I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS TATANIAGA BAWANG MERAH (Kasus di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes)

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. petani. Indonesia merupakan negara yang agraris dengan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

Tinjauan Pasar Bawang Merah

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

PENDAHULUAN. masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar mata

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. STATUS DAN KONDISI SAAT KINI

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang agribisnis. Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu produk dari komoditas sayuran adalah bawang merah. Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani komersial. Tingkat permintaan dan kebutuhan bawang merah yang tinggi menjadikan komoditas ini sangat menguntungkan untuk diusahakan. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia per kapita per tahun mencapai 4,56 kilogram atau 0,38 kilogram per kapita per bulan. Oleh karena itu permintaan bawang merah akan terus meningkat dengan perkiraan 5 persen per tahun sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia 1. Permintaan bawang merah pada tahun 2005 mencapai 847.833.000 kilogram dengan rincian 731.833.000 kilogram untuk kebutuhan konsumsi dan 116.000,000 kilogram untuk kebutuhan lain seperti benih, industri dan ekspor. Dengan perkiraan peningkatan permintaan sebesar 5 persen per tahun, maka pada tahun 2009, estimasi permintaan bawang merah adalah sebesar 934.301.000 kilogram dengan rincian 800.101.000 kilogram untuk kebutuhan konsumsi dan 134.200,000 kilogram untuk kebutuhan lain 2. Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang tumbuh dengan baik di dataran rendah. Meskipun komoditas ini bukan merupakan kebutuhan pokok, namun hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Selain itu, bawang merah juga memiliki manfaat sebagai obat tradisional seperti kompres penurun panas, 1. 2. Anonim. 2009. Konsumsi Bawang Merah Indonesia Per Kapita. http://hortikultura.go.id/index. php?. [diakses 30 Mei 2011]. Anonim. 2008. Permintaan Bawang Merah Nasional. http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres. [diakses 30 Mei 2011]. 1

diabetes, penurun kolesterol darah dan kadar gula darah, mencegah pengerasan dan penebalan pembuluh darah, dan maag karena kandungan senyawa allin dan allisin di dalamnya. Selain itu, peningkatan pertumbuhan industri makanan juga turut meningkatkan permintaan bawang merah dalam negeri diluar kebutuhan konsumsi restoran dan hotel serta industri olahan lainnya seperti acar, bumbu, bawang goreng dan bahan baku campuran obat-obatan. Di Indonesia, daerah sentra produksi bawang merah adalah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki total lahan terbesar yang diusahakan untuk komoditas bawang merah. Kabupaten Brebes menyuplai sekitar 75 persen kebutuhan bawang merah di Provinsi Jawa Tengah dan 23 persen kebutuhan bawang merah nasional. Dengan produksi sebesar 312.583.200 kilogram pada tahun 2009, pertanian bawang merah menyumbang PDRB Kabupaten Brebes sebesar 58 persen 3. Beberapa varietas bawang merah yang dikembangkan di Kabupaten Brebes adalah varietas Bima Brebes, Kuning, Timor, Sumenep, dan varietas bawang merah impor seperti dari Filipina dan Bangkok (ditanam pada musim kemarau). Namun hanya bawang merah varietas Bima dan varietas Kuning yang dikembangkan di Kelurahan Brebes. Bawang merah di Kelurahan Brebes ditanam dengan sistem monokultur maupun tumpang gilir, dengan waktu panen raya pada bulan Mei-Juni dan Agustus-September. Beberapa faktor iklim yang penting dalam budidaya bawang merah adalah ketinggian tempat, temperatur, cahaya, curah hujan, dan angin. Sebagai komoditas unggulan yang sekaligus menjadi andalan di Kabupaten Brebes, bawang merah dikembangkan di 10 wilayah Kecamatan yang menjadi sentra produksi komoditas utama tersebut, yaitu Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Larangan, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Losari, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Songgom dan Kecamatan Brebes. 3. Nurdin, Mohammad. 2011. Boks Laporan dan Analisis Hasil Liaison Ad Hoc Komoditas Bawang Merah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. http://mohnurdin.files.wordpress.combawang-merah-brebes-2001 [Diakses 30 Mei 2011] 2

