ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

Terjemahan Naskah International Treaty on Plant GeneticResources for Food and Agriculture

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE

The 4 th Session of the Governing Body of the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture Tahun 2011;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

RANCANGAN TUGAS TATAP MUKA (PERTEMUAN) KE-12

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

2013, No.73.

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

JURNAL PERJANJIAN INTERNATIONAL

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

A. Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia yang Berkaitan dan Mendukung Konvensi

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2011 TENTANG KEBUN RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL(PPM) ATAU MATERIAL TRANSFER AGREEMENT (MTA)

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Transkripsi:

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN Oleh DR (IPB) H. BOMER PASARIBU, SH,SE,MS.* SOSIALISASI UU NO 4 TH 2006 Tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai Sumberdaya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan Pertanian (International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture) Diselenggarakan oleh BALITBANG DEPTAN RI Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor, 2 & 3 Agustus 2006 HPWD (Himpunan Ahli Perencanaan & Pembangunan Wilayah dan Perdesaan), Mantan Menteri Tenaga

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN Oleh DR (IPB) H. BOMER PASARIBU, SH,SE,MS.* SOSIALISASI UU NO 4 TH 2006 Tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai Sumberdaya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan Pertanian (International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture) Diselenggarakan oleh BALITBANG DEPTAN RI Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor, 2 & 3 Agustus 2006 I. PENDAHULUAN Setelah melalui pembahasan dan analisis kritis terhadap Rancangan Undang- Undang tentang Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, akhirnya pada Sidang Paripurna bulan Februari 2006 Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan rancangan undang-undang itu menjadi Undang- Undang No 4 Tahun 2006. Dewan Perwakilan Rakyat berusaha keras untuk mengesahkan undang-undang tersebut karena dua alasan utama, yaitu (1) menyadari bahwa sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan aset yang harus segera dikelola secara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi sekarang dan yang akan datang, dan (2) Undang-Undang tentang Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian merupakan instrumen utama dalam pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian. 1

Dengan disahkannya undang-undang tersebut Indonesia menjadi salah satu dari 103 negara yang menyetujui Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (SDGTPP) dan secara otomatis Indonesia menjadi anggota Badan Pengatur (Governing Body) Perjanjian tersebut. Pengesahan undang-undang tersebut akan bermakna dan segera menghasilkan manfaat apabila segera ditindaklanjuti secara sistimatis dan terencana dengan baik. II. RENCANA AKSI IMPLEMENTASI PERJANJIAN SDGTPP A. MELAKSANAKAN ISI PERJANJIAN SDGTPP B. MELAKSANAKAN ISI DOKUMEN KOMPLEMENTER SEBAGAI KESEPAKATAN MENGIKAT ANTARA PEMERINTAH DAN DPR DALAM PENGESAHAN UU NO 4 TAHUN 2006 Rencana aksi Perjanjian SDGTPP perlu ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi awal yang telah ada yang meliputi kebijakan, kelembagaan, dan perundang-undangan dan peraturan. Tindak lanjut yang telah dilakukan dan beberapa pemikiran rencana aksi yang akan dilakukan dalam rangka implementasi Perjanjian tersebut disampaikan pada uraian di bawah ini. Untuk itu perlu dituangkan dalam RKAKL setiap jajaran pemerintahan terkait disertai dukungan anggaran yang jelas. 1. BERPARTISIPASI AKTIF SEBAGAI: GB=GOVERNING BODY (BADAN PENGATUR) PERJANJIAN SDGTPP Badan Pengatur selain mempunyai fungsi strategis dalam mendorong implementasi perjanjian ini, juga bertugas menetapkan sasaran mobilitas pendanaan bagi kegiatan, rencana, dan program prioritas di negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam peralihan. Mengingat pentingnya fungsi Badan Pengatur tersebut, Indonesia sebagai negara mega biodiversity berada pada posisi yang strategis menjadi anggota Badan Pengatur. Tentu saja hal ini mempunyai konsekuensi bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan 2

