PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG SEMPADAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI UTARA;

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2002

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BAU BAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU BAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 06 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAIRAN DI KOTA BANDUNG

4. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanah di daerah sempadan sungai dengan memperoleh Ijin Pemanfaatan Lahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA BATU

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

BUPATI AGAM. Kep sempadan bangunan *Sesuai dengan aslinya*

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Perda Kabupaten Selayar Nomor 5 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kebijaksanaan penyelenggaraan sungai yang meliputi segala usaha untuk mengatur pembinaan, pemeliharaan, penguasaan, pengelolaan pengusahaan dan pengawasan atas sungai beserta sumbernya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupaan rakyat; b. bahwa dalam mewujudkan penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada huruf a, pemanfaatannya diperuntukkan sebesar-besarnya kepada kepentingan dan kesejahteraan rakyat untuk menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013); 1

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3516); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 8132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 2

13. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Nama Kabupaten Selayar Menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulewesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4889); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kebupaten Selayar (Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Nomor 1); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Selayar (Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Tahun 2008 Nomor 3) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 10 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Selayar (Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2010 Nomor 10); 3

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR dan BUPATI KEPULAUAN SELAYAR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Selayar. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kepulauauan Selayar. 4. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar. 6. Sungai adalah tempat-tempat atau wadah-wadah serta jaringan pengairan air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. 7. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran pelebaran alur/badan/palung sungai. 8. Garis Sempadan Sungai adalah garis batas luar pengaman sungai. 9. Daerah Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. 10. Daerah Sempadan Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. 11. Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai dan daerah sempadan yang telah dibebaskan. 12. Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan. 13. Bekas Sungai adalah sungai yang tidak berfungsi lagi. 14. Tepi Sungai adalah batas luar palung sungai yang mempunyai bentuk. 15. Kawasan Perkotaan adalah wilayah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, layanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 4

16. Tanggul adalah bangunan pengendalian sungai yang dibangun dengan persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap lintasan air sungai. 17. Banjir Rencana adalah banjir yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu. 18. Palung Sungai adalah lekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah, atau galian untuk mengalirkan sejumlah air tertentu. 19. Bantaran Sungai adalah pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Pasal 2 (1) Lingkup pengaturan yang tercantum pada Peraturan Daerah ini : a. penetapan garis sempadan sungai termasuk waduk; b. pengelolaan dan pemanfaatan lahan pada daerah manfaat sungai, termasuk mata air; c. pemanfaatan lahan pada daerah penguasaan sungai; dan d. pemanfaatan lahan pada bekas sungai. (2) Lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku atas sungai yang berada dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar. BAB II GARIS SEMPADAN SUNGAI Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Pasal 3 (1) Penetapan Garis Sempadan Sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. (2) Penetapan Garis Sempadan Sungai bertujuan : a. agar fungsi sungai termasuk waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang disekitarnya; b. agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga kelestarian fungsi sungai; dan c. agar daya rusak air sungai dan lingkungannya dapat dibatasi. Bagian Kedua K r i t e r i a Pasal 4 Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri atas : a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan; b. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan; 5

c. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan; dan d. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan. Pasal 5 (1) Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut : a. garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sepanjang kaki tanggul; dan b. garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawaan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. (2) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikan, yang dapat berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai kecuali lahan yang berstatus tanah Negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak tanggul baru harus dibebaskan. Pasal 6 Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 50 (lima puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Pasal 7 Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam perkotaan berdasarkan pada kriteria : a. sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan b. sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Pasal 8 (1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai. (2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan menjadi tanggung jawab pengelola jalan. Pasal 9 Penetapan garis sempadan sungai, waduk, dan mata air yang terpengaruh pasang surut air laut, mengikuti kriteria sebagai berikut : 6

a. untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurangkurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai jalur hijau; b. untuk waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat; dan c. untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air. Bagian Ketiga Tata Cara Penetapan Pasal 10 (1) Penetapan garis sempadan sungai dilakukan oleh Bupati Kepulauan Selayar berdasarkan usulan dari Kepala Dinas. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatankegiatan sebagai berikut : a. melakukan survey; b. menentukan dimensi penampang sungai berdasarkan rencana pembinaan sungai yang bersangkutan dari hasil survei sebagaimana dimaksud pada huruf a bagi sungai-sungai yang tidak jelas tepinya; c. penetapan garis sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada huruf b berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9. (3) Penetapan garis sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila dipandang perlu dapat disempurnakan setiap lima tahun. Bagian Keempat Pemanfaatan Daerah Sempadan Pasal 11 (1) Pemanfaatan lahan di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatankegiatan tertentu sebagai berikut : a. budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; b. kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan; c. pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta rambu-rambu pekerjaan; d. pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum; e. pemancangan tiang dan pondasi prasarana jalan/jembatan; f. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai; dan g. pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air. 7

