BAB III DEKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN. TANAH di DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III PRAKTEK USAHA PERSEWAAN MOBIL DI DUSUN BUARAN KEBOGUYANG KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III PRAKTEK JUAL BELI POHON DENGAN SISTEM IJOHAN DI DESA KEMIRI TIMUR KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

PERJANJIAN KESEPAKATAN KERJA SAMA. Nomor : 011. Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Enam desember tahun dua ribu sebelas ( )

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

Desa Semoyo merupakan salah satu desa di Kec. Pathuk kab. Gunung Kidul.

BAB III APLIKASI PENERAPAN IJARAH DAN PENGAMBILAN BESARAN DENDA PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB III JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur BT LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara-

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Bunut Seberang 1. Sejarah Desa Bunut Seberang

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tingkat pendidikan penduduk sebagai berikut : Tabel 1.1 Penduduk Desa Pekandangan Menurut Jenis Pekerjaan:

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB III KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

BAB III DEKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH di DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Pada umumnya keadaan wilayah suatu daerah sangat menentukan watak dan sifat dari masyarakat yang menempati. Kondisi semacam inilah yang membedakan karakteristik masyarakat disuatu wilayah satu dengan yang lainnya. Salah satu faktor yang menentukan berbedaan kondisi masyarakat tersebut yaitu faktor geografis, begitupula yang terjadi di Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan yang mempengaruhi kondisi masyarakat. Dilihat dari letak geografis Desa Sadengrejo merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa timur, adapun jarak Desa Sadengrejo ke Ibu Kota Kecamatan 2 Km (arah selatan) dengan jarak tempuh 15 menit, dan jarak ke Ibu Kota Kabupaten 5 km (arah timur) dengan jarak tempuh 30 menit,jarak dengan luas wilayah 200,45 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa Sadengrejo yaitu sebagai berikut: - Sebelah Utara : Desa Kawisrejo Kecamatan Rejoso - Sebelah Selatan : Desa Tenggilisrejo Kecamatan Gondangwetan - Sebelah Barat : Desa Pateguhan Kecamatan Gondang Wetan 38

39 - Sebelah Timur : Desa Pandanrejo Kecamatan Rejoso 1 Gambar 3.1 1 Buku Rencana Pembagunan Jangka Menengah (RPJM-Desa Sadengrejo Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan Tahun 2011-2015.

40 Desa Sadengrejo merupakan dataran rendah dengan suhu 30ºC yang sebagian besar tanahnya terdiri dari tanah pemukiman dan pertanian. Sebagian wilayah Indonesia beriklim tropis, begitu juga dengan desa Sadengrejo yang terdiri dari dua musim, yaitu musim kemarau yang biasa terjadi pada bulan April sampai bulan September, dan musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. 2. Kecamatan Rejoso Secara Astronomis Kecamatan Rejoso terletak antara : a. 112 33 55-113 30 37 Bujur Timur b. 70 32 34-80 30 20 Lintang Selatan Secara Geografis atau secara administrative (kewilayahan) Kecamatan Rejoso berbatasan dengan berbagai wilayah, antara lain sebagai berikut: 2 Batas Wilayah Kecamatan Sebelah Barat Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Utara Gondangwetan dan Winongan Kecamatan Lekok dan Grati Selat Madura dan Kecamatan Lekok 2 Arsip Data monografi Kecamatan Sawahan Surabaya diambil pada tanggal 29 November 2016.

41 B. Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Pengolahan Tanah di Dusun Darah Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan 1. Latar Belakang dan Faktor Terjadinya Perjanjian Bagi Hasil Pengolahan Tanah Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan mengenai perjanjian pengolahan tanah di Dusun Dara Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan, seperti yang dijelaskan di atas bahwa Desa Sadengrejo secara geografis mempunyai lahan pertanian yang cukup luas dan mempunyai struktur tanah yang subur, termasuk dusun Darah sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani. Bagi petani yang tidak mempunyai lahan bisa bekerja pada petani pemilik lahan atau melakukan perjanjian pengolahan tanah untuk mendapatkan upah, imbalan ataupun bagi hasilnya. Dalam hukum Islam perjanjian pengolahan tanah bukan hanya peristiwa yang penting dalam suatu kegiatan perniagaan bagi mereka yang ingin menyambung hidup, tetapi perjanjian pengolahan tanah dengan sistem bagi hasil merupakan perjanjian yang sangat berarti yang disebabkan karena banyaknya penduduk yang bekerja sebagai petani. Tanah adalah sumber daya yang perlu dipertahankan kesuburanya, agar tetap menghasilkan hasil yang maksimal. Pemakaian tanah untuk pertanian secara terus-menerus dapat membuat para petani mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit, karena bercocok tanam merupakan