Sumber Daya Manusia dan kelembagaan agar dapat berperan aktif dalam pelaksanaan perjanjian ini. Pada bulan Juni 2006 Indonesia telah berpartispasi aktif dalam Sidang Pertama Badan Pengatur Perjanjian SDGTPP yang dilaksanakan di Madrid, Spanyol. 2. MENJADIKAN PERJANJIAN SDGTPP SEBAGAI: STIMULATOR DAN MOTIVATOR DALAM REVITALISASI PERTANIAN Revitalisasi pertanian telah dicanangkan oleh Presiden pada tanggal 11 Juni 2005 dengan tujuan untuk mencapai ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut ialah menjamin ketersediaan bibit atau varietas unggul. Bibit atau varietas unggul dapat dirakit oleh pemulia tanaman apabila tersedia SDGTPP yang sesuai dengan yang diinginkan. SDGTPP yang diinginkan oleh pemulia kemungkinan berada pada kendali negara lain. Untuk itu pemulia Indonesia perlu mengakses SDGTPP di negara lain. Dengan sistem multilateral, pemulia dijamin untuk dapat mengakses SDGTPP dan melakukan pembagian keuntungan yang adil dan setara dari hasil akses SDGTPP tersebut. Sebaliknya, dengan sistem bilateral pemulia tidak dijamin berhasil dalam mengakses SDGTPP yang dibutuhkannya. 3. MENJADIKAN PERJANJIAN SDGTPP SEBAGAI: INSTRUMEN PENJAMIN Dengan mengesahkan Perjanjian SDGTPP ini, hak berdaulat negara kita terhadap tanaman pangan dan pertanian dijamin akan diakui oleh negara lain atau para Pihak. Kedaulatan negara tersebut termasuk menentukan akses sumber daya genetik oleh para Pihak dan pembagian keuntungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan internasional. Agar dapat menjamin kedaulatan negara, kedaulatan pangan, ketahanan pangan dan biosecurity, perlu disiapkan peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan fasilitas, pembangunan kapasitas Sumber 3

Daya Genetik. Peraturan perundangan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian baik naskah kajian akademik maupun draft RUU-nya, antara lain: 1) Rancangan Undang-Undang tentang Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik; 2) Rancangan Undang-Undang tentang Indikasi Geografis (Geographycal Indication) yang mengatur reputasi produk spesifik lokasi; 3) Berbagai Peraturan Perundang-undangan, seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dan Peraturan Daerah yang relevan. 4. MEMBANGUN DAN MENINGKATKAN PERAN LEMBAGA PENELITIAN DAN NON PENELITIAN Kelembagaan yang kuat dan kredibel perlu dibangun dan ditingkatkan dalam rangka implementasi Perjanjian SDGTPP. Kelembagaan non penelitian yang dibentuk oleh Departemen dan non Departemen, misalnya Komisi Nasional Plasma Nutfah, Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan, Pusat Informasi Keanekaragaman Hayati Hutan, National Biodiversity Information Network, dan lainnya perlu ditingkatkan peran dan fungsinya. Kelembagaan penelitian dan pengembangan yang ada pada departemen teknis, perguruan tinggi, dan non departemen juga perlu ditingkatkan perang dan fungsianya Dalam rangka pembangunan sistem dan kelembagaan serta capacity building bagi pengembangan pelaksanaan Perjanjian SDGTPP, diperlukan peningkatan peran dan fungsi agar SDGTPP dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam membangun dan mengembangkan kelembagaan tentunya mencakup sumber daya manusia, fasilitas, dan pendanaan, dan manajemen. Khusus dalam hal fasilitas, perlu pembangunan Bank Gen yang layak untuk menyimpan SDGTPP. 5. MENJADIKAN PERJANJIAN INI SEBAGAI: PENDORONG MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 4

MDGs merupakan program pembangunan yang dicanangkan oleh PBB dengan delapan tujuan. Tujuan ini berkait langsung dengan kemanusian dan lingkungan termasuk sumber daya alam. Di antara tujuan ini yang berkait langsung dengan Perjanjian SDGTPP adalah tujuan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan pelestarian lingkungan termasuk sumber daya alam. Sebagian besar petani Indonesia merupakan kelompok yang tergolong miskin. Kemiskinan ini disebabkan oleh antara lain belum dikenal dan diakuinya hak-hak mereka dalam pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan dan pertanian, sehingga peran dan jasa dalam pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan dan pertanian belum mendapat perhatian dan imbalan yang layak. Pengetahuan tradisional yang mereka miliki belum secara resmi diakui, sehingga penerapannya tidak diimbangi insentif yang sesuai. Dengan adanya pasal yang menjamin hak petani dalam Perjanjian ini (Pasal 9), nasib petani dilihat dari jasa pelestarian dan penerapan pengetahuan tradisionalnya mendapat peluang perbaikan. Peluang ini tertuang dalam hak pembagian keuntungan dan hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pelestarian lingkungan termasuk sumber daya alam adalah inti Perjanjian sumber daya genetik tanaman untuk Pangan dan Pertanian. Pelestarian ini dituangkan ke dalam Pasal 6 Perjanjian SDGTPP yang mendorong Pihak untuk mengupayakan langkah pemanfaatan dengan kebijakan dan langkah hukum. Aksesi Perjanjian ini berarti lebih mendorong Indonesia untuk berperanan lebih aktif dalam pencapaian MDGs dalam hal pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. 6. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERMASUK HUBUNGAN ANTARNEGARA Negara Pihak Perjanjian akan memperoleh hak mendapatkan bantuan pembangunan kapasitas (capacity building) yang dapat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia. Program pembangunan kapasitas tersebut dilakukan melalui pelatihan, pendidikan dan fasilitasi yang 5

