BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. mengamanatkan bahwa dengan upaya memajukan kesejahteraan umum dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN TOMBATU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Michael S. Mantiri 1

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2013

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

KINERJA PEMERINTAH DESA DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KAMPUNG KILIARMA DISTRIK AGIMUGA KABUPATEN MIMIKA PROPINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, T

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka


BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BELITUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan otonomi daerah sangat tergantung pada keterampilan, meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2012, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2002 Nomor 09 Seri B Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2002 Tentang Wajib Daftar Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang berkualitas dan terus meningkat dari waktu ke waktu.

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

B. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH TAHUN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai aspek kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA NEGARA. No.1110, 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. Informasi Publik. Pelayanan. Standar.

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi Daerah adalah semua bentuk pembaharuan da

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia mengamanatkan bahwa dengan upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna Negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga Negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga Negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa di sebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdiminsi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang komplek. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transfortasi, investasi, dan perdagangan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang pelayanan publik, dalam pasal 1 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kebutuhan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dana/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. xiv

Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional. Sebelum reformasi penyelenggaraan Negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek mal administrasi antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga mutlak diperlukan reformasi birokrasi penyelenggaraan Negara dan pemerintahan demi terwujudnya penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur Penyelenggara Negara dan pemerintahan dan penegakan asas-asas pemerintahan umum yang baik. Guna penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan pelayanan publik dan penegakan hukum diperlukan keberadaan lembaga audit kinerja yang secara efektif mampu mengontrol tugas Penyelenggaraan Negara dan pemerintahan. Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, menegaskan bahwa salah satu tujuan pembentukan Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat secara umum. Kesejahteraan xv

masyarakat merupakan salah satu tujuan hakiki dari Negara yang tugas dan fungsinya sebagai pengayom dan pelindung dari masyarakat serta memperhatikan kepentingan masyarakat secara universal. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, melalui pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 2 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengatur bahwa Pemerintah Daerah berwenang mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut asas Otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian Otonomi luas kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam mendukung program Pemerintah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, membawa implikasi terbukanya peluang pembangunan, dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan karakteristik wilayah. Pembangunan dengan pendekatan tersebut akan memberi peluang pada percepatan pembangunan daerah atau kota termasuk pembangunan daerah yang masih relatif terbelakang. Otonomi daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terujudnya kesejahteraan masyarakat. Daerah mempunyai kewenangan membuat kebijakan Daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta (partisipasi), prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan Otonomi Daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dari masyarakat. xvi

Pemerintah RI mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua yang berdasarkan Bab XIX Pasal 63 Pembangunan di Provinsi Papua dilakukan dengan perpedoman pada prinsip-prisip pembangunan berkelanjutan, pelastarian lingkungan, manfat, dan keadilan dengan memperhatikan rencana pembangunan tata ruang wilayah. Pembangunan Nasional yang diselenggarakan oleh Bangsa Indonesia selama ini telah dapat melewati tahapan pembangunan jangka panjang, pembangunan sarana dan prasarana sebagai bagian integral dari pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Kota Jayapura, dalam mengakhiri tahapan pembangunan jangka panjang tahap pertama pembangunan dirasakan oleh khalayak umum, tahapan kedua menunjukkan hasil yang positif diberbagai bidang yang secara nyata dapat dinikmati dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Keberhasilan yang telah dicapai dalam pembangunan, tentunya tidak terwujud begitu saja, akan tetapi pasti selalu perjuangan, pengorbanan dan kerja keras dengan memanfaatkan berbagai sumber dan potensi yang dimiliki. Hasil yang dapat dicapai dalam tahap pembangunan jangka pendek merupakan landasan yang kuat bagi pelaksanaan pembangunan tahap berikutnya. Satu hal yang menarik dalam kaitan pembangunan yaitu mengenai pemanfaatan dan pendayagunaan sumber-sumber daya baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam, potensi SDM dan SDA maupun sarana dan prasarana yang dimiliki pemerintah Kota Jayapura sebagai kekayaan atau modal utama dalam pelaksanaan pembangunan. Modal atau kekayaan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut bukan hanya berupa uang, melainkan dapat berwujud dalam bentuk lain, misalnya bantuan terhadap masyarakat, penduduk, sarana dan prasarana yang berwujud dan lain sebagainnya. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari peran serta/partisipasi masyarakat. Keberhasilan pembangunan dalam suatu daerah/kota baru dapat tercapai bila partisipasi xvii