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (3) Bupati dapat menetapkan suatu ruas di daerah sempadan untuk membangun jalan inspeksi dan/atau bangunan sungai yang diperlukan dengan ketentuan lahan milik perorangan yang diperlukan diselesaikan melalui pembebasan tanah. Pasal 12 Pada daerah sempadan dilarang : a. membuang sampah, limbah padat dan atau cair; dan b. mendirikan bangunan untuk hunian dan tempat usaha. BAB III DAERAH MANFAAT SUNGAI Bagian Kesatu Umum Pasal 13 (1) Pengelolaan dan pembinaan pemanfaatan daerah manfaat sungai dilakukan melalui inventarisasi yang mencakup : a. mata air, memuat informasi antara lain mengenai nama, lokasi dan debit air; b. palung sungai, memuat informasi antara lain mengenai nama, lokasi, panjang dan kapasitas; c. daerah sempadan yang dibebaskan, memuat informasi antara lain mengenai lokasi, luas, tahun pembebasan, dan sumber dana. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dinas. Bagian Kedua Pemanfaatan Pasal 14 (1) Masyarakat dapat memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai, dengan ketentuan sebagai berikut : a. memenuhi persyaratan yang telah ditentukan; b. harus dengan izin Bupati atau Pejabat yang ditunjuk; c. mengikuti ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 11 dan Pasal 12; dan d. tidak mengganggu upaya pembinaan sungai. (2) Izin pemanfaatan lahan di daerah manfaat sungai, diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dengan rekomendasi teknis dari dinas. (3) Masyarakat yang memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai, dapat dikenakan konstribusi dalam rangka pemeliharaan daerah manfaat sungai. 8

BAB IV DAERAH PENGUASAAN SUNGAI Bagian Kesatu Umum Pasal 15 (1) Penetapan daerah penguasaan sungai dimaksudkan agar dapat dilaksanakan upaya pembinaan sungai seoptimal mungkin bagi keselamatan umum. (2) Batas daerah penguasaan sungai dan berupa daerah retensi ditetapkan 100 (seratus) meter dari elevasi banjir rencana disekeliling daerah genangan sedangkan yang berupa dataran banjir ditetapkan berdasarkan debit banjir rencana sekurang-kurangnya periode ulang 50 (lima puluh) tahunan. (3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk mengatur rencana peruntukan daerah penguasaan sungai, dengan memperhatikan kepentingan instansi lain yang bersangkutan. Bagian Kedua Pemanfaatan Pasal 16 (1) Masyarakat dapat memanfaatkan lahan di daerah penguasaan sungai untuk kegiatan/keperluan tertentu sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15 ayat (3). (2) Izin pemanfaatan lahan di daerah penguasaan sungai yang berada di luar daerah sempadan, diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB V BEKAS SUNGAI Pasal 17 (1) Lahan bekas sungai merupakan inventaris kekayaan milik negara yang berada di bawah pembinaan Bupati. (2) Pemanfaatan lahan bekas sungai diprioritaskan untuk : a. mengganti lahan yang terkena alur sungai baru; b. keperluan pembangunan prasarana pengairan; c. keperluan pembangunan lainnya, dengan cara tukar bangun; dan d. keperluan budidaya dengan syarat tertentu. (3) Permohonan izin pemanfaatan lahan bekas sungai diajukan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk melalui dinas. 9

(4) Penyampaian permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan saran teknis sebagai bahan pertimbangan dalam menertibkan izin pemanfaatan lahan bekas sungai oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (5) Dinas dapat memberikan masukan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). BAB VI Pengawasan Pasal 18 (1) Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan di dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh satuan kerja atau Badan Hukum tertentu yang selanjutnya akan ditetapkan oleh Bupati. (2) Laporan atas hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada dinas. (3) Pengusutan atas pelanggaran ketentuan di dalam Peraturan Daerah ini dapat dlakukan oleh : a. Pihak Kepolisian, dalam hal belum terbentuk Penyidik Pegawai Negri Sipil (PPNS) atau, b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk selanjutnya diteruskan kepada pihak kepolisian. Pasal 19 (1) Masyarakat wajib mentaati ketentuan-ketentuan pemanfaatan daerah sempadan, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, dan bekas sungai yang ditetapkan oleh Bupati. (2) Masyarakat wajib ikut serta secara aktif dalam usaha pelestarian dan pengamanan, baik fungsi maupun fisik sungai. BAB VII S A N K S I Pasal 20 Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), Pasal 12, Pasal 14 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 19 dapat dikenakan sanksi berupa : a. sanksi pidana sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai, dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; dan b. sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 10

BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN PASAL 21 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka bagi para pemanfaat lahan di daerah sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, dan bekas sungai yang belum mengikuti ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, segera menyesuaikan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Ditetapkan di Benteng pada tanggal 28 Oktober 2011 BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, SYAHRIR WAHAB Diundangkan di Benteng pada tanggal 28 Oktober 2011 SEKRETARIS KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR, ZAINUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2011 NOMOR 11 11