SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK SUNGAI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

KAJIAN LEBAR BANGUNAN PELIMPAH TIPE LENGKUNG TERHADAP ELEVASI MUKA BANJIR (STUDI KASUS WADUK TENAYAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

ANALISA KEANDALAN KOLAM TANDON AIR BAKU DENGAN INLET DARI PARIT YANG DIPENGARUHI OLEH PASANG SURUT

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

Kata kunci: evapotranspirasi, Metode Penman, Metode Mock, Metode Wenbul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

BAB IV METODE PENELITIAN

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

I. PENDAHULUAN. Hal 51

EVALUASI KESEIMBANGAN AIR DALAM PENGOPTIMALAN DAERAH IRIGASI (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI PETAPAHAN KABUPATEN KAMPAR)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

PERENCANAAN EMBUNG BLORONG KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH. Muhammad Erri Kurniawan, Yudha Satria, Sugiyanto *), Hari Budieny *)

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

PERENCANAAN EMBUNG SEMAR KABUPATEN REMBANG. Muchammad Chusni Irfany, Satriyo Pandu Wicaksono, Suripin *), Sri Eko Wahyuni *)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

PENENTUAN KAPASITAS DAN TINGGI MERCU EMBUNG WONOBOYO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI DESA CEMORO

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

KESEIMBANGAN AIR DI KECAMATAN TELUK PAKEDAI, KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Desain Penelitian Partisipan... 35

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ANALISIS DEBIT SUNGAI MUNTE DENGAN METODE MOCK DAN METODE NRECA UNTUK KEBUTUHAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Latowu Provinsi Sulawesi Tenggara Guna Penyediaan Air Baku dan Air Irigasi JURNAL

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh.

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

PERENCANAAN EMBUNG TAMANREJO KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL. Bachtiar Khoironi Wibowo, Arvie Narayana, Abdul Kadir *), Dwi Kurniani *)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT

PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR

Transkripsi:

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT Mudjiatko 1, Mardani, Bambang 2 dan Andika, Joy Frester 3 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Riau mudjiatko@gmail.com ABSTRAK Embung sungai Paku terbentuk sebagai akibat dari pembendungan pada sungai Paku yang awalnya diperuntukkan sebagai sumber air tanaman pada 830 Ha lahan produktif di DI Sungai Paku. Alih fungsi lahan menjadi kolam dan kebun kelapa sawit menyebabkan lahan produktif berkurang menjadi 373 Ha. Wacana embung ini sebagai sumber air baku bagi masyarakat muncul akibat sudah tidak maksimalnya pemanfaatan sumber air pada embung. Pengukuran bathimetri embung dilakukan untuk mendapatkan kurva lengkung kapasitas embung. Pengukuran debit keluar juga dilakukan untuk mengetahui besarnya pengurangan air embung untuk kebutuhan air tanaman. Air masuk ke dalam embung bersumber dari hujan pada daerah aliran sungai Paku. Metode debit andalan F.J. Mock digunakan untuk mengetahui besarnya debit andalan maksimum yang terjadi yakni pada bulan April sebesar 2,5217 m3/detik dan minimum pada bulan Desember sebesar 0,7150 m3/detik. Kebutuhan air baku bagi masyarakat dihitung berdasarkan jumlah penduduk 3 desa di sekitar embung dengan tahun 2015 sebagai tahun dasar dan menghasilkan debit kebutuhan sebesar 0.0066 m3/detik. Analisis neraca air memperlihatkan bahwa terjadi defisit air pada bulan Agustus sebesar 0,1087 m3/detik dengan volume kekurangan sebesar 291,124.914 m 3. Sedangkan dari nilai kapasitas tampungan hidup yang ada pada embung ini sebesar 2,497,988.579 m 3 mampu menutupi kekurangan air yang terjadi. Sehingga embung ini selain sebagai sumber air tanaman juga mampu memenuhi kebutuhan air baku bagi masyarakat di 3 desa sekitar embung sungai Paku. Keywords : air baku, embung, kurva lengkung kapasitas, kapasitas tampungan hidup 1. PENDAHULUAN Embung Sungai Paku terbentuk dari proses pembendungan pada sungai Paku yang memberikan dampak genangan seluas lebih kurang 265 Ha. Genang ini memberikan potensi air yang cukup besar untuk multi keperluan seperti sebagai penyediaan air tanaman, perikanan jaring apung dan wisata. Sebagai dampak iklim yang terjadi, di mana musim kemarau yang cukup panjang dan alih fungsi lahan serta kegiatan ilegal logging di DAS sungai paku yang cukup besar menyebabkan terjadinya penurunan debit masuk ke embung. Hal ini berdampak pada menurunnya kemampuan embung memenuhi kebutuhan air tanaman bagi 830 Ha lahan potensi yang ada. Sehingga memberikan dampak proses alih fungsi lahan potensi untuk pertanian sawah ke lahan perkebunan sawit dan karet serta perikanan darat. Alih fungsi ini memangkas lahan produktif menjadi seluas 373 Ha. Sisa kegiatan ilegal logging yang terjadi pada hulu DAS sungai Paku ini menyebabkan penumpukan material pada bangunan bagian pintu dan spillway yang berdampak pada penurunan efektivitas pintu dalam penyediaan air tanaman. Sistem perawatan terhadap bendung yang ada sampai saat ini berlangsung tidak secara menerus dan tidak pada usaha peningkatan efektivitas dan kapasitas embung. Hal ini yang memperparah kondisi dari embung dan bendung sungai Paku ini. Wacana penyediaan air baku untuk instalasi penyediaan air bersih (SPAM) bagi 3 desa di sekitar embung sungai paku ini sebagai usaha pemerintah untuk mengefektifkan penggunaan potensi air embung untuk sebesar besarnya dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga diperlukan kajian simulasi potensi dan kapasitas embung dalam pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat tersebut. Tujuan simulasi ini adalah untuk mengetahui kondisi keseimbangan air embung terhadap penyediaan kebutuhan air baku, air tanaman dan kehilangan air yang terjadi. Simulasi ini akan memberikan manfaat 73

