BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI ABSTRAK TUGAS AKHIR MAHASISWA PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNSOED Oleh : Lasmedi Afuan

SISTEM PENCARIAN AYAT AL-QUR AN BERDASARKAN TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA DENGAN PEMODELAN RUANG VEKTOR TUGAS AKHIR

Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sistem Temu Kembali Informasi Menggunakan Model Ruang Vektor dan Inverted Index

PENCARIAN ALAMAT FASILITAS UMUM MENGGUNAKAN METODE VECTOR SPACE MODEL ( STUDI KASUS KOTA PEKANBARU ) TUGAS AKHIR

INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM PADA PENCARIAN FILE DOKUMEN BERBASIS TEKS DENGAN METODE VECTOR SPACE MODEL DAN ALGORITMA ECS STEMMER

Penerapan Model OKAPI BM25 Pada Sistem Temu Kembali Informasi

Analisis dan Pengujian Kinerja Korelasi Dokumen Pada Sistem Temu Kembali Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF)

BAB 3 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA

Tugas Makalah. Sistem Temu Kembali Informasi (STKI) TI Implementasi Metode Generalized Vector Space Model Pada Information Retrieval System

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK VECTOR SPACE MODEL (VSM) DALAM PENENTUAN PENANGANAN DAMPAK GAME ONLINE PADA ANAK

Analisis dan Pengujian Kinerja Korelasi Dokumen Pada Sistem Temu Kembali Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Kerelevanan Sistem Temu Kembali Informasi

IMPLEMENTASI VECTOR SPACE MODEL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PADA SISTEM PENCARIAN BUKU PERPUSTAKAAN

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2]

Tabel 3 Situs berita dan jumlah RSS yang diunduh Situs Berita

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

Tugas Makalah. Sistem Temu Kembali Informasi (STKI) TI Implementasi Metode Generalized Vector Space Model Pada Information Retrieval System

Sistem Rekomendasi Hasil Pencarian Artikel Menggunakan Metode Jaccard s Coefficient

PENCARIAN FULL TEXT PADA KOLEKSI SKRIPSI FAKULTAS TEKNIK UHAMKA MENGGUNAKAN METODE VECTOR SPACEMODEL

PENERAPAN ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN SIMILARITY PADA PENERIMAAN JUDUL THESIS

beberapa tag-tag lain yang lebih spesifik di dalamnya.

SISTEM PENCARIAN PASAL-PASAL PADA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TF-IDF. Abstrak

BAB 2 LANDASAN TEORI

Contoh Perhitungan Kemiripan Cosinus pada Model Ruang Vektor

BAB II LANDASAN TEORI

INDEXING AND RETRIEVAL ENGINE UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTED INDEX

Implementasi Aljabar Vektor pada Sistem Temu Kembali Informasi untuk Customer Information

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1

IMPLEMENTASI VECTOR SPACE MODEL DAN BEBERAPA NOTASI METODE TERM FREQUENCY INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (TF-IDF) PADA SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI

APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi

SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI

Fatkhul Amin Dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Stikubank Semarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DETEKSI KEMIRIPAN TOPIK PROPOSAL JUDUL TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI MENGGUNAKAN LATENT SEMANTIC ANALYSIS DI STMIK BUMIGORA MATARAM

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENCARIAN INFORMASI BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN COSINE SIMILARITY

Sistem Informasi Tugas Akhir Menggunakan Model Ruang Vektor (Studi Kasus: Jurusan Sistem Informasi)

Information Retrieval

PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

Text Pre-Processing. M. Ali Fauzi

Pemodelan Penilaian Essay Otomatis Secara Realtime Menggunakan Kombinasi Text Stemming Dan Cosine Similarity

PERSETUJUAI\ ARTIKEL ILMIAH. Mashar Eka Putra Dai. S1-Sistem Informasi. Teknik Informatika. Teknik. Penerapan Metode Document Frequency

