BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAP

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BUPATI PAKPAK BHARAT. NOMOR l0 TAHUN 20{ f

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Substansi & System Requirements SIMDA BMD.

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 14 AKUNTANSI ASET TETAP

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI F NOMOR 300

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI KABUPATEN BLORA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S A T N A D N AR A R A K A U K NT N A T N A S N I S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB IX SISTEM AKUNTANSI ASET TETAP

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURW OREJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/ KEKAYAAN DAERAH BUPATI PURWOREJO,

Oleh: Syaiful, SE, Ak., MM*

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

LAPORAN KEUANGAN POKOK

Akuntansi Neraca. Entries)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. Aset Lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Jenis Tahun 2014 Tahun 2013

ANALISIS AKUNTANSI ASET TETAP PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANJUNGPINANG BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 11

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

No. Uraian 30 Juni TA Juni TA Aset Lainnya Belum Diregister Adapun rincian ATB per 30 Juni 2017 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH

BAB II LANDASAN TEORITIS

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.


BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP DALAM KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Makalah Konstruksi Dalam Pengerjaan BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Menurut Dwi (2012:4), menjelaskan bahwa definisi tentang Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Sedangkan menurut Reeve dan Warren (2009:9), menjelaskan bahwa definisi tentang akuntansi adalah sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam proses pengambilan keputusan karena informasi yang diberikan oleh akuntansi dalam bentuk data kuantitatif, terutama yang sifatnya keuangan dan berhubungan dengan aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan tertentu. 2.2. Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset perusahaan yang relatif jangka panjang dan permanen seperti tanah, kendaraan, bangunan, gudang dan peralatan. Tidak ada aturan standar yang menyangkut usia minimum yang diperlukan bagi suatu aset 7

8 agar dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap. Banyak definisi tentang aset tetap menurut beberapa para ahli, antara lain: Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 07, aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Menurut James Reeve dkk (2010:2), Aset tetap adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang dan memiliki bentuk fisik. Dari beberapa pengertian mengenai aset tetap yang telah diuraikan pada intinya terdapat kesamaan dan dapat di tarik kesimpulan bahwa aset tetap memiliki beberapa ciri, yaitu: 1. Aset tetap merupakan aset yang memiliki bentuk fisik. 2. Aset tetap mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode atau bersifat jangka panjang. 3. Aset tetap akan disusutkan selama jangka waktu berjalan digunakan aset tetap, karena aset tetap akan menurun nulainya apabila tidak terjadi biaya biaya yang dapat dikapitalisasi untuk menambah masa manfaat aset tetap tersebut.

9 2.3. Definisi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prinsip prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan LKPD. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. 2.4. Klasifikasi Aset Tetap Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini: 1. Tanah Tanah yang dikelompokan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, Irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut. 2. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang dikelompokan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau yang dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan

10 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam peralatan dan mesin mencakup antara lain :alat berat, alat angkutan, alat bengkel, dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat komunikasi dan pemancar, alat kedokteran dan kesehatan, komputer dan lain sebagainya. 3. Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan yang dikelompokan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu rambu. 4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, Irigasi, dan jaringan yang dikelompokan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain : jalan dan jembatan, bangunan air, instalansi, dan jaringan. 5. Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokan ke dalam kelompok aset tetap, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan, buku barang dan bercorak seni, budaya, olahraga.

11 6. Kontruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya, namun apabila konstruksi tersebut sudah selesai dibuat atau dibangun dan telah siap digunakan harus segera direklasifikasikan ke dalam aset tetap. 2.5. Perlakuan Aset Tetap Aset tetap merupakan aset berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah di ubah menjadi kas. Jenis aktiva tidak lancer ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh umum aset tetap antara lain seperti bangunan, mesin, kendaraan bermotor, perlatan kantor, dan lain lain. 2.6. Pengakuan Aset Tetap Sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria: 1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; 4. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh karena itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aset dimiliki

12 atau dikuasai oleh suatu entitas maka aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset tetap, baik yang diperoleh secara individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah. Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan pada umumnya didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan mengurangi Kas Umum Negara atau Daerah. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Berdasarkan PSAP 07, jurnal untuk mencatat pengakuan belanja modal tersebut adalah: Belanja Modal Piutang dari BUD Belanja Modal Kas di Kas Daerah Atas belanja modal tersebut, pemerintah akan memperoleh aset tetap yang harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan aset tetap di neraca dapat dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal korolari ini merupakan jurnal ikutan untuk setiap transaksi pendapatan, belanja, atau pembiayaan yang mempengaruhi pos-pos neraca. Berikut jurnal untuk mencatat korolari pengakuan perolehan aset tetap adalah sebagai berikut:

13 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irrigáis, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.7. Pengukuran Aset Tetap Aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah harus dinilai atau diukur untuk dapat dilaporkan dalam neraca. Menurut PSAP 07, aset tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai dengan biaya perolehan. Secara umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat diimplementasikan pada aset tetap yang dibeli atau dibangun secara swakelola. Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar. Nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian. Aset tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga perolehannya, pemerintah dapat menggunakan nilai wajar pada saat perolehan. Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari: 1. Harga beli. 2. Bea impor. 3. Biaya persiapan tempat.

14 4. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost). 5. Biaya pemasangan (instalation cost). 6. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur, serta. 7. Biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut). Yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah sebagai berikut: 1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. 2. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Contoh kasus perolehan tanah, Dinas X membeli tanah dengan harga Rp30 M, dimana di atasnya berdiri bangunan senilai Rp10 M. Untuk membuat tanah tersebut siap digunakan maka harus dikeluarkan lagi biaya untuk pembongkaran bangunan sebesar Rp2 M, pematangan tanah Rp1 M, dan balik nama Rp1 M. Atas transaksi ini nilai tanah yang harus diakui di neraca adalah sebesar Rp34 M (30M+2M+1M+1M). Berikut adalah jurnal untuk kasus perolehan tanah: Tanah 34 M Diinvestasikan dalam Aset Tetap 34 M

15 Apabila terjadi pertukaran aset adalah sebagai berikut : 1. Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya, maka aset tetap yang baru diperoleh tersebut dinilai berdasarkan nilai wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang lama ditambah jumlah uang yang harus diserahkan untuk mendapatkan aset tetap baru tersebut. 2. Apabila suatu aset tetap ditukar dengan aset yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, atau kepemilikan aset yang serupa, maka tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas. Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud dengan gabungan di sini adalah perolehan beberapa aset tetap namun harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total seluruh aset tetap tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ini adalah dengan menghitung berapa alokasi nilai total tersebut untuk masing-masing aset tetap dengan membandingkannya sesuai dengan nilai wajar masing-masing aset tetap tersebut di pasaran. Contoh kasus perolehan secara gabungan, Dinas X membeli 1 set furnitur ruangan rapat yang terdiri 1 set meja kursi rapat dan lemari buku dengan harga Rp15 jt. Harga pasar 1 set meja kursi rapat Rp12 jt, sedangkan 1 buah lemari buku Rp8 jt. Atas transaksi ini harga perolehan 1 set meja kursi dicatat dengan nilai sebesar 12/20 x 15 jt = Rp9 jt, sedangkan lemari buku dengan nilai sebesar 8/20 x 15 jt = Rp 6 jt. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:

16 Peralatan dan Mesin 15 juta Diinvestasikan dalam Aset Tetap 15juta 2.8. Aset Donasi Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa persyaratan. Aset Tetap yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Donasi/hibah baik dalam bentuk uang maupun barang dicatat sebagai pendapatan hibah dan harus dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Jika donasi/hibah ini dalam bentuk uang tidak akan terjadi permasalahan. Lain halnya dengan hibah dalam bentuk barang. Perlakuan untuk hibah dalam bentuk barang ini adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang kas masuk sebagai pendapatan hibah, kemudian uang tersebut dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan. Untuk keperluan administrasi anggaran akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pengesahan sebesar nilai barang yang diterima. Dengan demikian, jurnal yang harus dibuat meliputi 3 jurnal yaitu pengakuan pendapatan, belanja modal, dan jurnal pengakuan aset tetap. Jurnal pengakuan pendapatan dan belanja modal akan mempengaruhi laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan aset mempengaruhi neraca. Berikut adalah contoh kasus hibah dalam bentuk barang: Dinas X mendapat hibah dari perusahaan Y berupa 1 buah mobil dengan nilai wajar sebesar Rp100 jt. Utang Kepada BUD 100 jt Pendapatan Hibah 100 jt

17 Kas di Kas Daerah 100 jt Pendapatan Hibah 100 jt Belanja Modal Peralatan dan Mesin 100 jt Piutang dari BUD 100 jt Peralatan dan Mesin 100 jt Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100 jt Belanja Modal Peralatan dan Mesin 100 jt Kas di Kas Daerah 100 jt 2.9. Penyusutan Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada jurnal yang harus dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai aset. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Jurnal standar untuk penyusutan adalah sebagai berikut:

18 Diinvestasikan dalam Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Metode Penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah: 1. Metode Garis Lurus (straight line method) 2. Metode Saldo Menurun Ganda (double declining method) 3. Metode Unit Produksi (unit of production method) Penerapan dari masing-masing metode ini dapat digambarkan melalui contoh berikut: Sebuah mesin fotocopy yang dibeli dengan harga Rp10.000.000,00 dan diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 4 tahun dan kapasitasnya mampu memfotocopy sebanyak 100.000 lembar. Penyusutan yang dapat dihitung setiap tahun dari mesin ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Garis Lurus Tahun I : Rp. 10.000.000,00 : 4 = Rp2.500.000,00 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.500.000 Akumulasi Penyusutan 2.500.000 Penghitungan dan jurnal yang sama harus dilakukan untuk 3 tahun berikutnya sehingga nilai dari mesin tersebut pada akhir tahun ke 4 adalah Rp. 1,00.

19 2. Metode Saldo Menurun Ganda Persentase penyusutan per tahun = 2 x (100%/4) = 50% Tahun I : Rp. 10.000.000 x 50% = Rp. 5.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 5.000.000 Akumulasi Penyusutan 5.000.000 Tahun II : (Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000) x 50% = Rp. 2.500.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.500.000 Akumulasi Penyusutan 2.500.000 Tahun III : (Rp. 5.000.000 Rp. 2.500.000) x 50% = Rp. 1.250.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.250.000 Akumulasi Penyusutan 1.250.000 Tahun IV : (Rp. 2.500.000 Rp. 1.250.000) = Rp. 1.250.000 (pembulatan) Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.250.000 Akumulasi Penyusutan 1.250.000 3. Metode Unit Produksi Persentase penyusutan per tahun tergantung dari jumlah produksi pada tahun tersebut: Tahun I : Produksi 30.000 lembar Penyusutan = (30.000/100.000) x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 3.000.000 Akumulasi Penyusutan 3.000.000

20 Tahun II dan seterusnya penyusutan dihitung berdasarkan produksi pada tahun tersebut, dan penyusutan tersebut harus terus dilakukan meskipun telah melewati umur teknisnya. 2.10. Penilaian Aset Tetap Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki. Hal ini diperlukan agar nilai aset tetap pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa pemerintah dapat melakukan penilaian kembali (revaluasi) sepanjang revaluasi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional misalkan undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden. Apabila revaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di neraca harus disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai tercatat dari setiap aset tetap yang bersangkutan dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap sesuai dengan selisih antara nilai hasil revaluasi dengan nilai tercatat. Jurnal standar untuk mencatat hasil revaluasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai revaluasi lebih kecil daripada nilai tercatat, misalnya untuk tanah, misalnya: Diinvestasikan dalam Aset Tetap Tanah

21 2. Bila nilai revaluasi lebih besar daripada nilai tercatat, misalnya: Tanah Diinvestasikan dalam Aset Tetap Bila aset tetap sudah rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi maka aset tetap tersebut akan dihapuskan dari pembukuan. Proses penghapusan seringkali memerlukan waktu yang lama, maka sementara menunggu surat keputusan penghapusan terbit aset yang rusak atau tidak dapat digunakan lagi dipindahkan dari kelompok aset tetap menjadi akun Aset Lain-lain dalam kelompok aset lainnya di neraca dan diungkapkan dalam Catattan atas Laporan Keuangan. Hal yang sama diterapkan untuk aset tetap yang karena alasan lain juga tidak digunakan secara aktif lagi dalam operasional pemerintah meskipun tidak dalam kondisi rusak berat. Jurnal standar untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Diinvestasikan dalam Aset Tetap Peralatan dan Mesin Aset Lainnya Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Apabila suatu aset tetap telah dilepaskan atau secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang, berarti aset tetap tersebut tidak lagi memenuhi definisi aset tertap sehingga harus dihapuskan. Jika aset tetap tersebut telah dihapuskan melalui surat keputusan penghapusan, maka aset tetap tersebut harus dieliminasi dari neraca dan

22 diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Jurnal standar untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Diinvestasikan dalam Aset Tetap Peralatan dan Mesin 2.11. Penyajian Aset Tetap Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai berikut: URAIAN ASET ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Kontruksi dalam Pengerjaan Jumlah Aset Tetap Sumber: PSAP 07