berupa informasi waktu kritis dari embung dan usaha mengatasinya, sebagai referensi dan rekomendasi bagi pengelola terkait pengelolaan potensi-potensi yang ada, memberikan gambaran bagi masyarakat akan potensi embung Sungai Paku bagi kehidupan sehingga dapat memacu masyarakat dalam menjaga dan melestarikan keberadaan embung ini dan sebagai sumber referensi bagi penelitian sejenis Gambar 1. Potensi Embung dan kondisi pintu serta alih fungsi lahan yang terjadi Kapasitas tampungan (reservoir capacity) suatu embung merupakan kapasitas total yang mampu ditampung. Kapasitas tampungan terdiri dari kapasitas aktif (active storage) yaitu volume tampungan yang dapat dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air dan kapasitas mati (dead storage) yaitu volume tampungan untuk sedimen. Menurut Soedibyo (2003), kapasitas tampungan embung dapat dihitung dengan menggunakan metode topografi melalui tahapan penentuan lokasi as bendungan berdasarkan peta topografi dengan skala 1:10000 dan beda tinggi kontur 5 meter atau 10 meter. Seterusnya dicari luas untuk setiap elevasi kontur, kemudian ditentukan volume yang dibatasi oleh 2 garis kontur yang berurutan. Volume antara 2 garis kontur yang berurutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1 V n = h ( Fn 1 + Fn + Fn Fn 1 ) (1) 3 dengan : Vn = volume genangan pada elevasi ke-n h = perbedaan tinggi antara dua kontur/elevasi Fn-1 = luas genangan sebelum elevasi ke-n Fn = luas genangan pada elevasi ke-n Kapasitas tampungan embung dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu tampungan hidup (live storage) yaitu jumlah air dapat dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air baik itu untuk irigasi, air baku, PLTA, atau untuk memenuhi kebutuhan air lainnya dan tampungan mati (dead storage) yaitu volume tampungan yang dimanfaatkan untuk menampung sedimen. Gambar 2. Kapasitas tampungan embung Berdasarkan Gambar 2 diatas diketahui bahwa tampungan hidup (live storage) adalah jumlah air yang berada diantara elevasi outlet sampai elevasi spillway, dan tampungan mati (dead storage) yaitu jumlah air yang berada dibawah elevasi outlet. Maka tampungan hidup (live storage) suatu embung dapat dihitung dengan persamaan berikut. V hidup = V elevasi spillway V elevasi outlet (2) Neraca air di embung menggambarkan suatu kondisi seimbang antara air yang masuk (inflow) dengan air keluar (outflow) dari embung tersebut. Sehingga diketahui perubahan volume tampungan ( S) embung dan mengikuti persamaan kontinuitas yaitu (Triatmojo) : I O = ± S R + Qi + Gi ET0 Qo Go ± S = 0 (3) dengan: R = hujan 74

