BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

Sistem Pernafasan Manusia

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

Task Reading: ASBES TOSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu:

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain:

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA)

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII.

11/29/2013. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Sistem Pernapasan Manusia. Nama : Kelas : Agustina Putri Puspitasari, , 4a

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP LINGKUNGAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

Pendidikan Fisika IPA TERPADU Pengikatan O2 dan Pelepasan CO2 pada Paru-paru

Disusun Oleh : Intan Nirmala Hasibuan

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

Unnes Journal of Public Health

Sistem Respirasi Pada Hewan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

OVERVIEW SIFAT FISIK DAN KIMIA DEBU PENCEMARAN UDARA AKIBAT DEBU INDUSTRI

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

SISTEM CARDIOVASCULAR

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

Transkripsi:

2.1 Sistem Pernapasan Manusia 2.1.1 Pengertian Pernapasan Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas : 1. Bagian Konduksi Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi. 2. Bagian Respirasi Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem pernapasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak (Alsagaff, 2002). 12

13 Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu : a. Arsitektur saluran napas; bentuk, struktur, dan caliber saluran napas yang berbeda-beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring, laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor disaluran napas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran napas. b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran napas, yang mampu menangkap partikel debu dan mengeluarkannya. c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran napas (Rab, 2010). 2.1.2 Anatomi Saluran Pernapasan Dalam bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan. Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru merupakan pernapasan luar. Udara ditarik ke dalam paru pada waktu menarik napas dan didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas (Pearce, 2006). Di bawah ini merupakan gambar sistem pernapasan pada manusia (Gambar 2.1).

14 Gambar 2.1: Sistem Pernapasan pada Manusia Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.1 Hidung Hidung dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan semua selaput lendir serta sinus, yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epitelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan dibawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epitelium pernafasan dan menjorok dari dinding lateral hidung kedalam rongga, sangat memperbesar

15 permukaan selaput lendir tersebut (Pearce, 2006). Di bawah ini merupakan gambar hidung pada manusia (Gambar 2.2). Gambar 2.2: Hidung Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.3 Faring atau Tekak Menurut Pearce (2006), faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Faring terdapat di bawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut disebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi dalam 3 bagian yaitu : 1. Nesofaring yang terletak dibelakang hidung. 2. Orofaring yang terletak dibelakng mulut. 3. Laringofaring yang terletak dibelakang laring Di bawah ini merupakan gambar faring pada manusia (Gambar 2.3).

16 Gambar 2.3: Faring Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.3 Laring Menurut Pearce (2006), laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran, yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah. Pita suara terletak di sebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan dan dikendorkan. Dengan demikian lebar sela-sela pita atau rima glottidis, berubah-ubah sewaktu berbicara dan bernapas. Di bawah ini merupakan gambar laring pada manusia (Gambar 2.4).

17 Gambar 2.4: Laring Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.4 Trakea (Batang Tenggorok) Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu memuat beberapa jaringan otot. Trakea memiliki panjang 9 cm. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak keatas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainya masuk ketika bernapas (Pearce, 2006). Di bawah ini merupakan gambar trakea pada manusia (Gambar 2.5).

18 Gambar 2.5: Trakea Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.5 Bronkus Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan Ke V, Mempunyai struktur seperti trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang, lebih horizontal dari pada bronkus sebelah kanan karena jantung terletak agak kiri dari garis tengah (Pearce, 2006). Di bawah ini merupakan gambar hidung pada manusia (Gambar 2.6).

19 Gambar 2.6: Bronkus Sumber: Lauralee (2001) 2.1.2.6 Paru Paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembunggelembung. Gelembung alveoli terdiri dari sel epitel dan endotel. Paru ada dua dan merupakan alat pernafasan utama. Paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri, sedangkan bagian tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru memanjang dari akar leher menuju diafragma. Paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura, paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap lobus dibagi menjadi segmen yang disebut bronkopulmoner, yang dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing

20 satu arteri dan satu vena. Setiap segmen dibagi lagi menjadi unit yang disebut lobulus (Watson, 2002). Dibawah ini merupakan gambar anatomi paru (Gambar 2.7). Gambar 2.7: Paru Sumber: Lauralee (2001) 2.1.3 Fisiologi Saluran Pernapasan Fungsi pernapasan adalah sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi (Pearce, 2002). Pertukaran gas di dalam tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu pernafasan eksternal dan pernafasan internal.