terkait dengan upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya genetik tanaman. Bagi para peneliti dan pelaku pengelolaan sumber daya genetik, melalui Perjanjian dapat memperoleh alih teknologi yang terkait dengan teknologi untuk konservasi, karakterisasi, evaluasi, dan pemanfaatan sumber daya genetik. Dipandang dari sudut kedaulatan IPTEK, maka Indonesia seharusnya tidak hanya menerima alih teknologi dari negara lain saja, tetapi harus juga mampu memberikan alih teknologi ke negara lain yang membutuhkan. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila pengembangan Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan sumber daya genetik telah berhasil dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia meliputi pelatihan dan pendidikan. 1) Pelatihan yang perlu dilakukan mencakup beberapa aspek, yaitu: Pelestarian dan Pemanfaatan SDGTPP bagi para peneliti muda; Pelestarian dan SDGTPP bagi masyarakat sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) SDGTPP; Pengayaan koleksi SDGTPP oleh masyarakat; Pelestarian dan Pemanfaatan SDGTPP bagi kalangan guru biologi di tingkat SD, SMP, dan SMA 2) Pendidikan yang perlu dilakukan mencakup beberapa aspek, yaitu: Pengembangan kurikulum tentang pelestarian dan pemanfaatan SDGTPP di Perguruan Tinggi (S1, S2, dan S3); Penyusunan buku-buku seri tentang SDGTPP, teknologi pelestarian dan pemanfaatannya. 3) Disamping itu, fasilitas pendukung pelestarian dan pemanfaatan SDGTPP perlu ditingkatkan, yang meliputi: Pembangunan Bank Gen; Pengembangan Sistem Koleksi hidup ex situ SDGTPP. 6

4) Sistem Kerja Pengelolaan SDGTPP juga perlu dikembangkan, dengan membangun: Sistem Insentif bagi Pengelola SDGTPP Organisasi Pengelola SDGTPP. 7. RENCANA AKSI LAINNYA DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PERJANJIAN SDGTPP. Dengan Indonesia mengesahkan Perjanjian mengenai SDGTPP, maka untuk dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya terhadap SDGTPP yang diperjanjikan, ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan: 1) Penguatan pemuliaan tanaman meliputi peningkatan kemampuan pemulia dan pengembangan ilmu pemuliaan, termasuk pemanfaatan bioteknologi. 2) Peningkatan kemampuan dan jumlah pemulia serta infrastrukturnya untuk menangani kegiatan-kegiatan mulai dari eksplorasi, koleksi, karakterisasi, dokumentasi, dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembangunan pertanian yang berorientasi peningkatan kesejahteraan petani. 3) Penguatan sistem perbenihan, termasuk harmonisasi peraturan perbenihan pada tingkat nasional maupun internasional. Disamping itu pengembangan sistem perbenihan dan industri perbenihan yang mampu memenuhi kebutuhan benih nasional, mengurangi ketergantungan pada benih impor dengan tetap mendorong peran serta masyarakat dan mengakomodasikan kondisi-kondisi yang memelihara keanekaragaman genetik. 4) Penelusuran/penggalian asal usul dan perkembangan sumber daya genetik hasil karya petani, swasta, maupun lembaga Pemerintah, baik yang terdapat di dalam negeri maupun di negara lain, dan mengusahakan untuk mendapatkan pengakuan dari Badan Pengatur bahwa sumber daya genetik 7

tersebut berasal dari Indonesia. Hal ini berhubungan dengan perhitungan porsi pembagian keuntungan yang diperoleh dari royalti. 5) Pemanfaatan sumber daya genetik tradisional yang selama ini ditinggalkan; 6) Pemanfaatan aksesi sumber daya genetik dari pihak luar melalui sistem multilateral; 7) Pemanfaatan aksesi sumberdaya genetik untuk memperluas dan meningkatkan usaha diversifikasi pangan. 8) Dalam memanfaatkan sumber daya genetik, baik yang berasal dari kerjasama bilateral maupun dengan FAO harus menjamin adanya dominasi lokal dalam penguasaan teknologi, pengembangan sumber daya manusia dan keuntungan secara finansial. 9) Sebagai konsekuensi dari pengesahan Perjanjian SDGTPP, maka DPR-RI sepakat memberikan dukungan politik baik dalam bentuk kebijakan maupun dalam bentuk anggaran, dan sekaligus akan menggunakan fungsi pengawasan yang dimilikinya untuk memantau dan mengevaluasi berbagai program yang telah disetujui serta mengusahakan jaminan kesinambungannya serta ikut mewakili pertemuan-pertemuan internasional yang berhubungan dengan Perjanjian SDGTPP. III. PENUTUP 1. Setelah Indonesia mengaksesi Perjanjian SDGTPP dengan UU No 4 Tahun 2006 perlu diperluas upaya sosialisasi kepada seluruh stakeholders terutama pihak pengambil keputusan, Pemerintah, kalangan DPR, Perguruan Tinggi, dan masyarakat pertanian serta lingkungan. 2. Selanjutnya action plan ditungkan dalam RKAKL dan dilaksanakan secara konkrit disertai evaluasi dan proyeksi untuk kemajuan realisasinya setiap tahun. 8