PERSEPSI IBU TENTANG PEMBERIAN OBAT FILARIASIS UNTUK PENCEGAHAN ELEPHANTIASIS PADA BALITA DI DESA JONO TAWANGHARJO GROBOGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

Proses Penularan Penyakit

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 4 HASIL PENELITIAN

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis Pada Masyarakat di Indonesia. Santoso*, Aprioza Yenni*, Rika Mayasari*

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA ANTIGA, WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS I

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

Prevalensi pre_treatment

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Transkripsi:

PERSEPSI IBU TENTANG PEMBERIAN OBAT FILARIASIS UNTUK PENCEGAHAN ELEPHANTIASIS PADA BALITA DI DESA JONO TAWANGHARJO GROBOGAN Emma Nur Chayati 1, DitaWasthu P 2 1,2 Prodi DIV Kebidanan, STIKes Karya Husada Semarang Email: wprasida@yahoo.co.id ABSTRAK Latar Belakang:Penyakit filariasis sampai saat ini masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 angka kejadian penderita mencapai 11 kasus, termasuk data yang ada di Tawangharjo yaitu ada 3 kasus, yang terdapat di Desa Jono. Pada pemberian obat pencegahan filariasis di desa Jono yaitu mencapai 682 jiwa kecuali anak dibawah 2 tahun, ibu hamil, penderita penyakit berat dan usia lebih dari 70 tahun. Menurut data yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Republik Indonesia, saat ini Indonesia ada 302 kabupaten/kota yang endemis filariasis serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis yaitu Pemutusan rantai penularan sebagaimana yang dimaksud dilaksanakan paling sedikit melalui Pemberian Obat Pencegahan Secara Masal (POPM) Filariasis pada wilayah endemis Filariasis dan upaya perlindungan dari gigitan nyamuk. Tujuan penelitian: untuk melihat implementasi pelaksanaan pemberian obat massal pencegahan filariasis di kabupaten Grobogan tahun 2015. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain,melalui wawancara terarah. Subyek penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita (2-5 tahun) yang mendapatkan pengobatan massal. Hasil penelitian: Pemberian obat secara massal untuk pencegahan filariasis pada balita (2-5 tahun) sangat diperlukan dan didukung oleh masyarakat, karena pengobatan massal ini akan berpengaruh terhadap rantai penularan penyakit filariasis yang mengakibatkan penyakit menahun dan cacat permanen pada penderitanya apabila tidak ditangani secara cepat. Tenaga kesehatan diharapkan meningkatkan sosialisasi tentang cara pencegahan filariasis dan memberikan pengobatan massal filariasis secara berkelanjutan untuk memutus rantai penyakit filariasis. Kata kunci : Persepsi; Pencegahan; Obat Filariasis MOTHER S PERCEPTION ABOUT DRUG FOR PREVENTION ELEPHANTIASIS FILARIASIS IN TODDLERS IN TAWANGHARJO GROBOGAN ABSTRACT Background: Filariasis is still a problem for public health. Data health departementgrobogan 2015 the incidence of patients reached 11 cases, including data on the Tawangharjo namely 3 cases, contained in Jono village. Filariasis prevention of drug administration in Jono village, reaching 628 inhabitants except children under 2 years old, woman pregnant, patients with severe disease and the elderly over 70 years. According to data from the Directorate General of Disease Control and Environmental Health Department of the Republic of Indonesia, Indonesia there are 302 districts / cities are endemic filariasis as well as the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 94 Year 2014 About the Countermeasures Filariasisie Termination of the chain of transmission within the meaning carried out at least through Prevention off Mass Drug Administration (POPM) Filariasis in endemic areas of filariasis and protective measures against mosquito bites. Purpose: The purpose of this study is to see the implementation of the implementation of preventive filariasis mass drug administration in Grobogan 2015. Method: This study used qualitative methods to design, through targeted interviews. Subjects were mothers who have young children (2-5 years) who received mass treatment. Result: The results of this study indicate that mass drug administration for filariasis prevention in infants (2-5 years) is required and supported by the community, because this mass treatment would affect the chain of transmission of filariasis disease resulting in chronic diseases and permanent physical disabilities of patients if not treated rapidly.health workers are expected to increase the socialization and give filariasis mass treatment on an ongoing basis to break the chain of filariasis. Key word : Perception; Prevention; Filariasis Drug 1

