STRATEGI MENGAJAR MELALUI MODEL BERMAIN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR. Dr. Tite Juliantine,M.

dokumen-dokumen yang mirip
Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan gerak-gerak yang lebih kompleks. Gerak dasar itu sendiri dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. KAJIAN PUSTAKA. secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

HAKIKAT DAN SIGNIFIKANSI PERMAINAN

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 10 TAHUN (16 model permainan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. perasaan tenang dan memberikan kepuasan. Menurut pendapat Sukintaka (1992 :

KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LARI ESTAFET MELALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 OTI. Anis

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III PENILAIAN A. Benar-Salah. Petunjuk:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Irvan Andriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

PEMANASAN DALAM BENTUK PERMAINAN PADA PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

PEMANFAATAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PENCAPAIAN INDIKATOR PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 76

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat di zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

Modul 2 Permainan Anak dengan Alat

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SILABUS PENJAS SD / MI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

Transkripsi:

STRATEGI MENGAJAR MELALUI MODEL BERMAIN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR Dr. Tite Juliantine,M.Pd *) ABSTRAK Pendidikan jasmani di sekolah berperan sangat penting karena memiliki nilai-nilai positif yang tercakup di dalamnya. Pentingnya pendidikan jasmani bagi peserta didik, terutama dalam membangun kualitas hidup dan sikap sosialnya. Peserta didik akan terbentuk kualitas fisiknya, sikap mental, moral dan sosialnya melalui pendidikan jasmani atau aktivitas fisik yang diperolehnya dari sekolah. Sehingga pada akhirnya diharapkan akan melahirkan generasi yang sehat jasmani dan rohaninya guna mendukung terciptanya manusia yang berkualitas tinggi. Pelajaran pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang menyenangkan, dan apa yang mereka harapkan dari pelajaran pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan jasmani, mental, sosial dan psikis. Namun di lapangan masih ditemui ungkapan negatif mengenai pendidikan jasmani, seperti misalnya, pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Masih adanya pandangan negatif tentang pendidikan jasmani, salah satunya disebabkan karena proses pembelajaran pendidikan jasmani belum mampu untuk menciptakan atmosfir belajar. Jadi dibutuhkan kemampuan dari guru pendidikan jasmani untuk dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga hasil yang diperoleh akan sangat membantu terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam segala aspek dan akan sangat berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya strategi khusus untuk mengatasi masalah-masalah yang terungkap sebelumnya. Salah satu strateginya adalah dengan menerapkan model permainan, karena dengan permainan siswa akan merasa senang dan pendidikan jasmani dapat ditangkap oleh siswa, sehingga diharapkan dapat menciptakan atmosfir belajar yang kondusif. Jika anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka siswa akan melakukan permainan itu dengan rasa senang (pada umumnya siswa merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain). Karena rasa senang inilah maka siswa akan menangkap keadaan pribadinya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu berupa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bermain siswa dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan perilaku, sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan melalui bermain tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. Kata Kunci : Bermain, Model Permainan, Pendidikan Jasmani PENDAHULUAN Semenjak Indonesia merdeka, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Tamura dan Amung (2003:10) menjelaskan, Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang sifatnya wajib diajarkan di sekolah karena memiliki nilai-nilai positif