42 matapencaharian mayoritas penduduk Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan. Untuk seorang petani desa memanfaatkan tanah sebagai lingkungan tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan, karena dengan demikian petani tersebut dapat memungut hasilnya sebagai bahan untuk berdagang. Hasil ini bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pola hidup dan di jual untuk memenuhi kepentingan yang lain. Kegiatan pengolahan tanah akan sangat mempengaruhi proses budi daya selanjutnya di Dusun Darah Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan. Biasanya warga Dusun Darah Desa Sadengrejo dalam mengelola tanah dilakukan secara mekanis, terutama pada lahan yang memungkinkan. Tujuannyauntuk menciptakan kondisi tanah menjadi lebih baik, kemudian membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan untuk memperlancar kegiatan bertani. Selain itu dalam usaha pertanian atau bercocok tanam tidak hanya dilakukan sendiri, melainkan ada beberapa pihak yang turut ikut serta. Mereka melakukan kerjasama dengan kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak. Dalam perjanjian tersebut, mereka yang memiliki tanah/lahan minta pertolongan kepada pihak yang membutuhkan pekerjaan untuk menggarap/mengelola tanah pertaniannya dengan imbalan bagi hasil. Kondisi seperti ini pada umumnya terlihat pada masyarakat Dusun Darah Desa Sadengrejo pada saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari yang

43 dilakukan kebanyakan penduduk Dusun Dara Desa Sadengrejo adalah bertani. Pada dasarnya tidak semua penduduk melakukan akad kerjasama pengolahan tanah dengan sistem bagi hasil. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi perjanjian pengolahan tanah yang dilakukan oleh pemilik tanah dan pengelola yang dituturkan oleh pihak ketiga (saksi) : Saya datang bersama pihak kedua (pengelola) kepada pemilik tanah karena melihat lahan kosong sudah terlalu lama dan menawarkan untuk melakukan kerja sama penanaman pohon kayu seperti pohon sengon, jati, jabon, dll dengan sistem bagi hasil 3 di Dusun Darah Desa Sadengrejo Kec. Rejoso Kab.Pesuruan. Dalam kerjasama perjanjian pengolahan tanah di Dusun Darah pada awalnya membuat kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam kerjasama tersebut para pihak menggunakan akad secara lisan tanpa adanya bukti tertulis, karena para pihak mengandalkan rasa saling percaya antara satu dengan yang lainnya dan rasa kekeluargaan di Dusun Darah masih dijunjung tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua aspek dalam kehidupan kita erat kaitannya dengan perjanjian. Dalam kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan perjanjian, kesepakatan dan kesepahaman baik yang berbentuk lisan maupun tertulis. Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang tidak lepas dari peran serta orang lain atas kehidupannya. Seperti perjanjian yang telah terjadi 3 Basari (saksi), Wawancara, 16 Desember 2016.

44 di Dusun Darah Desa Sadengrejo. Hal tersebut adalah peran serta atas tumbuh kembangnya kehidupan, yang mana bisa dalam bentuk perbuatan sosial maupun perbuatan ekonomi orang lain. Peran serta sosial adalah perbuatan yang mana antar sesama manusia harus bisa saling tolongmenolong tanpa pamrih untuk membentuk kehidupan sosial yang berkualitas, sementara peran serta dalam bentuk perbuatan ekonomi adalah suatu perbuatan berpamrih atau menuntut suatu pemenuhan prestasi. Agar terjaga dan terpenuhinya suatu prestasi dibuatlah suatu perjanjian yang mengikat dua atau lebih para pihak, bisa dalam bentuk tertulis maupun lisan. Biasanya perjanjian dalam bentuk lisan ini dilakukan karena para pihak sudah saling percaya. Begitu pula perjanjian pengolahan tanah yang dilakukan di Dusun darah Desa sadengrejo Rejoso pasuruan yang menurut pihak pertama yaitu pihak pemilik tanah, yang memberikan keterangan dari awal mula terjadinya kesepakatan perjanjian pengolahan tanah penanaman pohon jati yang terlah terjadi yaitu: dari pihak pengelola datang kepada pemilik tanah bersama satu orang yang bernama Basari untuk menawarkan perjanjian pengolahan tanah penanaman pohon sengon dengan imbalan separuh dari hasil perkebunan dengan batas waktu pengolahan tanah hingga 5 tahun. Akan tetapi pengelola melakukan wanprestasi di awal melaksanakan perjanjian, yang seharusnya menanam pohon sengon menjadi pohon jati. 4 4 Achmad Wachidin (pemilik tanah), Wawancara, 06 Oktober 2016.

45 Bapak Suroso adalah seorang buruh tani di Dusun Darah Desa Sadengrejo yang memiliki kemampuan dan keahlian penggarapan tanah pertanian maupun perkebunan. Dia juga turut andil dalam proses perawatan tanaman mulai dari penanaman, pengairan, dll. Beliau juga berkata bahwa memang benar dari pihak kedua (pengelola) memberikan bibit tanaman pohon jati untuk ditanam. 5 Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing, seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Alasan Bapak Budi selaku pihak kedua tidak menanam pohon sengon melainkan menanam pohon jati yaitu: Pada masa itu bibit pohon sengon masih sulit didapat, sehingga saya menanam pohon jati tanpa melakukan kesepakatan dengan pihak pemilik tanah. Dalam kerjasama pengolahan tanah penanaman pohon jati tersebut, dari awal para pihak sudah melakukan kesepakatan. Dimana pihak pertama menyerahkan tanah/lahan kepada pihak kedua di depan seorang saksi (Bapak Basyari) yang sekaligus menjadi buruh penanaman. Sedangkan mekanisme kerja diberikan sepenuhnya kepada pihak kedua, mulai dari modal pembibitan sampai modal penanaman, semuanya dilakukan oleh pihak kedua. 5 Suroso (buruh tani), Wawancara, 17 Desember 2016.