21 2.1.3.1 Pernapasan Eksternal Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer (Djojodibroto, 2009). Pada pernapasan eksternal oksigen diambil melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas udara masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubunganya dengan darah di dalam kapiler pulmonaris (Pearce, 2002). Terdapat empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernapasan eksternal yaitu (1) ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar, (2) arus darah melalui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru, (3) distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bias dicapai untuk semua bagian, dan (4) difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen (Syaifuddin, 2006). 2.1.3.2 Pernapasan Internal Pernapasan internal adalah pernapasan selular yang berlangsung diseluruh system tubuh (Djojodibroto, 2009). Pada pernapasan internal atau pernapasan jaringan, darah yang jenuh hemoglobin dengan oksigen (oksihemoglobin) mengalir ke seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru dan di paru terjadi pernapasan eksternal (Pearce, 2002).

22 2.2 Debu Silika Dilihat dari komposisi atau materinya, debu silika termasuk kedalam golongan debu fisik. Dilihat dari sifat kimianya, debu silika masuk kedalam golongan profilferative dust yaitu golongan debu ini dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga akan membentuk jaringan parut (Fibrosis). Fibrosis ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehingga mengganggu fungsi paru. Sedangkan berdasarkan jenisnya, debu silika termasuk kedalam jenis debu mineral yaitu debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks (Kristanto, 2001). Batu-batuan umumnya mengandung silika. Partikel-partikel silika bebas yang terbawa udara berasal dari peledakan, penggerindaan, penghancuran, pengeboran, dan penggilingan batuan. Pekerjaan yang sangat mungkin terpapar risiko silikosis yaitu menambang dan ekstraksi batu-batu keras; pekerjaan teknik sipil dengan batu keras; penghalusan dan pemolesan batu; pencetakan, pembentukan, dan penyemprotan pasir di tempat pengecoran dan pembersihan bangunan; persiapan dan pembuangan lapisan-lapisan kerak untuk tungku pembakaran, dll., serta pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan pasir sebagai amplas (WHO, 1995). Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Adapun lingkungan kerja yang mengandung silika yang tinggi seperti misalnya pabrik semen, pengusaha batu, pembersih jalan, pengusaha pasir, industri pembuatan gelas, dan yang banyak berkontak dengan silika (Rab, 2010).

23 2.3 Gangguan Sistem Pernapasan oleh Silika 2.3.1 Mekanisme Kerja Silikosis Menurut WHO (1995), mekanisme kerja silikosis yaitu: 2.3.1.1 Retensi Partikel-partikel debu dengan diameter 5-15 µm yang mengendap pada saluran napas dapat dibersihkan oleh gerakan mukosiliar, tetapi partikel-partikel berdiameter 0,5-5 µm yang sampai di saluran napas terminal atau lebih jauh mungkin tertahan. Kebanyakan partikel berdiameter kurang dari 0,5 µm tetap mengambang di udara dan dihembuskan keluar. Partikel-partikel debu yang tertahan di paru-paru diambil oleh makrofag (fagosit mononuklear) dan diangkut ke saluran napas dan dibersihkan, atau ke parenkim paru. Kalau sel-sel yang berisi debu tersebut mati, maka partikel yang dilepaskan akan diambil oleh sel-sel lain, namun sel-sel ini juga terbunuh, sehingga tercipta suatu reaksi derajat rendah yang berkelanjutan, mengarah pada pembentukan jaringan parut setempat (nodul-nodul), seringkali di sekitar saluran napas terminal. Debu silika bebas berbeda dalam kemampuannya mematikan sel, dan aktivitas ini dapat diperlambat oleh adanya debu-debu lain (misalnya, oksidaoksida besi dan aluminium) dan zat-zat kimia (misalnya, polivinilpirolidin N- oksida) yang mempengaruhi permukaan partikel kuarsa. Mekanisme perlindungan tubuh normal melapisi partikel debu dengan suatu glikoprotein kaya besi tampaknya tidak efektif pada kasus partikel silika bebas.