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI PADA KUMPULAN DOKUMEN SKRIPSI

Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir menggunakan Porter Stemmer Bahasa Indonesia dan Fungsi Peringkat Okapi BM25

TEMU BALIK INFORMASI PADA DOKUMEN TEKS BERBAHASA INDONESIA DENGAN METODE VECTOR SPACE RETRIEVAL MODEL

PEMANFAATAN ASSOCIATION RULE MINING DALAM MEMBANTU PENCARIAN DOKUMEN-DOKUMEN BERITA YANG SALING BERKAITAN

BAB II LANDASAN TEORI

TEMU KEMBALI INFORMASI

SOURCE DETECTION PADA KASUS PLAGIARISME DOKUMEN BERDASARKAN WORDS PHRASING DENGAN MODEL RUANG VEKTOR TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

ABSTRAK. Kata kunci : Pemerolehan Informasi, TF-IDF, Inverted Index, document to document

Pemanfaatan Metode Vector Space Model dan Metode Cosine Similarity pada Fitur Deteksi Hama dan Penyakit Tanaman Padi

PEMBUATAN WEB PORTAL SINDIKASI BERITA INDONESIA DENGAN KLASIFIKASI METODE SINGLE PASS CLUSTERING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Peringkasan Teks Secara Otomatis Sering kali kita memerlukan ringkasan dari sebuah dokumen untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 LANDASAN TEORI

Budi Susanto VEKTORISASI DOKUMEN

Text dan Web Mining - Budi Susanto UKDW 1. Text dan Web Mining - Budi Susanto UKDW 2

JURNAL ITSMART Vol 4. No 2. Desember 2015 ISSN :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana

Text & Web Mining - Budi Susanto - TI UKDW 1 VECTOR SPACE MODEL. Budi Susanto

Implementasi Vector Space Model dalam Pembangkitan Frequently Asked Questions Otomatis dan Solusi yang Relevan untuk Keluhan Pelanggan

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN

VECTOR SPACE MODEL. Tujuan 4/2/13. Budi Susanto

SISTEM QUR AN RETRIEVAL TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA BERBASIS WEB DENGAN REORGANISASI KORPUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAXIMUM MARGINAL RELEVANCE UNTUK PERINGKASAN TEKS OTOMATIS SINOPSIS BUKU BERBAHASA INDONESIA

JURNAL INFORMATIKA IMPLEMENTASI METODE GENERALIZED VECTOR SPACE MODEL PADA APLIKASI INFORMATION RETRIEVAL

Pengaruh Algoritma Stemming Nazief-Adriani Terhadap Kinerja Algoritma Winnowing Untuk Mendeteksi Plagiarisme Bahasa Indonesia

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Information Retrieval Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat membuat pengguna harus dapat menyaring informasi yang dibutuhkannya. Information retrieval atau sistem temu balik informasi merupakan salah satu tipe sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Menurut Sulistiyo Basuki, sistem temu balik informasi yaitu sejumlah kegiatan yang bertujuan menyediakan dan memasok informasi bagi pengguna sebagai jawaban atas permintaan pemakai. Temu balik informasi ( information retrieval) merujuk pada keseluruhan kegiatan yang meliputi pembuatan wakil informasi (representation), penyimpanan ( storage), pengaturan ( organization) sampai ke pengambilan (access). Information retrieval dibutuhkan karena dapat memproses sekumpulan dokumen dengan jumlah besar secara cepat, menyediakan operasi pencocokan yang lebih fleksibel dan melakukan perangkingan terhadap dokumen yang di-retrieve (Manning dkk, 2009). Meadow (1992:2) menyatakan, information retrieval is a communication process. In one sense it is a means by which authors or creators of records communicate with readers, but indirectly and with a possibly long time lag between creation of a message or text and its delivery to the IR system user. Pendapat di atas menyatakan sistem temu kembali informasi adalah sebuah proses komunikasi, dikatakan sebuah proses komunikasi berarti penulis atau pencipta berkomunikasi dengan pembaca, tetapi tidak langsung hanya berbeda jeda waktu yang mungkin panjang antara penciptaan pesan atau teks dan pengiriman kepada pengguna sistem temu kembali informasi. Pencarian istilah sistem informasi dapat mencakup database, tetapi mungkin atau tidak mungkin nya terjadi pemanggilan tergantung pada konteks atau query yang digunakan.