yang tercakup di dalamnya. Maksud dari pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya pendidikan jasmani bagi peserta didik, terutama dalam membangun kualitas hidup dan sikap sosialnya. Peserta didik akan terbentuk kualitas fisiknya, sikap mental, moral dan sosialnya melalui pendidikan jasmani atau aktivitas fisik yang diperolehnya dari sekolah. Sehingga pada akhirnya diharapkan akan melahirkan generasi yang sehat jasmani dan rohaninya guna mendukung terciptanya manusia yang berkualitas tinggi. Pelajaran pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang menyenangkan, dan apa yang mereka harapkan dari pelajaran pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan jasmani, mental, sosial dan psikis. Namun di lapangan masih ditemui ungkapanungkapan negatif mengenai pendidikan jasmani. Hal ini dinyatakan oleh Agus Mahendra (2003:16) sebagai berikut: Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya, seperti kebugaran jasmani yang rendah. Di kalangan guru pendidikan jasmani sering ada anggapan bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan. Selain hal tersebut di atas, gambaran negatif tentang pendidikan jasmani di sekolah, juga dinyatakan oleh Rusli Lutan (2001:19) sebagai berikut: Di Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar itu, diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lainnya. Jika direnungkan secara mendalam mengenai pernyataapernyataan tersebut, maka akan timbul pertanyaan mengapa hal ini dapat terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, beragam sebab atau alasan dapat diungkap untuk menjelaskan mengapa masih ada yang berpandangan bahwa pendidikan jasmani itu negatif. Agus Mahendra (2003:17) menjelaskan, Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masih adanya pandangan negatif tentang pendidikan

jasmani, disebabkan karena proses pembelajaran pendidikan jasmani belum mampu untuk menciptakan atmosfir belajar. Jadi dibutuhkan kemampuan dari guru pendidikan jasmani untuk dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga hasil yang diperoleh akan sangat membantu terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam segala aspek dan akan sangat berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya strategi khusus untuk mengatasi masalah-masalah yang terungkap sebelumnya. Salah satu strateginya adalah dengan menerapkan model permainan, karena dengan permainan siswa akan merasa senang, sehingga diharapkan dapat menciptakan atmosfir belajar yang kondusif. Dalam tulisan ini fokus permasalahannya adalah pendidikan jasmani di sekolah dasar, dengan strategi pembelajarannya adalah model permainan, dimana dalam model ini guru harus pandai memberikan pembelajaran yang asyik dan menyenangkan kepada siswa sehingga siswa tidak jenuh dan tidak bosan. ASAS PENGEMBANGAN DAN PENETAPAN SASARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR Pendidikan jasmani di sekolah dasar memiliki ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anakanak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya ada tiga tahapan yaitu: a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5 7 tahun) b. tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood) dan c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau ratarata usia 10 tahun). Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pada tataran individu, pendidikan jasmani dapat mengembangkan pola hidup sehat, mengurangi tekanan atau stress, atau meningkatkan daya saing, dan membentuk sikap dan perilaku yang prososial. Dalam tataran pembangunan masyarakat olahraga dapat membangun masyarakat yang memiliki social capital yang tinggi terutama masyarakat yang memiliki kebersamaan, solidaritas, saling percaya di antara anggota masyarakat dan kelancaran komunikasi antara anggota masyarakat karena adanya hubungan melalui pengembangan kegiatan fisik di sekolah atau di masyarakat. Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia sekolah dasar mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbedabeda. Pada usia-usia 5 8 tahun, anak mulai MOTION Volume I. No. 1. September 2010 3

berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anakanak mulai matang menguasai keterampilan khusus, mulai dari keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik serta minat anak. Aktivitas bermain pada anak-anak banyak dilakukan dengan aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani ini sangat penting bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Gerak mereka berarti berlatih tanpa disadarinya. Dasar gerak mereka menjadi lebih baik, karena kekuatan otot, kelentukan, daya tahan otot setempat, dan daya tahan kardiovaskuler makin baik. Dari pertumbuhan siswa, berarti makin baik pula fungsi organ tubuh siswa. Sehingga dapat dikatakan pendidikan jasmani sangat penting untuk mengembangkan segala yang terdapat dalam diri siswa. Kemudian dari pertumbuhannya akan terjadi perkembangan yang lebih baik seperti misalnya siswa dapat melompat, lari, melempar, bergantung dan memanjat dengan lebih baik. HUBUNGAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN BERMAIN DAN OLAHRAGA Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya. Bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Belajar dan keceriaan merupakan dua hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan MOTION Volume I. No. 1. September 2010 4

geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Kian banyak ia bergerak, kian banyak hal yang ditemui dan dijelajahi., dan kian baik pula kualitas pertumbuhannya. Anakanak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, siswa bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Bagi anak, gerak semata-mata untuk kesenangan, bukan didorong oleh maksud dan tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak. Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani. Telah dibahas bahwa tujuan pendidikan jasmani ialah meningkatkan kualitas manusia, atau membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai sasaran keseluruhan aspek pribadi manusia. Dari sini timbulah pertanyaan bagaimana peranan bermain atau permainan dalam pendidikan jasmani? Jika anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka siswa akan melakukan permainan itu dengan rasa senang (pada umumnya siswa merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain). Karena rasa senang inilah maka siswa akan menangkap keadaan pribadinya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu berupa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bermain siswa dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan perilaku. Kemudian pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai dengan bermain. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama., karena pendidikan jasmani tidak terlepas dari permainan. Menurut Huizinga (1950) permainan dalam perluasannya merupakan gejala kebudayaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan itu mempunyai makna pendidikan praktis. Karena dalam peristiwa bermain itu merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, tetapi bermain itu bukan merupakan suatu kesungguhan. Maka dalam pendidikan jasmani diberikan permainan agar siswa bermain dengan rasa senang dan sungguhsungguh tetapi tidak kesungguhan. MOTION Volume I. No. 1. September 2010 5

PERMAINAN-PERMAINAN YANG DAPAT DIBERIKAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR. 1. Menarik ular Anak dibagi dalam kelompok, kelompok harus dibuat genap., karena tiap dua kelompok diharuskan berebut menarik ular. Anak paling depan pada tiap kelompok yang berhadapan saling berpegangan tangan dengan dua tangan. Anak yang ada di belakang berpegangan pada punggang temannya yang ada di depannya. Yang berdiri paling depan menjadi kepala ular, dan kepala ular pada harus berdiri pada garis batasnya. Guru memberi aba-aba: siap ya. Mulailah kedua kelompok yang saling berhadapan saling menarik kelompok lawannya. Regu dianggap menang jika dapat menarik lawan sehingga anak yang paling depan dari lawannya menginjak garis batas kelompoknya, atau ikatan pegangan dari lawannya. Permainan tersebut sangat baik dilakukan dari kelas III ke atas. Melalui permainan ini dapat memupuk kerjasama antar anggota kelompok. Secara tidak langsung pendidikan jasmani telah tersampaikan dengan permainan menarik ular. Misalnya kognitif siswa berkembang dalam permainan menarik ular. Karena harus berpikir untuk dapat menarik kepala ular dan menghindar dari ular lawan. Sedangkan afektif, siswa harus bekerjasama untuk dapat memenangkan permainan itu dan psikomotor sudah sangat jelas, yaitu siswa harus bergerak agar terhindah dari ular lawan. 2. Permainan Adu Kuat Tujuan permainan ini adalah melatih kekuatan serta keseimbangan. Permainan ini sangat baik bagi kelas tinggi sekolah dasar. Adapun cara memainkannya sebagai berikut: Kelas dibagi lima, dan tiap kelompok memasuki lingkaran yang sudah disediakan. Tiap anak dalam satu kelompok saling bermusuhan, dengan berusaha mengeluarkan lawan dari lingkaran. Cara mengeluarkan lawan hanya boleh mendororng dengan bahu, yang harus dikenakan dengan bahu lawan. Salah satu kaki harus selalu diangkat dan ditekuk ke atas., serta dipegang dengan tangan yang searah dengan kaki yang ditekuk. Siku tangan yang lain harus tetap melekat pada punggang. Siswa dianggap kalah bila menginjak garis lingkaran, atau keluar dari lingkaran. Siswa yang kalah harus menunggu di luar. Permainan ini selesai jika tinggal seorang pemain saja yang berada di dalam lingkaran. Bila tiap lingkaran sudah dapat ditemukan pemenangnya, dilanjutkan dengan perebutan gelar raja kuat dengan MOTION Volume I. No. 1. September 2010 6