24 2.3.1.2 Eliminasi Eliminasi partikel-partikel kuarsa, khususnya jika tercampur dengan debudebu lain, dapat terjadi dalam beberapa hari pertama setelah inhalasi lewat bronkus dan trakea. Presentase debu yang tertahan meningkat dengan: (a) peninggian tingkat paparan; (b) paparan terhadap debu yang lebih tinggi di masa lalu; dan (c) adanya penyakit paru (khususnya tuberkulosis). Partikel-partikel yang tertahan dalam parenkim paru tersebut jarang diangkut melampaui kelenjar limfe hilus. Oleh karena itu, kerusakan terbatas pada paru dan kelenjar limfe hilus. 2.3.2 Gejala Berdasarkan Stadium Silikosis Menurut Suma mur (2009), silikosis dibagi atas 3 (tiga) stadium yaitu: 2.3.2.1 Stadium Pertama atau Ringan Stadium ini ditandai dengan sesak napas (dispnea) ketika pekerja sedang bekerja, mula-mula sesak napasnya ringan, kemudian bertambah berat. Sepanjang stadium sakit demikian, sesak napas merupakan gejala sakit yang terpenting. Batuk-batuk mungkin sudah terdapat pada stadium ini, tetapi biasanya batuk kering tidak berdahak; keadaan umum penderita pada stadium ini masih berada dalam keadaan baik. Ketika inspirasi pengembangan paru mungkin sedikit terganggu atau tidak ada gangguan sama sekali. Suara pernapasan terdengar dalam batas normal, namun pada pekerja yang berusia lanjut mungkin didapati hiperresonansi, oleh karena emfisema. Pada silikosis stadium ini biasanya gangguan kemampuan bekerja sedikit sekali atau boleh dikatakan tidak ada.

25 2.3.2.2 Stadium Kedua atau Sedang Pada silikosis stadium ini, sesak napas dan batuk menjadi sangat dikenali dan tanda kelainan paru pada pemeriksaan klinis juga nampak. Dada penderita kurang berkembang; pada perkusi berkurangnya atau menurunnya suara ketukan hampir didapati diseluruh bagian paru; suara napas tidak jarang bronkhial, sedangkan ronkhi terutama terdapat pada daerah basis paru. 2.3.2.3 Stadium Ketiga atau Berat Pada stadium ini, sesak napas mengakibatkan keadaan penderita cacat total; secara klinis penderita menunjukkan hipertrofi jantung kanan, dan kemudian orang sakit memperlihatkan tanda-tanda gagal jantung kanan. Oleh karena prevalensi TBC paru cukup tinggi dalam masyarakat, maka tidak mungkin menegakkan diagnosis silikosis semata-mata berdasarkan foto rontgen saja, melainkan harus secara lengkap ditempuh cara membuat diagnosis penyakit akibat kerja. Selain itu perlu diperhatikan, bahwa TBC mungkin penyakit sekunder (tambahan, penyulit) terhadap silikosis, seperti halnya terjadi pada tuberkulosilikosis. Tapi mungkin pula silikosis menghinggapi pekerja yang sedang menderita TBC paru, keadaan demikian terjadi pada silikotuberkulosis. Untuk memastikan adanya infeksi TBC, dilakukan pemeriksaan biakan sputum dan uji serologis. Pada kelompok pekerja yang terpapar debu silika, gambaran radiologis nodulnodul dan penyatuan nodul-nodul tersebut serta batuk kering dan tidak adanya tanda-tanda yang biasa ditemukan pada penyakit TBC paru memberikan kemudahan membuat diagnosis silikosis pada stadium dini. Selain tuberkulosis,