46 Sedangkan pemilik tanah hanya mensurvei dan melihat perkembangan tanamannya. 6 2. Pembagian Keuntungan Bagi Hasil Setelah dilaksanakan perjanjian, ahirnya Bapak Budi selaku pihak pengelola dapat mengelola lahan yang kosong tersebut. Hingga tiba masa berahirnya perjanjian dan pohon jati tersebut belum juga ditebang karena usianya yang terlalu muda dan tidak laku. Sehingga penebangan/ pemanenan menjadi terhambat selama 2 tahun. 7 Pemilik tanah merasa dirugikan akibat keterlambatan penebangan selama 2 tahun karena lahan tersebut mau di ganti dengan tanaman baru. Kemudian pemilik tanah berusaha mencari tengkulak kayu agar supaya tanaman pohon jati yang sudah mencapai usia 7 tahun segera ditebang. Hingga ahirnya pemilik tanah bertemu dengan salah satu pengusaha kayu mebel di Desa Sadengrejo yang bersedia untuk membeli. 8 Bagi yang berkecimpung dalam dunia usaha perkayuan atau mebel furniture, pastinya harus mengerti dasar-dasar perhitungan volume kayu. Kubikasi atau volume kayu adalah nilai dari besaran volume yang ada pada kayu, dan satuan tersebut menggunakan meter kubik (m³) dalam perhitungannya. Dengan mengetahui nilai kubikasi atau volume dari sebatang kayu, maka bisa memperkirakan atau mengetahui harga dari kayu tersebut berdasarkan nilai kubikasi atau volumenya. 6 Budi Sudarsono (pengelola), Wawancara, 09 Oktober 2016. 7 Budi Sudarsono (pengelola), Wawancara, 09 Oktober 2016. 8 Achmad Wachidin, Wawancara (pemilik tanah), 06 Oktober 2016.

47 Dari pengolahan tanah tersebut di atas mendapatkan hasil dari penjualan kayu jati dengan menggunakan rincian pembelian per m³. Penebangan kayu jati yang sudah berusia 7 tahun tersebut mendapatkan hasil 4 m³, sedangkan harga jual per m³ nya adalah Rp. 2.200.000,-. Keseluruhan yang diperoleh dari pengolahan tanah tersebut adalah Rp. 4 m³ x Rp. 2.200.000,- = Rp. 8.800.000,- yang kemudian di kurangi dengan biaya-biaya lain seperti halnya biaya penebangan dan pengankutan yang mencapai Rp. 800.000,-. Jika di akumulasikan mendapatkan hasil bersih sebesar Rp. 8.800.000,- Rp. 800.000,- = Rp. 8.000.000,-. 9 Gambar 3.2 Sampel Potongan Kayu Adapun rincian pembagian hasil pengolahan tanah untuk kedua belah pihak adalah sebagai berikut: a. Bapak Ahmad seharusnya mendapat ½ bagian dari hasil pengolahan tanah tersebut, akan tetapi nilai uang yang di peroleh oleh pihak 9 Samsul Rudi (tengkulak), Wawancara, 26 Desember 2016.

48 pertama tidak mencapai separuh dari hasil penjualan yaitu senilai Rp. 3.500.000,-. b. Bapak Budi selaku pihak kedua seharusnya mendapatkan ½ bagian dari hasil penjualan kayu jati yang peroleh, akan tetapi nilai yang di dapatkan tidak sebanding dengan yang diterima pihak pemilk tanah bahkan melebihi yaitu Rp.4.500.000,-. 10 Hal tersebut terjadi karena dari pihak pengelola merasa berhak lebih atas apa yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut, sebab pihak pengelola yang mengeluarkan biaya-biaya mualai dari awal proses pembibitan, penanaman, pengairan, hingga perawatan. 11 Dari pembagian hasil yang diberikan, pihak pengelola tidak memenuhi kesepakatan dalam perjanjian yang sudah terucap di awal yang seharusnya pembagian hasil antara pihak pengelola dan pihak pemilik tanah mendapatkan bagi hasil 50:50 menjadi 44:56. Perhitungan pembagian hasil yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut: Bagian pemilik tanah : 3.500.000 x = 43,75 % 44% Bagian pengelola : 4.500.000 x = 56,25% 56% Perbedaan pembagian hasil tersebut terjadi karena pihak pengelola mengingkari perjanjian yang telah disepakati dengan alasan pihak pengelola lebih berhak mendapatkan bagian lebih besar karena pihak 10 Achmad Wachidin (pemilik tanah), Wawancara, 06 Oktober 2016. 11 Budi Sudarsono (pengelola), Wawancara, 09 Oktober 2016.

49 pengelola yang mengeluarkan seluruh biaya mulai dari pembibitan, penanaman, dan perawatan.

37