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun 2005-2009 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (kilogram) Rata-rata Produksi (kilogram/ha) 2005 24.440 231.960.000 9.491,00 2006 18.869 179.227.800 9498,53 2007 23.361 253.183.500 10.837,87 2008 26.636 336.644.700 12.638,71 2009 24.978 312.583.200 12.514,34 Sumber : BPS Kabupaten Brebes 2009, diolah Pada tahun 2009, produksi bawang merah Kabupaten Brebes mengalami penurunan dibanding produksi pada tahun 2008. Jika pada tahun 2008 produksi bawang merah di Kabupaten Brebes mencapai 336.644.700 kilogram dari luas panen 26.636 hektar, maka pada tahun 2009 produksi hanya mencapai 312.583.200 kilogram dari luas panen 24.978 hektar. Harga bawang merah berfluktuasi setiap bulannya. Fluktuasi harga tersebut cenderung mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan pada bulan tersebut. Pada saat jumlah produksi bawang merah tinggi, harga bawang merah cenderung turun, dan sebaliknya pada saat produksi bawang merah rendah harga cenderung naik. Dari Tabel 2 terlihat perbedaan yang cukup besar antara harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Hal tersebut dapat terjadi akibat tidak efisiennya saluran pemasaran yang dilalui oleh produk, panjangnya saluran pemasaran, banyaknya fungsi yang dilakukan oleh pedagang perantara, tingginya biaya yang dikeluarkan dan tingginya keuntungan yang diambil oleh pedagang perantara. Pola harga musiman bawang merah di tingkat petani dan tingkat konsumen dalam periode tahun 2009-2010 diperlihatkan pada Tabel 2. Pada tingkat petani di tahun 2009 harga bawang merah terendah yaitu terjadi pada harga Rp 4.224,30 sedangkan harga tertinggi mencapai harga Rp 6.323,00. Pada tingkat konsumen, harga bawang merah terendah terjadi pada harga Rp 7.922,10 sedangkan harga bawang merah tertinggi mencapai harga Rp 14.900,80. 3

Tabel 2. Perbandingan Harga Bawang Merah di Tingkat Petani dan di Tingkat Konsumen Tahun 2009-2010 Tahun 2009 2010 Harga Petani Konsumen Margin Petani Konsumen Margin Januari 4.224,30 7.922,10 3.697,80 5.720,90 11.986,90 6.266,00 Februari 6.323,00 8.843,20 2.520,20 5.947,10 10.740,60 4.793,50 Maret 5.771,40 11.588,70 5.817,30 5.605,70 11.193,30 5.587,60 April 5.205,70 10.134,30 4.928,60 6.251,40 11.958,40 5.707,00 Mei 4.941,40 11.101, 60 6.160,20 6.677,10 13.511,50 6.834,40 Juni 4.647,90 11.410,10 6.762,20 7.433,40 13.632,80 6.199,40 Juli 6.001,00 12.764,90 6.763,90 7.588,70 14.020,60 6.431,90 Agustus 5.331,10 14,900,80 9.569,70 6.302,00 17.189,00 10.887,00 September 5.586,10 12.429,40 6.843,30 6.033,50 15.953,80 9.920,30 Oktober 5.112,70 10.878,90 5.766,20 11.064,60 14.183,90 3.119,30 November 6.102,00 12.636,30 6.534,30 11.578,00 20.681,10 9.103,10 Desember 5.440,60 12,283,20 6.842,60 20.099,00 Rata-rata 5.390,60 11.407,79 6.017,19 7.291,13 14.595,91 6.804,50 Sumber: Liaison Dispertan Brebes, Survei Pemantauan Harga, DW DSM (diolah) Pada tingkat petani di tahun 2010 harga bawang merah terendah yaitu terjadi pada harga Rp 5.605,70 sedangkan harga tertinggi mencapai harga Rp 11.578,00. Pada tingkat konsumen, harga bawang merah terendah terjadi pada harga Rp 10.740,60 sedangkan harga bawang merah tertinggi mencapai harga Rp 20.681,10. Rata-rata harga bawang merah di tingkat petani pada tahun 2009 adalah Rp 5.390,60 atau sebesar 47,25 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen yaitu sebesar Rp 11.407,79. Rata-rata harga bawang merah di tingkat petani pada tahun 2010 adalah Rp 7.291,13 atau sebesar 49,95 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen yaitu sebesar Rp 14.595,91. Margin pemasaran terbesar pada tahun 2009 diperoleh pedagang perantara pada penjualan bulan Agustus, yaitu sebesar Rp 9.569,70 sedangkan pada tahun 2010, margin 4