26 penyakit lain yang harus disingkirkan dalam menegakkan diagnosis silikosis adalah kanker paru, sarkoidosis (retikulosis granulomatosa generalisata kronis progresif tanpa sebab yang jelas mengenai banyak organ termasuk paru), artritis rematoid, dan mungkin lainnya. Sehubungan dengan itu, riwayat pekerjaan yang disertai risiko paparan terhadap debu silika bebas sangat penting artinya. Menurut Material Safety Data Sheet (MSDS) tahun 2008 bahwa debu silika menyebabkan silikosis yang ditandai dengan gejala sesak napas dan batuk tidak berdahak. Menurut LaDou (2004), jika penderita silikosis telah mengalami fibrosis paru maka akan meningkatkan sesak napas. 2.3.3 Efek Klinis Silikosis Menurut WHO (1995), efek klinis dari silikosis yaitu: 2.3.3.1 Efek Silikosis Silikosis akut adalah suatu penyakit progresif cepat. Pada kondisi-kondisi ekstrim dapat terjadi kesulitan bernapas dan batuk kering dalam beberapa minggu setelah paparan. Dada sesak dan ketidakmampuan bekerja timbul dalam beberapa bulan, dan kematian akibat kegagalan pernapasan mungkin terjadi dalam 1-3 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan pergerakan dada yang terbatas, sianosis serta ronki pada akhir inspirasi, dan dengan kelainan fungsi paru restriktif serta berkurangnya pertukaran gas. Radiografi memperlihatkan bayangan-bayangan perifer seperti kapas, yang secara bertahap mengeras dan menjadi linier. Seringkali bayangan-bayangan ini tidak diketahui bahkan pada saat otopsi, hal ini karena kematian makrofag dan reaksi selular seringkali terjadi dalam alveoli tanpa

27 pembentukan nodul-nodul tipikal. Partikel-partikel silika yang refraktil ganda sangat banyak dalam jaringan paru. Dalam kondisi kerja sekarang ini, yaitu dengan tingkat paparan yang biasanya berlaku di negara-negara industri, maka silikosis baru timbul bertahuntahun setelah paparan. Kecepatan perkembangan dan beratnya penyakit sangat bervariasi, keduanya tergantung pada tingkat paparan, aktivitas biologis debu dan ada tidaknya zat-zat yang memperlambat reaksi jaringan. Mula-mula, sebagian besar debu tersebut akan dibersihkan. Namun kemudian dengan rusaknya sistem limfatik dan kelenjar hilus, proporsi debu yang tertahan akan meningkat dan tempat kerusakan akan berpindah ke parenkim paru. Terbentuk nodul-nodul jaringan kolagen yang melingkar-lingkar mengelilingi agregat-agregat debu dan menarik pembuluh darah, limfe dan saluran napas kecil yang berdekatan, sehingga menyebabkan kerusakan iskemik paru dan pembentukan jaringan parut sekunder. Ini seringkali terjadi pada bagian atas atau tengah paru serta terlihat pada foto sinar-x sebagai bayangan tak teratur dengan koalesensi dan klasifikasi. Juga sering ditemukan klasifikasi kelenjar hilus yang membesar. Tahap-tahap awal silikosis biasanya uji fungsi ventilasi dasar paru tetap dalam batas fisiologi normal. Pada tahap yang lebih lanjut timbul dispnea. 2.3.3.2 Silikosis dengan Tuberkulosis Paru Para pekerja yang terpapar terhadap silika mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita tuberkulosis, suatu risiko yang meningkat dengan cepat dan permanen setelah timbulnya perubahan pada foto sinar-x. Agen infeksi biasanya adalah Mycobacterium tuberculosis, tetapi tipe lain (misal, M. Marinum