Pendahuluan Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkit banyak manusia di seluruh dunia. Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit yang serius tetapi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomis. Salah satu dari infeksi cacing adalah cacing filaria yang menimbulkan pembesaran kaki yang disebut elephantiasis (kaki gajah), pembesaran lengan dan alat kelamin. Dan akan tampak pada ukuran kaki yang membesar dengan ukuran diameter hingga 30 cm, pembesaran lengan ataupun alat kelamin. (Akhsin Zulkoni, 2010 : 71) Penyakit filariasis merupakan penyakit parasit yang penyebarannya tidak merata, melainkan terkonsentrasi di beberapa kantong-kantong wilayah tertentu. Dataran pulau Sumatera serta sebagian besar wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari tahun ke tahun langganan terinfeksi penyakit ini. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menaun (kronis) dan apabila tidak mendapatkan pengobatan akan mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki (Padila, 2013 : 411). Lima tahun terakhir, sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 kasusfilariasis di Jawa Tengah selalu ditemukan dan secara kumulatif mengalamipertambahan jumlah kasus filariasis kronis.disamping terjadi peningkatan jumlah kasus filariasis kronis, jugabertambahnya Kabupaten/Kota yang sebelumnya tidak pernah melaporkanadanya penderita filariasis kronis. Sampai dengan tahun 2014 sudah 34Kabupaten/Kota yang melaporkan ditemukan penderita filariasis kronis atau menahun (Profil Kesehatan Dinkes Jateng, 2014 ; 38). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 angka kejadian penderita mencapai 11 kasus, termasuk data yang ada ditawangharjo yaitu ada 3 kasus, yang terdapat di Desa Jono. Pada pemberian obat pencegahan filariasis di desa Jono yaitu mencapai 682 jiwa kecuali anak dibawah 2 tahun, ibu hamil dan penderita penyakit berat. Rumusan masalah penelitian ini yaitu Bagaiman Persepsi Ibu Tentang Pemberian Obat Filariasis Untuk Pencegahan Elephantiasis pada Balita di Desa Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis untuk pencegahan elephantiasis pada balitadi Desa Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. 2

Tinjauan Teoritis Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menaun (kronis) dan apabila tidak mendapatkan pengobatan akan mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, alat kelamin baik perempuan maupunn laki-laki (Padila, 2013: 411) Banyak species nyamuk yang berperan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. Di Indonesia terdapat 23 species nyamuk yang diketahui bertindak sebagai vektor yaitu dari genus: Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes dan Armigeres. Karena inilah filariasis dapat menular dengan sangat cepat. Secar rinci vektor nyamuk itu adalah : (Akhsin Zulkhoni, 2010 : 64 ). 1. Wuchereriabanchrofi perkotaan dengan vektor Culex quinquefasciatus. 2. Wunchereria banchrofi pedesaan dengan vektor Anopheles, Aedes dan Armigeres. 3. Brugia malayi dengan vektor Mansonia spp dan Anopheles barbirostris. 4. Brugia timori dengan vektor Anopheles barbirostris. Pencegahan terhadap penyakit filariasis atau kaki gajah dapat dilakukan dengan jalan : 1. Berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk 2. Membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk. 3. Mengeringkan atau genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk. 4. Membakar sisa-sisa sampah (berupa kertas dan plastik 5. Minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali. Pencegahan penyakit kaki gajah atau filariasis bagi penderita penyakit filariasis diharapkan untuk memeriksakan ke dokter agar mendapatkan penanganan obat-obatan sehingga tidak menyebabkan penularan kepada masyarakat lainnya. Perlu adanya pendidikan dan pencegahan serta pengenalan penyakit kaki gajah atau filarisis di wilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Membersihkan lingkungan sekitar adalah hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut ( Padila, 2013 : 417-418). Sasaran POPM Filariasis ini dilaksanakan terhadap semua penduduk usia 2 tahun sampai dengan usia 70 tahun diseluruh wilayah Kabupaten / Kota endemis Filariasis dengan memberikan obat DEC dan albendazole secara missal bersamaan. Pemberian obat secara massal bersamaan ini dapat mematikan semua microfilaria yang ada di dalam darah setiap penduduk dalam waktu bersamaan, dan mencegah microfilaria ( cacing filarial dewasa) menghasilkan microfilaria baru, sehingga rantai penularan filariasis terputus 3