Pernyataan di atas menyerupai dengan pendapat Harter (1986:2) An information retrieval system is a device interposed between a potential user of information and theinformation collection itself. For a given information problem, the purpose of the system is to capture wanted items and to filter out unwanted items. Pendapat Harter menyatakan sistem temu balik informasi merupakan seperangkat hubungan antara pengguna potensial informasi dengan pengumpul informasi itu sendiri. Dengan tujuan untuk memberi informasi yang dibutuhkan dan menyaring informasi yang kurang relevan atau tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. 2.2. Arsitektur Sistem IR Secara garis besar arsitektur sistem IR diperlihatkan pada Gambar 2.1. Ada dua tahapan, yaitu melakukan pre-processing terhadap database dan kemudian menerapkan metode tertentu untuk menghitung kedekatan (relevansi) antara dokumen di dalam database yang telah di-preprocess dengan kueri pengguna. Gambar 2.1 Arsitektur dasar sistem IR (Sumber: Cios dkk, 2007) II-2

2.2.1. Pembuatan Index Index diperlukan untuk mempercepat proses pencarian dokumen. Tanpa indeks, pencarian harus dilakukan secara sekuensial dengan cara menyaring satu per satu dokumen-dokumen yang mengandung kata dalam kueri. Kenyataannya adalah data lebih sering dicari dari pada diperbaharui. Namun, jika data di dalam korpus diperbaharui, maka indeks harus dikonstruksi ulang. Inverted index adalah indeks yang banyak digunakan mesin pencari. Langkah-langkah pembuatan inverted index menurut Manning dkk (2009), yaitu: 1. Mengumpulkan dokumen yang akan di-index (dikenal dengan nama korpus atau koleksi dokumen). 2. Penghapusan format dan markup dari dalam dokumen. Pada tahap ini semua tag markup dan format khusus dihapus dari dalam dokumen, terutama pada dokumen yang mempunyai banyak tag markup dan format seperti dokumen (X)HTML. 3. Pemisahan rangkaian kata (tokenization). Pada tahapan ini, seluruh kata di dalam kalimat, paragraf atau halaman dipisahkan menjadi token berhuruf kecil (lowercase) atau potongan kata tunggal (termmed word). Tahapan ini juga akan menghilangkan karakterkarakter tertentu seperti tanda baca. 4. Linguistic pre-processing Melakukan linguistic preprocessing untuk menghasilkan daftar kata (token atau term) yang ternormalisasi. Dua hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Penyaringan (filtration) b. Konversi term ke bentuk akar (stemming) 5. Mengindeks dokumen (indexing) Sebuah indeks selalu memetakan kembali dari setiap term ke dokumen dimana term tersebut muncul. Pengindeksan dilakukan dengan membuat inverted index (atau disebut juga inverted file) yang terdiri dari dictionary dan postings. Inverted index merupakan konversi dari dokumen asli yang mengandung sekumpulan kata ke dalam daftar kata (dictionary) yang behubungan dengan dokumen terkait dimana kata-kata tersebut muncul. II-3