masyarakat tinggi. Guna meningkatkan partisipasi masyarakat perlu diketahui faktorfaktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat yang dapat diartikan sebagai keterlibatan fisik, mental, dan emosi warga msayarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut merupakan unsur yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan daerah/kota serta mampu memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Hasil-hasil pembangunan yang bersifat fisik maupun non fisik merupakan tolok ukur keberhasilan pembangunan. Masyarakat akan menilai kesuksesan pembangunan dengan melihat wujud nyata hasil pembangunan. Semakin konkrit hasil pembangunan tercapai akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga semakin meningkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan selanjutnya, sesuai dengan aturan perundangundangan yang berlaku di Era Otonomi Khusus terutama di Area Pemerintah Kota Jayapura. Dilihat dari fenomena yang terjadi di Kota Jayapura pembangunan fasilitas umum sepeti jalan, sekolah, jembatan rumah sakit dan lain sebagainya merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memperoleh kemudahan dengan fasilitas umum tersebut sehingga penulis/peneliti merasa bertanggungjawab dalam membantu kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tesis dengan judul Tinjauan Terhadap Fungsi Pelayanan Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Kajian Terhadap Fungsi Pelayanan Publik Dibidang Infrastruktur Di Kota Jayapura Di Era Otonomi Khusus) B. Rumusan Masalah xviii

Terkait dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana fungsi pelayanan menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009?. Guna mendapatkan solusi permasalahan tersebut maka perlu dikaji hal-hal sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan tentang fungsi pelayanan publik dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Kota Jayapura? 2. Apa saja kendala-kendala yuridis pengaturan tentang pelayanan pubik dibidang pembangunan infrastruktur di Kota Jayapura? 3. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yuridis yang dihadapi dalam melaksanakan fungsi pelayanan bidang pembangunan infrastruktur? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan, menjelaskan dan mengevaluasi secara hukum yang berkenaan dengan pelayanan Pemerintah Kota Jayapura terhadap masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana permasalahan yang telah dikemukakan dirumusan masalah, maka penelitian ini di lakukan dengan tujuan-tujuan untuk : 1) Mengetahui bagaimana pengaturan tentang fungsi pelayanan publik dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat? 2) Mengidentifikasi apa saja kendala-kendala yuridis yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Jayapura dalam pelaksanaan fungsi pelayanan bidang pembangunan infrastruktur? 3) Mengkaji upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yuridis yang dihadapi dalam melaksanakan fungsi pelayanan bidang pembangunan infrastruktur? xix

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum berdasarkan Peraturan Kabupaten/Kota 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan solusi yang konkrit bagi Pemerintah Kota Jayapura dalam upaya mensejahterahkan masyarakat yaitu memberikan pelayanan yang efektif bagi masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Umbu Ngailo Pasalang tentang kinerja Pemerintah Provinsi dalam upaya meningkatkan pelayanan publik di Sumatra Utara. Dalam penelitian tersebut Umbu Ngailo Pasalang mempertanyakan bagaimana pelaksanaan pelayanan yang efektif dalam upaya meningkatkan kinerja Pemerintah Provinsi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umbu Ngailo Pasalang menyimpulkan bahwa kinerja yang baik yaitu harus memperhatikan keinginan masyarakat, serta melayani sebelum masyarakat merasa gerah. Dengan demikian Pemerintah Provinsi harus mampu membaca kebutuhan yang lebih diutamakan oleh masyarakat. xx

Pendapat penulis apa yang telah diteliti oleh Umbu Ngailo Pasalang mengkaji tentang mekanisme palayanan yang efektif, oleh karena itu peneliti mencoba lebih menekankan pada pelayanan yang bersifat langsung yaitu pelaksanaan fungsi pelayanan publik pemerintah kota Jayapura dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang pembangunan infrastruktur di Era Otonomi Khusus dan penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain. F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan tesisini dibagi dalam lima bab dan dalam setiap bab dibagi dalam beberapa sub bab, yaitu : BAB I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka dan sistematika penulisan BAB II Landasan Teori Bab ini menjelaskan secara singkat dasar penjelasan baik secara hukum, peraturan maupun bentuk keputusan yaitu dasar hukum (Juridische Gelding), dasar sosiologis (Sociologische Gelding), dasar diskresi (Bentuk hukum keputusan) dan teori pendukung yang bisa menjawab permasalahan penelitian yaitu teori hukum dan teori sosilogi dilihat dari presfektif hukum serta teori yang berkenaan dengan pelayanan dan pembangunan. xxi

BAB III Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan tentang Jenis peelitian, Tipe Penelitian terdiri dari Sumber Data, Lokasi Penelitian, Cara Pengumpulan Data, Variabel Penelitian, Analisis Data BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan Bab ini membahas dan menguraikan hasil penelitian di lapangan antara lain pembangunan jalan, pembanguanan sarana pendidikan dan pembangunan sarana kesejahatan yang menitik beratkan pada kesejahteraan masyarakat di Era Otonomi Khusus. BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran/rekomendasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA xxii