningkatkan tinggi badan sebesar 2,529%. Bentuk Persamaan Regresi Panjang Telapak Kaki Besar hubungan antara varibel tinggi badan dengan panjang telapak kaki yang dihitung berdasarkan koefisien korelasi adalah 0,717 untuk telapak kaki kanan dan 0,714 untuk tibia kiri. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat (mendekati 1) antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan. Arah hubungan yang positif (tidak ada tanda negatif pada angka 0,717 dan angka 0,714) menunjukkan semakin panjang telapak kaki semakin tinggi tubuh seseorang, demikian pula sebaliknya (Tabel 2). Tingkat signifikansi koefisien korelasi satu sisi (diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0,001 atau praktis 0. Oleh karena probabilitas jauh di bawah 0,05, maka dapat disimpulkan korelasi panjang telapak kaki dengan tinggi badan sangat nyata (Tabel 3). Hasil uji Anova, didapat F hitung sebesar 65,744 untuk telapak kaki kanan dan 64,469 untuk telapak kaki kiri, dengan signifikansi 0,001. Oleh karena probabilitas (nilai p) adalah 0,001 jauh lebih kecil dari 0,05, maka persamaan regresi dapat dipergunakan untuk memprediksi tinggi badan (Tabel 3). Selanjutnya dengan program komputer didapatkan persamaan regresi untuk telapak kaki kanan adalah: Y = 73,613 + 3,781X, dimana Y adalah tinggi badan dan X adalah panjang telapak kaki. Koefisien regresi sebesar 3,781 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% panjang tibia perkutaneus akan meningkatkan tinggi badan sebesar 3,781%. Persamaan regresi untuk telapak kaki kiri adalah: Y = 74,214 + 3,756X, dimana Y adalah tinggi badan dan X adalah panjang telapak kaki. Koefisien regresi sebesar 3,756 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% panjang telapak kaki akan meningkatkan tinggi badan sebesar 3,756%. Arah korelasi positif (tanda +) pada kedua bentuk persamaan regresi diatas menyatakan semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Semakin panjang telapak kaki semakin tinggi pula tubuh seseorang. Berdasarkan hasil penelitian di atas tampak bahwa panjang tibia perkutaneus memiliki tingkat korelasi yang lebih kuat terhadap tinggi badan dibandingkan dengan panjang telapak kaki. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tulang panjang memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan tinggi badan seseorang dibandingkan dengan tulang pendek. SIMPULAN Penentuan tinggi badan dengan metode pengukuran panjang tibia perkutaneus dan panjang tela- 205

Iwan Aflanie, Metode Pengukuran Panjang Tibia... pak kaki dapat digunakan untuk membantu memprediksi tinggi badan seseorang, dimana pengukuran panjang tibia perkutaneus memiliki korelasi lebih kuat terhadap tinggi badan seseorang dibandingkan dengan pengukuran panjang telapak kaki. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada tempat dan populasi berbeda untuk mengetahui keterandalan bentuk persamaan regresi yang diperoleh. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui perbedaan tingkat akurasi antara pengukuran panjang tibia perkutaneus dan telapak kaki pada jenazah dan orang hidup. DAFTAR PUSTAKA 1. Kosebardiati, GJ. Estimasi tinggi dan berat badan berdasarkan ukuran kaki: Analisis regresi. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Semarang. 2002; 108. Diterbitkan dalam rangka Konas III PDFI. 2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun im A, Sidhi, et al. Identifikasi Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997;197-202. 3. Mall G., Hubig M, Buttner A, Kuznik J, Penning R, Graw M. Sex determination and estimation of stature from the long born of arm. National Library of Medicine. 2001; 117:23-30. 4. Idries AM. Identifikasi. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina Rupa Aksara. 1997; 32-52. 5. Koshy S, Vettivel KG, Selvaraj. Estimation of length of calcanaeum and talus from their bony markers. Forensic Sciene International. 2002; 129(3):200-204. 6. Ozaslan A, Yasar A, Ozaslan H, Turcu, Sermet Koc. Estimation of stature from body parts. Forensic Sciene International. 2003;132(1):40-45 7. Indriati E. Penentuan tinggi badan. Antropologi Forensik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2004;78-80. 8. Mohanty NK. Prediction of height from percutaneous tibial length amongst Oriya population. Forensic Science International. 1998; 98(3):137-141. 9. Sorg MH. Forensic anthropology. Forensic science an introduction to scientific and investigative technique. 2005;99-118. 206