Dictionary adalah daftar kata yang diperoleh dari hasil pengindeksan dokumen. 2.2.1.1. Tokenisasi Tokenisasi adalah proses penghilangan tanda baca pada kalimat yang terdapat di dalam dokumen dan mengubahnya menjadi huruf kecil. Proses tokenisasi bertujuan mendapatkan token atau kata unik dari seluruh koleksi dokumen yang sudah dipisahkan dari karakter pemisah, seperti titik, koma, dll. 2.2.1.2. Stopword Removal Stopword adalah kata-kata yang dianggap kurang penting. Stopword removal adalah proses menghapus kata-kata yang termasuk ke dalam stoplist (kumpulan stopword). 2.2.1.3. Stemming Stemming adalah proses mengubah kata ke bentuk dasarnya dengan cara menghilangkan imbuhan-imbuhan pada kata dalam dokumen. Stemming adalah salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan performa IR. Proses stemming pada teks berbahasa Indonesia lebih rumit/kompleks karena terdapat variasi imbuhan yang harus dibuang untuk mendapatkan root word (kata dasar) dari sebuah kata. Pada umumnya kata dasar pada bahasa Indonesia terdiri dari kombinasi : Prefiks 1 + Prefiks 2 + Kata dasar + Sufiks 3 + Sufiks 2 + Sufiks 1 Stemming yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Algoritma Nazief & Adriani. Algoritma ini mengacu pada aturan morfologi bahasa Indonesia yang mengelompokkan imbuhan, yaitu imbuhan yang diperbolehkan atau imbuhan yang tidak diperbolehkan. Pengelompokan ini termasuk imbuhan di depan (awalan), imbuhan kata di belakang (akhiran), imbuhan kata di tengah (sisipan) dan kombinasi imbuhan pada awal dan akhir kata (konfiks). Algoritma ini menggunakan kamus kata keterangan yang digunakan untuk mengetahui bahwa proses stemming telah mendapatkan kata II-4

dasar. Algoritma Nazief & Adriani memiliki persentase keakuratan (presisi) lebih baik dari algoritma lainnya. Algoritma Nazief & Adriani yang dibuat oleh Bobby Nazief dan Mirna Adriani memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Cari kata yang akan diistem dalam kamus kata dasar. Jika ditemukan maka diasumsikan kata adalah root word. Maka algoritma berhenti. 2. Inflection Suffixes ( -lah, -kah, -ku, -mu, atau -nya ) dibuang. Jika berupa particles ( -lah, -kah, -tah atau -pun ) maka langkah ini diulangi lagi untuk menghapus kata ganti kepunyaan (possesive pronouns) ( -ku, -mu, atau -nya ), jika ada. 3. Hapus Derivation Suffixes ( -i, -an atau -kan ). Jika kata ditemukan di kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a a. Jika -an telah dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah -k, maka -k juga ikut dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus maka algoritma berhenti. Jika tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b. b. Akhiran yang dihapus ( -i, -an atau -kan ) dikembalikan, lanjut ke langkah 4. 4. Hapus Derivation Prefix. Jika pada langkah 3 ada sufiks yang dihapus maka pergi ke langkah 4a, jika tidak pergi ke langkah 4b. a. Periksa tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diijinkan. Jika ditemukan maka algoritma berhenti, jika tidak b. For i = 1 to 3, tentukan tipe awalan kemudian hapus awalan. Jika root word belum juga ditemukan lakukan langkah 5, jika sudah maka algoritma berhenti. jika awalan kedua sama dengan awalan pertama algoritma berhenti. 5. Jika semua langkah telah selesai tetapi tidak juga berhasil maka kata awal diasumsikan sebagai root word. Proses selesai. 2.2.2. Pembobotan Kata Setiap term yang telah di-index diberikan bobot sesuai dengan skema pembobotan yang dipilih, apakah pembobotan lokal, global atau kombinasi II-5