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentangpenanggulangan Filariasis2014:73) Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah riset operasional kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini dipilih karena berusaha mendeskriptifkan data-data yang diperoleh berdasarkan ungkapan bahsa, cara berfikir, dan pandangan subyek yaitu pemberian obat filariasis untuk pencegahan elephantiasis. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Partisipan Ibu yang mempunyai anak balita 2-5 tahun yang diberi obat filariasis yang tinggal di Desa Jono. Triagulasinya yaitu Bidan desa yang mengelola desa yang mendapat pemberian obat untuk pencegahan filariasis. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara terarah ( guide interview).penelitian dilakukan bulan Desember 2015 sampai dengan Agustus 2016 Hasil Penelitian 1. Persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis pada balita a. Pendapat ibu tentang kaki gajah Hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit kaki gajah merupakan penyakit yang terjadi karena gigitan nyamuk yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi cacing filaria,didukung oleh triangulasi. b. Penyebab penyakit kaki gajah Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebab dari penyakit kaki gajah yaitu karena nyamuk yang terinfeksi cacing filaria menghisap darah manusia atau menggigi tmanusia dan lingkungan yang kotor, jawaban ini dibenarkan oleh triangulasi sumber. c. Cara penularan filariasis atau penyakit kaki gajah Hasil penelitian didapatkan bahwa penularannya dari nyamuk yang terinfeksi cacing filaria yang kemudian menghisap darah orang, sesuai dengan yang dituturkn oleh partisipan, jawaban ini dibenarkan oleh triangulasi sumber. 2. Persepsi ibu tentang pencegahan filariasis pada balita Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa cara pencegahan filariasis atau kaki gajah yaitu dengan menjaga lingkungan bersih, membuang sampah pada tempatnya, tidak ada genangan air yang tidak terpakai, menghindari gigitan nyamuk serta melakukan penyemprotan nyamuk jika diperlukan. Jawaban ini dibenarkan oleh triangulasi sumber. 4

3. Persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis untuk pencegahan elephantiasis pada balita Berdasarkan penelitian yag didapatkan menunjukkan bahwa pemberian obat secara masal untuk pencegahan filariasis sangat membantu pada balita. Pernyataan ini dari partisispan mengenahi pemberian obat filariasis dibenarkan oleh triangulasi sumber. Pembahasan 1. Persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis pada balita Hasil penelitian maka didapatkan hasil bahwa 3 (tiga) ibu yang mempunyai anak balita mengemukakan tentang penyakit filariasis atau kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui nyamuk, serta penularannya yaitu dari nyamuk yang menggigit atau menghisap darah manusia.menurut peneliti dari semua partisispan sudah mengetahui dan mengerti tentang filariasis atau kaki gajah karena sebelumnya telah diberikan penyuluhan tentang filariasis di daerah yang akan diberikan pengobatan masal serta mengetahuinya dari media seperti televisi. Fiariasis merupakan penyakit yang ditularkan oleh serangga atau nyamuk yang telah terinfeksi cacing filarial yang merupakan penyakit menular menahun yang mengakibatkan cacat permanen berupa pembesaran pada kaki, lengan dan alat kelamin sehingga erlu diadakan pencegahan salah satunya dengan pemberian obat secara masaal baik bagi orang dewasa dan balita khususnya. Hal ini sama dengan yang dituliskan oleh Akhsin Zulkhoni(2010 : 62) bahwa, Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia, ditularkan oleh serangga (nyamuk), secara biologik penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki (kaki gajah) pembesaran lengan, payudara dan alat kelamin wanita ataupun laki-laki.filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menaun (kronis) dan apabila tidak mendapatkan pengobatan akan mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki (Padila, 2013: 411) Filariasis merupakan penyakit yang membebani penderita baik secara fisik maupun mental.beban fisik berupa cacat yang mengganggu penampilan dan mengganggu aktivitas fisik.produktivitas menurun karena penderita sulit bergerak akibat pembesaran tungkai dan skrotum.beban mental terjadi karena cacat fisik membuat penderita malu dan rendah 5