mempertandingkan para pemenang kelompok. 3. Permainan tiga serangkai Tujuan permainan ini adalah melatih kekuatan, otot tungkai, dan kerjasama antar teman. Permainan ini dapat dimainkan oleh siswa kkelas I sampai kelas VI. Adapun cara memainkannya sebagai berikut: a. Anak membuat kelompok yang terdiri dari tiga orang. b. Kelompok tersebut mengaitkan kaki dibelakang pangkal paha mereka. Dengan ketinggian kira-kira setinggi pangkal paha sehingga mereka berdiri di atas kaki kirinya.setelah kaitan dianggap baik, maka lomba dimulai. c. Dengan irama tepukan tangan para peserta lomba, siswa dalam kelompok itu berjengket seirama dengan tepukan tangan bersama. Sambil mengucapkan yair atau nyanyian: Satu hati, satu hati Seirama satu gerak Kena badai tersiram air Tidak goyah tetap tegak d. Jika salah satu kelompok ada yang tidak tegak artinya kelompoknya buyar atau berantakan maka dianggap kalah. 4. Buaya berlomba Tujuan permainan ini adalah melatih kekuatan, otot tungkai, dan kerjasama antar teman. Permainan ini dapat dimainkan oleh siswa kkelas I sampai kelas VI. Adapun cara memainkannya sebagai berikut: a. Perlengkapan : lapangan atau areal kosong b. Bidang permainan : lapangan persegi dibagi menjadi 3 (untuk ukuran sesuaikan dengan situasi sekolah), tapi minimal jaraknya antara pelari dengan target adalah 10 meter, dan di setiap ujungnya, masing-masing diberi tanda. (Lihat gambar) c. Cara bermain : Para siswa dibagi menjadi 2 atau 3 kelompok, dan mereka jongkok berderet. Mereka berpegangan pada bahu teman yang berada di depannya. Dalam sikap demikian regu tersebut bergerak secepat mungkin mengelilingi target yang telah ditentukan dan kembali lagi. Regu yang ekornya lebih dulu melalui garis permulaan, ialah yang menang. KESIMPULAN Pendidikan Jasmani dan Olahraga di sekolah dasar harus ditekankan pada olahraga kesehatan dan latihan jasmani melalui model permainan, karena dengan permainan siswa akan merasa senang dan pendidikan jasmani dapat ditangkap oleh siswa, sehingga diharapkan dapat menciptakan atmosfir belajar yang kondusif. Jika anak bermain atau diberi permainan MOTION Volume I. No. 1. September 2010 7

dalam rangka pendidikan jasmani, maka siswa akan melakukan permainan itu dengan rasa senang (pada umumnya siswa merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain). Karena rasa senang inilah maka siswa akan menangkap keadaan pribadinya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu berupa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bermain siswa dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan perilaku, sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan melalui bermain tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Agus, Mahendra. (2003). Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. Giriwijoyo, H.Y.S.S. dan H.Muchtamadji M.Ali. (1997). Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah. FPOK IKIP Bandung. Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000). Olahraga Kesehatan. FPOK-UPI. Giriwijoyo, H.Y.S.S. (2001). Pendidikan Jasmani dan Olahraga, kontribusinya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. Ma had Al-Zaytun, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Graham, G. (1992). Teaching Children Physical Education, Becoming Master Teacher. Champaign, III: Human Kinetics Publisher, Inc. Rusli, Lutan. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen P&K. Sukintaka. (1992). Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Watson,A.S. (1992). Children in Sports, dalam Textbook of Science and Medicine in Sport. Edited by J.Bloomfield, P.A.Fricker and K.D.Fitch; Blackwell Scientific Publications. *) Dr. Tite Juliantine,M.Pd, Dosen FIK UPI Bandung MOTION Volume I. No. 1. September 2010 8

MOTION Volume I. No. 1. September 2010 9