keduanya. Jika menggunakan pembobotan lokal maka, pembobotan term diekspresikan sebagai tf (term frequency). Namun, jika pembobotan global yang digunakan maka, pembobotan term didapatkan melalui nilai idf (inverse document frequency). Beberapa aplikasi juga ada yang menerapkan pembobotan kombinasi keduanya yaitu, dengan mengalikan bobot lokal dan global (tf. idf) (Garcia, 2008). Empat cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai term frequency (tf), yaitu : a. Raw term frequency. Nilai tf sebuah term diperoleh berdasarkan jumlah kemunculan term tersebut dalam dokumen. Cara ini akan digunakan dalam penelitian tugas akhir ini. b. Logarithm term frequency. Hal ini untuk menghindari dominasi dokumen yang mengandung sedikit term dalam kueri, namun mempunyai frekuensi yang tinggi. Cara ini menggunakan fungsi logaritmik matematika untuk memperoleh nilai tf. tf = 1 + log (tf) (2.1) c. Binary term frequency. Hanya memperhatikan apakah suatu term ada atau tidak dalam dokumen. Jika ada, maka tf diberi nilai 1, jika tidak ada diberi nilai 0. Pada cara ini jumlah kemunculan term dalam dokumen tidak berpengaruh. d. Augmented term frequency. tf = 0,5 + 0,5 x ( ) (2.2) Nilai tf adalah jumlah kemunculan suatu term pada sebuah dokumen sedangkan nilai max (tf) adalah jumlah kemunculan terbanyak sebuah term pada dokumen yang sama. 2.2.3. Inverse Document Frequency Inverse document frequency (idf) digunakan untuk memberikan tekanan terhadap dominasi term yang sering muncul di berbagai dokumen. Hal ini II-6

diperlukan karena term yang banyak muncul di berbagai dokumen, dapat dianggap sebagai term umum (common term) sehingga tidak penting nilainya. Pembobotan akan memperhitungkan faktor kebalikan frekuensi dokumen yang mengandung suatu term (inverse document frequency). idf (t) = log ( ) ( ) (2.3) Keterangan : N : jumlah dokumen dalam korpus. df t : document frequency atau jumlah dokumen dalam korpus yang mengandung term t. 2.3. Model Ruang Vektor Dalam sistem IR, kemiripan antar dokumen didefinisikan berdasarkan representasi bag of words dan dikonversikan ke suatu model ruang vektor. Pada model ruang vektor, setiap dokumen di dalam database dan kueri pengguna direpresentasikan oleh suatu vektor multidimensi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.2. Contoh VSM Dengan Dua Dokumen Penentuan relevansi dokumen dengan kueri dipandang sebagai pengukuran kesamaan (similarity measure) antara vektor dokumen dengan vektor kueri. Apabila vektor dokumen dan vektor kueri nilainya semakin mendekati maka dokumen tersebut dapat dianggap semakin relevan dengan kueri. II-7

Salah satu pengukuran kesesuaian yang baik adalah dengan memperhatikan perbedaan arah (direction difference) dari kedua vektor tersebut. Perbedaan arah kedua vektor dalam geometri dapat dianggap sebagai sudut yang terbentuk oleh kedua vektor. Gambar 2.3. mengilustrasikan kesamaan antara dokumen D1 dan D2 dengan kueri Q. Sudut θ1 menggambarkan kesamaan dokumen D1 dengan kueri sedangkan sudut θ2 mengambarkan kesamaan dokumen D2 dengan kueri. Gambar 2.3. Representasi Grafis Sudut Vektor Dokumen Dan Kueri Berdasarkan Gambar 2.2, dapat diketahui bahwa sudut yang dibentuk antara Q1 dan D1 lebih kecil daripada Q1 dan D2. Perhitungan persamaan antara vektor kueri dan vektor dokumen dilihat dari sudut yang terkecil, yaitu antara Q1 dan D1. Sudut yang dibentuk oleh dua vektor ini dapat dihitung dengan melakukan perkalian dalam (inner product), sehingga rumus relevansinya adalah : Sim (Q,D) = cos =. (2.4) Jika Q adalah vektor kueri dan D adalah vektor dokumen, yang merupakan dua buah vektor dalam ruang berdimensi-n, dan θ adalah sudut yang dibentuk oleh kedua vektor tersebut. Maka Q D Q D cosθ (2.5) dimana Q D adalah hasil perkalian dalam (inner product) kedua vektor, sedangkan II-8