diri, selain itu ada anggapan bahwa filariasis umumnya adalah penyakit kutukan dan penderitanya orang miskin, pendidikan rendah dan jauh daari fasilitas kesehatan.oleh karena itu bantuan pemerintah untuk mengeleminasi filariasis ssangat diperlukan untuk mencegah terjdinya filariasis. 2. Persepsi ibu tentang pencegahan filariasis Hasil penelitian didapatkan bahwa pencegahan filariasis atau kaki gajah merupakan hal yang biasa dilakukan yaitu seperti halnya menjaga lingkungan tetap bersih, menjaga kebersihan rumah, menutup jika ada genangan air dan yang paling penting sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk dan jika perlu dilakukan penyemprotan nyamuk disetiap rumah.menurut pendapat peneliti untuk pencegahan filariasis telah dilakukan pada setiap keluarga dan semua partisipan mengetahui cara pencegahannya yaitu partisipan telah mendapatkan informasi atau penyuluhan dari tenaga kesehatan yang melakukan surveylens di daerah yang merupakan salah satu daerah yang mempunyai angka kejadian filariasis. Pencegahan terhadap penyakit filariasis atau kaki gajah dapat dilakukan dengan jalan yaitu diantaranya berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk, membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, mengeringkan atau genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk, membakar sisa-sisa sampah (berupa kertas dan plastik) serta minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali. Bagi penderita diharapkan untuk memeriksakan ke dokter agar mendapatkan penanganan obat-obatan sehingga tidak menyebabkan penularan kepada masyarakat lainnya. Pencegah penyakit filariasis, nyamuk penularannya diberantas merupakan cara yang paling efektif. Cara tepat untuk membrantas nyamuk adalah berantas jentik-jentiknya ditempat berkembang biaknya. Cara ini dinamakan dengan pemberantas sarang nyamuk filariasis, oleh karena tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus bekerja sama dan berusaha melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk filariasis (Depkes RI, 2011:7).Selain itu, pemberantasan sarang nyamuk bisa juga dilakukan melalui penggunaan insektisida. Cara penggunaan malation ialah dengan cara pengasapan ( thermal fogging) atau dengan pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temphos ( abate). Sedangkan cara yang tidak menggunakan abate adalah dengan 3M yakni menguras bak mandi, tempayan atau TPA minimal satu minggu sekali (Hendarwanto, 2011:422). Seseorang dapat tertular Filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk yang mengandung larva infektif, proses ini biasa disebut sebagai rantai infeksi. Salah satu cara 6