28 dan M. kansasii) dapat juga ikut bertanggung jawab. Risiko tersebut meningkat sesuai beratnya silikosis. Faktor-faktor yang mempermudah penyebaran tuberkulosis antara lain kondisi kerja yang padat sesak, gizi buruk, dan tingginya prevalensi infeksi dalam masyarakat. Diperkirakan kerentanan yang meningkat terhadap tuberkulosis paru ini adalah akibat kerusakan yang ditimbulkan debu pada makrofag dan terhadap sistem limfatik dan kekebalan, yang normalnya melindungi terhadap tuberkulosis paru. Kecurigaan tuberkulosis pada silikosis harus muncul bila mendadak ada peningkatan gejala-gejala atau perubahan-perubahan foto sinar-x, demam, penurunan berat badan atau hemoptisis. Perkembangan perubahan sinar-x terusmenerus menjadi lebih cepat meskipun infeksinya sudah terkontrol. Petunjuk yang paling dapat dipercaya untuk diagnosis atau penyembuhan adalah biakan mikobakterium dalam sputum. Infeksi tuberkulosis terdahulu yang diobati ataupun tidak, dapat meningkatkan risiko dan beratnya silikosis. 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Sistem Pernapasan 2.4.1 Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan. Menurut Suma mur (2009), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan. Masa kerja dapat dikategorikan menjadi : 1. Masa kerja baru ( < 5 tahun )

29 2. Masa kerja lama ( 5 tahun ) Masa kerja 5 tahun potensial mendapat gangguan fungsi paru sebesar 8 kali lebih besar dibandingkan dengan masa kerja < 5 tahun. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa dilihat dari lama bekerja maka debu kemungkinan besar akan tertimbun di paruparu. Hal ini merupakan hasil akumulasi dari inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang sering. Menurut Kurniawidjaja (2010), apabila debu terhirup oleh para pekerja dalam jangka waktu yang lama dan dalam intensitas dan konsentrasi yang tinggi maka akan terjadi penimbunan atau pengendapan debu dalam jaringan paru-paru. Penelitian yang dilakukan oleh Yuma Anugrah pada tahun 2013 pada pekerja penggilingan divisi batu putih di PT. Sinar Utama Karya bahwa dari 17 pekerja yang mempunyai masa kerja lama, sebanyak 10 pekerja atau 58,8% mengalami restriksi sedang. Dan dari 8 pekerja dengan masa kerja baru, 5 pekerja atau 62,5% mengalami restriksi ringan. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov- Smirnov didapatkan ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja penggilingan divisi batu putih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan menunjukkan responden dengan masa kerja lama mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 33 orang (63,5%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 19 orang (36,5%). Responden

30 dengan masa kerja baru mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang (35,9%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang (64,1%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru. 2.4.2 Riwayat Pekerjaan Terdahulu Adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan pneumokoniosis. Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan gangguan paru. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu tetap harus diperhitungkan karena dapat menghasilkan akumulasi dari inhalasi debu selama bekerja di tempat kerja yang lalu (Suma mur, 2009). Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan berdebu (Ikhsan, 2002). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Calvert et.al tahun 2003 yang menilai pajanan debu silika dari riwayat pekerjaan subjek yang meninggal karena tuberkulosis paru di 27 negara bagian di Amerika Serikat. Proporsi kasus tuberkulosis paru yang terpajan debu silika kategori sedang sampai tinggi pada penelitian tersebut adalah 16,5%.

31 2.4.3 Kebiasaan Merokok Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran napas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan napas. Perubahan struktur jalan napas karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi (Antaruddin, 2003). Tenaga kerja yang merokok dan berada dilingkungan yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok (Mengkidi, 2006). Selain itu, menurut Gold et.al (2005), kebiasaan merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk terjadinya gangguan fungsi paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan menunjukkan responden yang pernah merokok mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 28 orang (43,82%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 36 orang (56,2%). Responden yang tidak pernah merokok yang mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 19 orang (70,4%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 8 orang (29,6%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru.