= ( ) dan = ( ) (2.6) merupakan panjang vektor suatu vektor dengan titik nol. Metode pengukuran kesesuaian ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu adanya normalisasi terhadap panjang dokumen. Hal ini memperkecil pengaruh panjang dokumen. Panjang kedua vektor (jarak Euclidean) digunakan sebagai faktor normalisasi. Hal ini diperlukan karena dokumen yang panjang cenderung mendapatkan nilai yang besar dibandingkan dengan dokumen yang lebih pendek (Mandala, 2006). Dengan demikian, similaritas antara dokumen dan kueri dapat ditunjukan seperti persamaan 2.7 berikut. (, ) = cos = = = 1 ( ) = 1 2 ( ) 2 = 1 (2.7) dimana : wq i = bobot pada kueri ke-i = tf x idf wd ij tf = bobot pada dokumen ke-i istilah ke-j = tf x idf = term frequency = frekuensi kemunculan istilah pada dokumen atau kueri Bobot pada kueri dan dokumen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.8. berikut. w = tf (td). idf (t) (2.8) Keterangan : w : weighting (bobot). tf (td) : term frequency atau jumlah kemunculan term t dalam dokumen d. idf (t) : inverse document frequency, berbanding terbalik dengan df t 2.4. Evaluasi Kualitas Retrieval Sistem IR mengembalikan sekumpulan dokumen sebagai jawaban dari kueri pengguna. Terdapat dua kategori dokumen yang dihasilkan oleh sistem IR terkait II-9

pemrosesan kueri, yaitu relevant documents (dokumen yang relevan dengan kueri) dan retrieved documents (dokumen yang diterima pengguna). Secara garis besar, dua ukuran dasar dan umum yang digunakan untuk mengukur kualitas information retrieval adalah precision dan recall. Precision mengevaluasi kemampuan sistem IR untuk menemukan kembali document topranked yang paling relevan (Cios dkk, 2007), dan didefinisikan sebagai rasio antara jumlah dokumen yang di-retrieve yang relevan dengan kueri pengguna terhadap jumlah dokumen yang di-retrieve. = { } { } { } (2.9) Recall mengevaluasi kemampuan sistem IR untuk menemukan semua dokumen yang relevan dari dalam koleksi dokumen (Cios dkk, 2007) dan didefinisikan sebagai rasio antara jumlah dokumen yang relevan dengan kueri pengguna yang di-retrieve terhadap jumlah dokumen yang relevan di dalam koleksi dokumen (korpus). = { } { } { } (2.10) 2.5. Biword Pada Algoritma Winnowing Pada tugas akhir ini penulis mencoba mengembangkan algoritma winnowing menggunakan teknik fingerprint yang berbasiskan frasa. Teknik ini mengelompokan teks dokumen dan kueri menjadi kumpulan dua buah kata atau disebut dengan biword. Biword merupakan teknik matching pada proses tokenisasi atau pemisahan kata (fingerprint) pada teks dokumen. Pada tahap awal akan dilakukan konversi setiap dokumen untuk 1 set bigram (dua kata). (Chow Kok Kent, 2010). Biword yang dibentuk bertujuan untuk mempertahankan arti kata pada teks dokumen dan kueri. Konsep biword memberikan token kata lebih sedikit dibandingkan dengan triword atau quadword. II-10