yang dapat digunakan untuk memutus rantai infeksi adalah dengan melakukan upaya pencegahan yang jug adapt menghilangkan atau mengurangii kemungkinan yang dapat meningkatkan potensi seseorang terkena Filariasis maka diperlukan upaya pencegahan. 3. Persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis untuk pencegahan elephantiasis pada balita. Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian obat secara masal sangat membantu bagi semua penduduk yang berada di daerah Jono, baik dewasa (usia 70 tahun) serta khususnya pada balita (usia 2-5 tahun).peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Penanggulangan Filariasis (2014:73) yaitu : sasaran POPM Filariasis ini dilaksanakan terhadap semua penduduk usia 2 tahun sampai dengan usia 70 tahun diseluruh wilayah Kabupaten/Kota endemis Filariasis dengan memberikan obat DEC dan albendazole secara massal bersamaan. Pemberianobatsecara massal bersamaan ini dapat mematikan semua microfilaria yang ada di dalam darah setiap penduduk dalam waktu bersamaan, dan mencegah microfilaria(cacing filarial dewasa) menghasilkan microfilaria baru, sehingga rantai penularan filariasis terputus. Penggunaan doksisiklin dalam kurun waktu 4-6 minggu (menargetkan Wholbacia intraseluler) jug a memiliki aktifitas macro filaricidal yang signifikan, seperti yang DEC/Albendazole digunakan setiap hari selama 7 hari.penambahan DEC ke kursus pemberian 3 minggu doksisiklin baru-baru ini telah terbukti efektif dalam pengobatan filariasis limfatik. Kesimpulan 1. Persepsi ibu tentang pemberian obat filariasis pada balita yaitu, pemberian obat secara masal sangat membantu, baik dewasa (usia 70tahun) serta khususnya pada balita (usia 2-5 tahun) pengobatan masal ini sangat membantu karena dalam hal akan mengakibatkan cacat permanen bagi penderita penyakit filariasis. Tidak hanya melakukan pencegahan secara awal untuk menghindari penyakit filariasis tetapi pengobatan secara dini juga sangat diperlukan agar tidak terjadi penyakit filariasis dan akan memutus mata rantai kejadian flariasis. 2. Persepsi ibu tentang pencegahan filariasis pada balita yaitu, pencegahan filariasis atau kaki gajah merupakan hal yang biasa dilakukan yaitu seperti halnya menjaga lingkungan tetap bersih, menjaga kebersihan rumah, menutup jika ada genangan air dan yang paling penting sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk dan jika perlu dilakukan penyemprotan nyamuk disetiap rumah. 7

Saran 1. Bagi Puskesmas Tawangharjo Diharapkan pihak puskesmas untuk meningkatkan sosialisasi tentang cara pencegahan filariasis dan memberikan pengobatan massal filariasis secara berkelanjutan untuk memutus rantai penyakit filariasis. 2. Bagi masyarakat Diharapkan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai anak balita (2-5 tahun) bisa menambah pengetahuan melalui sosialisasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan di wilayah tersebut dan ikut berpartisipasi dalam program Pemberian Obat Secara Massal (POPM). Daftar Referensi Ambarwati, Eny Retna dan Y. Sriati Rismintari. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika Dinas Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Jawa tengan Tahun 2014. Semarang: Dinas Provinsi Jawa Tengah Harahap Marwali. 2008. Ilmu Penytakit Kulit. Jakarta : Hipokrates Hendarwanto, 2011.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FK.UI Jakarta Mubaraq, Wahid Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Murwani Arita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nola, 2015. Hubungan Sosio Demografi Dengan Kejadian Filariasis Di Kabupaten Pekalongan,. 59;66 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Penanggulangan Filariasis. Jakarta:Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Purwandari, Atik. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kebidanan. Jakarta :EGC Rizky, 2014. Analisis Faktor Risiko Kejadian Filariasis,. 1;12 Santoso, 2015. Faktor Risiko Filariasis di Jambi.,152;162 Willey Jhon. 2008. Filariasis(terjemahan).Ciba foundation symposium Yohannie, 2015. Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Primer Filariasis Di Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.1;15 8

Zulkhoni Akhsin. 2013. Parasitologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Zahrotul, 2015. Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten Sumba, 199;203 Zainul, 2015. Populasi Nyamuk Dewasa Di Daerah Endemis Filariasis Studi Di Desa Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar,. 85-96 9