BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

dokumen-dokumen yang mirip
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000


BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.Hal ini dikarenakan angka morbiditas dan mortalitas yang masih cukup tinggi, terutama pada balita (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Diare merupakan penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun terbanyak kedua di dunia. Tiap tahunnya diare menyebabkan kematian sekitar 760.000 anak di bawah lima tahun (WHO, 2013). Hasil laporan prevalensi diare anak usia di bawah lima tahun di beberapa negara berkembang pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015). Prevalensi diare tertinggi di Indonesia pada tahun 2007 berdasarkan kelompok usia adalah pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia pada tahun 2013 adalah 3,5%. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok umur yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita tertinggi pada kelompok usia 12-23 bulan yaitu 7,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Periode prevalensi diare di Sumatera Barat menurut Riskesdas 2013 sebesar 6,6,% dan insiden diare 3,1%.Insiden diare tertinggi di Sumatera Barat berada di Pasaman Barat yaitu 5,5% disusul Kota Solok (4,7%) dan Sijunjung (4,5%).Insiden diare tertinggi di Sumatera Barat pada tahun 2013 berdasarkan kelompok umur yaitu pada kelompok 12-23 bulan yaitu 10,5% (Handayani, 2013). Sebanyak 29% Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

kejadian diare yang ditemukan di Sumatera Barat tahun 2015 terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun (Dinas Kesehatan Sumatera Barat, 2015). Penelitian systemic review yang dilakukan oleh Adisasmito terhadap 18 penelitian mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dari tahun 2000-2005 untuk mengetahui faktor risiko penyebab diare pada bayi dan balita di Indonesia didapatkan hasil bahwa faktor risiko yang paling banyak diteliti adalah faktor lingkungan terutama sarana air bersih dan jamban (Adisasmito, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2005), tiga variabel dominan sarana dasar kesehatan yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita secara berurutan adalah, tingkat risiko pencemaran sumber air bersih (OR=6,196; 95% CI 2,321-16,537), jenis jamban (OR=3,268; 95% CI1,221-8,749) dan jenis sarana air bersih(or=3,376; 95% CI 1,162-9,084). Semakin tercemar sumber air maka kualitas air semakin menurun sehingga meningkatkan peluang terjadinya diare pada masyarakat. Menurut Lindayani (2013), sanitasi yang buruk, kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai memiliki kaitan yang erat dengan tingginya prevalensi diare. Air minum, sanitasi dan kebersihan yang tidak adekuat diperkirakan sebagai penyebab 842.000 kasus diare tiap tahunnya di dunia (WHO, 2014).Patogen penyebab diare masuk ke tubuh manusia melalui jalur fekal-oral yaitu masuk ke mulut melaui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadahnya dicuci menggunakan air yang tercemar (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).Oleh sebab itu, kualitas air, sanitasi dan higiene yang buruk berkontribusi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

besar terhadap kejadian diare di masyarakat.pada tahun 2012, kematian anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia akibat diare sekitar 622.000, dimana 361.000 dari kematian tersebut merupakan akibat permasalahan air, sanitasi dan kebersihan (WHO, 2014). Berdasarkan hasil survey Indonesia Demographic and Health Survey tahun 2012, 18% anak yang menggunakan sumber air tidak terlindung mengalami diare sedangkan pada anak yang menggunakan sumber air terlindung yang mengalami diare sebanyak 14% (BPS,BKKBN,Kemenkes, 2013). Pencemaran sumber air bersih masyarakat oleh tinja disebabkan kebiasaan masyarakat untuk membuang kotoran sembarangan ataupun jamban yang tidak memenuhi standar, ditambah lagi dengan konstruksi sumur, yang merupakan sumber air bersih sebagian besar masyarakat, tidak memenuhi syarat kesehatan kemudian dapat menjadi faktor determinan dari kejadian diare di masyarakat (Simatupang, 2014). Berdasarkan penelitian terhadap seluruh balita yang menjadi sampel penelitian Riskesdas 2007, menurut jenis sarana air bersih, balita yang rumahnya mengunakan sarana air bersih yang tidak terlindung mempunyai risiko menderita diare 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang menggunakan sarana air bersih terlindung (OR=1,17). Salah satu faktor penyediaan air bersih yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita adalah kualitas fisik air seperi bau dan kekeruhan (Anwar dan Musadad, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015, kasus diare pada semua kelompok umur paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh yaitu sebanyak 772 kasus. Sedangkan kasus diare kelompok usia 1-4 tahun Puskesmas Pauh menduduki posisi kedua terbanyak (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Pendataan terkait kualitas sumber air bersih menurut puskesmas di Kota Padang yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2015, Puskesmas Pauh menempati posisi 21 dari 22 puskesmas di Kota Padang mengenai persentase sampel air bersih yang memenuhi syarat (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Hasil pendataan persentase penduduk yang terakses air bersih yang memenuhi syarat yang pernah dilakukan oleh Puskesmas Pauh, dari sepuluh kelurahan hanya tiga kelurahan yang mencapai target, yaitu Kelurahan Limau Manis, Limau Manis Selatan dan Koto Luar (Puskesmas Pauh, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin mengetahui dan menganalisis hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh, Kota Padang tahun 2016. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah apakah ada hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran distribusi kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

2. Mengetahui gambaran distribusi sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Pauh. 3. Mengetahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi instansi terkait Memberikan informasi kepada instansi terkait terutama Puskesmas Pauh tentang hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita sehingga nantinya dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas Pauh. 1.4.2 Manfaat bagi masyarakat Sebagai acuan informasi kepada masyarakat mengenai hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita sehingga dapat membantu masyarakat dalam menambah pemahaman dan perubahan perilaku yang mengarah kepada pencegahan diare. 1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain Sebagai acuan dan tambahan informasi bagi kegiatan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan faktor risiko penyebab diare pada balita terutama dari faktor lingkungan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5