Setelah membentuk kalimat ke dalam beberapa frasa (token biword), kemudian dilakukan proses enkripsi frasa kedalam MD5. Proses ini dilakukan agar setiap frasa memiliki panjang yang sama, yaitu 32 karakter. Panjang karakter dapat mempengaruhi waktu proses dalam melakukan perhitungan nilai hash. Nilai-nilai hash yang telah diperoleh akan dibagi menjadi beberapa window dengan ukuran w. kemudian, memilih nilai hash terkecil untuk dijadikan sebagai fingerprint dokumen. Implementasi dari Algoritma Winnowing membutuhkan masukan file teks dan menghasilkan keluaran berupa sekumpulan nilai hash disebut fingerprint. 2.6. Penerapan Algoritma Winnowing Langkah-langkah dalam penerapan algoritma winnowing dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Penghapusan karakter-karakter yang tidak relevan. 2. Membentuk kalimat ke dalam beberapa frasa (token biword). 3. Perhitungan nilai hash. 4. Membagi kedalam window tertentu. 5. Pemilihan nilai hash terkecil menjadi document fingerprinting. 6. Menghitung kemiripan dokumen dan kueri dengan menggunakan jaccard coefficient 2.6.1. Whitespace Insentivity Penghapusan karakter (whitespce insentivity) dilakukan dengan membuang karakter seperti spasi, tab, tanda baca, dll. 2.6.2. Membentuk Kalimat Menjadi frasa Konsep biword menyerupai teknik phrase-based, dimana sebuah kalimat akan dikonversikan menjadikan satu set bigram (dua kata). Contoh : bahasa indonesia bahasa persatuan. Frasa yang terbentuk dari contoh diatas adalah bahasa indonesia, indonesia bahasa dan bahasa persatuan. Setelah membentuk frasa, kemudian dilakukan proses perubahan kedalam bentuk MD5. Proses II-11

ini dilakukan agar hasil setiap frasa memiliki panjang karakter yang sama yaitu 32 karakter atau 128 bit. 2.6.3. Perhitungan Nilai Hash Fungsi yang digunakan untuk menghasilkan nilai hash dari rangkaian gram dalam Algoritma Winnowing adalah rolling hash. Fungsi hash didefinisikan sebagai berikut: H (cl... ck) = c 1 * b (k-1) + c 2 * b (k-2) +... + c (k-1) * b k + c k (2.11) Keterangan : c : nilai ASCII karakter b : basis (bilangan prima) k : banyak karakter Keuntungan dari rolling hash adalah untuk nilai hash berikutnya dapat dilakukan dengan cara: H (c2... ck+1) = (H (c1... ck) c 1 *b (k-1) ) * b + c (k+1) (2.12) Dengan begitu tidak perlu melakukan iterasi dari indeks pertama sampai terakhir untuk menghitung nilai hash untuk gram ke-2 sampai terakhir. Hal ini tentu dapat menghemat biaya komputasi saat menghitung nilai hash dari sebuah gram. 2.6.4. Membagi Ke Dalam Window Nilai-nilai hash yang telah terbentuk, selanjutnya dibentuk dalam beberapa window. Window merupakan pembagian atau pengelompokan beberapa nilai hash sesuai ukuran window yang ditentukan. Dari window yang telah dibentuk kemudian dilakukan penelusuran nilai hash terkecil pada tiap window untuk dijadikan fingerprint. Kemudian dihitung nilai kedekatan atau similaritas antara kueri pengguna dan database dokumen dengan menggunakan jaccard coefficient. II-12

2.6.5. Perhitungan Jaccard Coefficient Jaccard coefficient merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung kemiripan (similarity) dokumen teks pada Algoritma Winnowing. Langkah ini dilakukan setelah melakukan perhitungan nilai hash dan memilih fingerprint yang terkecil. Persamaan jaccard coefficient didefinisikan sebagai berikut: D (A,B) = 100% (2.13) Ket : D (A,B) = similaritas dokumen A terhadap dokumen B A B = jumlah dari fingerprint yang sama dari dokumen A dan dokumen B A B = jumlah fingerprint dokumen A dan dokumen B Contoh : jika A {1,2,4} dan B {3,4,5} maka A B = {1,2,4} dan A B = {1,2,3,4,5} sehingga D(A,B) = 3/5 * 100 = 60% II-13