32 2.4.4 Bagian Kerja di Unit Batching Plant Unit batching plant terbagi kedalam 2 (dua) bagian kerja yaitu operator yang berjumlah 4 pekerja pria dan helper yang berjumlah 21 pekerja pria. Adapun tugas pokok dari operator yaitu mengatur campuran komposisi bahan-bahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as sesuai dengan mutu beton yang diinginkan konsumen dan selanjutnya dialirkan kedalam truk cocrete mixer. Tugas pokok dari helper yaitu mengumpulkan semen dan bahan lainnya yang berjatuhan di tanah saat proses pengaliran bahan-bahan kedalam truk cocrete mixer dan jika tangki tempat pengaliran semen tersumbat maka tugas helper yaitu mengetuk tangki penyimpanan semen agar semen dapat mengalir kembali kedalam truk cocrete mixer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nagoda et.al tahun 2011 pada pekerja tekstil di Nigeria menemukan bahwa dari beberapa pekerja tekstil di bagian kerja yang berbeda, terdapat pula perbedaan gejala pernapasan yang dialami pekerja tersebut. Gejala gangguan pernapasan paling banyak dialami oleh pekerja dari bagian pemintalan yaitu sebanyak 27,3%. 2.5 Industri Pembuatan Beton 2.5.1 Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan yaitu abu batu yang diperoleh dari pemecahan batu-batu dalam mesin crusher, pasir, semen, fly as yang merupakan hasil bakaran kayu, dan sika yang merupakan obat pengeras yang berbentuk cair agar beton cepat mengeras.

33 2.5.2 Proses Produksi Proses kerja yang berlangsung dalam pembuatan beton yaitu pada unit crusher batu-batu dimasukkan kedalam mesin crusher untuk dipecah menjadi abu batu, pada unit batching plant dilakukan pencampuran komposisi bahan-bahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as sesuai dengan mutu beton yang diinginkan konsumen, semua komposisi bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam truk cocrete mixer, lalu unit teknikal akan mengatur kadar air yang akan dimasukkan kedalam bahan-bahan yang telah dimasukkan kedalam truk cocrete mixer, dan selanjutnya supir akan membawa beton yang siap dipakai untuk membangun gedung. 2.5.3 Unit Kerja PT. X Kabupaten Deli Serdang mempunyai 114 pekerja dan terdiri dari 102 pekerja pria dan 12 pekerja wanita. Unit kerja yang dimiliki perusahaan ini yaitu: 1) Unit crusher yaitu unit yang melakukan pemecahan batu-batu mejadi abu batu. Unit ini berjumlah 8 pekerja pria dan 3 pekerja wanita. 2) Unit Batching Plant yaitu unit yang melakukan pencampuran komposisi bahanbahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as sesuai dengan mutu beton yang diinginkan konsumen, semua komposisi bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam truk cocrete mixer. Unit ini berjumlah 25 pekerja pria, namun unit ini terbagi kedalam 2 (dua) bagian kerja yaitu operator yang berjumlah 4 pekerja pria dan helper yang berjumlah 21 pekerja pria.

34 Adapun tugas pokok dari operator yaitu mengatur campuran komposisi bahanbahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as sesuai dengan mutu beton yang diinginkan konsumen dan selanjutnya dialirkan kedalam truk cocrete mixer. Tugas pokok dari helper yaitu mengumpulkan semen dan bahan lainnya yang berjatuhan di tanah saat proses pengaliran bahan-bahan kedalam truk cocrete mixer berlangsung dan jika tangki tempat pengaliran semen tersumbat maka tugas helper yaitu mengetuk tangki penyimpanan semen agar semen dapat mengalir kembali kedalam truk cocrete mixer. Dalam perusahaan ini tidak ada sistem rotasi kerja termasuk pada unit batching plant. 3) Supir yaitu unit yang melakukan pengangkutan beton dari perusahaan kepada para konsumen. Unit ini berjumlah 55 pekerja pria. 4) Unit Administrasi yaitu unit yang melakukan kegiatan administrasi dinperusahaan tersebut. Unit ini berjumlah 4 pekerja pria dan 12 pekerja wanita. 5) Supervisor berjumlah 7 pekerja pria.

35 2.6 Kerangka Konsep Variabel Bebas (Independent) 1. Masa Kerja 2. Riwayat Pekerjaan Terdahulu 3. Kebiasaan Merokok 4. Bagian Kerja di Unit Batching Plant Variabel Terikat (Dependent) Gejala Gangguan Sistem Pernapasan Gambar 2.8: Kerangka Konsep