pemasaran terbesar diperoleh pedagang perantara juga pada penjualan bulan Agustus, yaitu sebesar Rp 10.887,00. 1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Daerah ini mampu memproduksi hingga lebih dari 300,000.000 kilogram per tahun yang dipasarkan di Provinsi Jawa Tengah dan pasar nasional. Namun tingginya tingkat produksi bawang merah di Kabupaten Brebes tidak membuat harga bawang merah di daerah tersebut stabil, pada kenyataannya harga bawang merah di Kabupaten Brebes berfluktuasi setiap bulannya (Tabel 2). Musim tanam yang dilakukan secara hampir bersamaan, akan menyebabkan produksi bawang merah melimpah pada musim panen yang mengakibatkan turunnya harga jual bawang merah. Tingginya curah hujan yang berlangsung, menyebabkan turunnya produktivitas bawang merah. Selain itu, angin kumbang yang biasanya terjadi pada bulan Juli hingga bulan Agustus relatif jarang berhembus pada tahun 2009 hingga tahun 2010 akibat curah hujan yang tinggi. Sifat angin kumbang yang sejuk namun tidak lembab merupakan faktor pendukung dalam peningkatan produksi bawang merah. Setelah menghasilkan bawang merah, tindak lanjut petani kemudian adalah memasarkan hasil produksinya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, sistem pemasaran bawang merah yang ada selama ini dinilai dan belum dapat mensejahterakan petani produsen. Harga yang terjadi di tingkat konsumen akhir selama ini dinilai belum seimbang jika dibandingkan dengan margin pemasaran yang diterima oleh pedagang perantara. Sistem pemasaran yang belum efisien tersebut menyebabkan harga bawang merah di tingkat konsumen relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga bawang merah di tingkat petani (Tabel 2). Harga rata-rata bawang merah di tingkat petani pada tahun 2009 hanya mencapai Rp 5.390,60, sedangkan harga rata-rata di tingkat konsumen mencapai Rp 11.407,79. Jika dibandingkan, maka ada selisih margin yang cukup besar antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir. 5

Ketidakseimbangan harga yang diterima petani dengan margin di tingkat pedagang perantara dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti banyaknya fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran selain petani, kurangnya informasi pasar yang dibutuhkan oleh pelaku pasar yang terlibat dalam aktivitas pemasaran dan tingginya biaya pemasaran yang digunakan dalam kegiatan pemasaran bawang merah hingga ke tingkat konsumen akhir. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes 2. Bagaimana fungsi lembaga pemasaran serta struktur, dan perilaku pasar dalam kegiatan tataniaga komoditas bawang merah 3. Apakah saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes sudah efisien dilihat dari margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan dari latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis sistem dan pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes 2. Menganalisis fungsi lembaga pemasaran serta struktur, dan perilaku pasar dalam kegiatan tataniaga komoditas bawang merah 3. Menganalisis efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes dilihat dari margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. 1.4. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama bagi petani dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran komoditas bawang merah terutama di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan 6

masukan dan pembelajaran bagi perkembangan kelembagaan pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan analisis tataniaga bawang merah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dalam lingkup analisis pemasaran komoditas bawang merah dilihat dari pola saluran pemasaran, fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar. Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi pemasaran komoditas bawang merah yang terjadi yang kemudian dapat memberikan gambaran secara umum mengenai kegiatan pemasaran untuk komoditi bawang merah di Kabupaten Brebes. Penelitian ini juga dibatasi pada lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran komoditas bawang merah yang berlokasi di Kelurahan Brebes hingga pedagang besar yang berlokasi di luar Kelurahan Brebes seperti di daerah Palembang, Jambi, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pola saluran pemasaran yang diteliti dibatasi pada pola saluran pemasaran yang memasarkan komoditas bawang merah dalam bentuk bawang merah mentah (tidak diolah) hingga ke konsumen akhir yaitu konsumen rumah tangga. 7