Qi, Qo = debit aliran masuk dan keluar ET0 = evapotranspirasi Gi, Go = aliran air tanah masuk dan keluar S = perubahan volume tampungan Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap ke udara bergerak dari permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melalui tanaman. Bersumber dari Rahmayeni (2010) bahwa untuk menganalisa evapotranspirasi acuan (ETo) non standar empat variabel menggunakan rumus Penman- Modifikasi seperti yang telah direkomendasikan oleh Kananto (1995). Langkah perhitungan dengan metode Penman Modifikasi adalah mengikuti Persamaan 2 seperti di bawah Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial. Faktor-faktor umum yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah temperatur udara (t), kelembaban udara (RH), kecepatan angin (U), dan sinar matahari (n/n) yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Sedangkan perhitungan besarnya evapotranspirasi yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan Rumus Penmann modifikasi berikut ini. Eto = C(W. Rn + (1 W). f(u). (ea ed) (4) Analisa debit andalan pada sungai digunakan metode F.J. (Mock Mock, 1973) yang didasarkan pada jarang tersedianya catatan data debit dalam jangka waktu 20 tahun atau lebih dan juga karena metode ini memberikan penghitungan yang relatif sederhana untuk bermacam-macam komponen berdasarkan hasil riset daerah aliran sungai di seluruh Indonesia. Adapun skema perhitungan debit dengan metode Mock dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 3. Skema perhitungan debit dengan metode Mock Sumber : KP-01 Jaringan Irigasi, 1986 Perhitungan besarnya kebutuhan air baku bagi penduduk di suatu wilayah digunakan standar kebutuhan air bersih yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya (2000) berupa standar kebutuhan air ada berupa Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Standar kebutuhan air non domestik yaitu kebutuhan air bersih di luar keperluan rumah tangga. 2. METODOLOGI Lokasi embung Sungai Paku terletak di kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau pada koordinat 00 o 03 32,6 LU dan 101 o 10 30,1 BT seperti pada Gambar 4. Kebutuhan data data dalam analisa didapat dengan pengukuran langsung di lapangan (data primer) maupun dari berbagai instansi terkait (data sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan dengan melaksanakan pengukuran bathimetri untuk mendapatkan kontur bawah permukaan embung. Pengukuran kecepatan aliran pada saluran dan ketinggian air pada pintu pintu outlet dan spillway bendung dilakukan untuk mengetahui besarnya air yang keluar dari embung. Penggunaan air yang keluar embung diperhitungkan berdasarkan hasil simulasi pola tanam eksisting. Selanjutnya data klimatologi stasiun stasiun Koto Baru Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar selama 14 tahun (2000 2013) digunakan untuk mengetahui besarnya kehilangan air akibat penguapan pada lahan dan embung. 75

Peta Provinsi Riau Lokasi Gambar 4. Peta lokasi embung Sungai Paku Metode Mock digunakan untuk memperkirakan besarnya debit yang masuk pada embung berdasarkan data curah hujan selama 14 tahun terakhir (2000 2013) dari stasiun hujan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Hal ini dilakukan mengingat tidak tersedianya data tercatat terhadap besarnya debit yang masuk pada embung Sungai Paku ini. Prediksi kebutuhan air baku dilakukan dengan dasar data jumlah penduduk di 3 desa yaitu kelurahan Lipat Kain, desa Sungai Geringging, dan desa Sungai Paku selama 8 tahun terakhir (2006-2013). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara mulai dari penyediaan data sampai kepada analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang tergambar pada Gambar 5. berikut. A B C D A B C D 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kontur Bawah Permukaan Gambar 5. Diagram Alir Penelitian Kontur bawah permukaan hasil dari kegiatan bathimetri digunakan sebagai dasar perhitungan kapasitas embung Sungai Paku. Bentuk kontur dasar permukaan ini diperlihatkan pada Gambar 6. Nilai kontur yang digunakan dalam analisa adalah kontur elevasi 16.0 m dari permukaan laut (dpl) sebagai kontur minimal dan 76

kontur elevasi 26.0 m dpl sebagai elevasi maksimum. Hasil perhitungan kapasitas embung diperlihatkan pada Gambar 7. dalam bentuk hubungan antara elevasi, luas dan volume genangan embung. Gambar 6. Kontur bawah permukaan embung Sungai Paku Gambar 7. Lengkung kapasitas embung Lengkung kurva kapasitas embung yang didapat ini memperlihatkan bahwa kapasitas optimal embung terjadi pada elevasi +22.94 m dpl dan mempunyai luas genangan sebesar ± 2.652.613,693 m 2 dengan volume genangan embung sebesar ± 6.745.341,191 m 3. Analisis Ketrsediaan Air Evapotranspirasi (Et o) bulanan yang terjadi pada embung berdasarkan metode Penman Modifikasi diperlihatkan dalam bentuk Gambar 8. Gambar 8. Evapotranspirasi (Eto) Gambar 9. Debit andalan metode Mock Nilai evapotranspirasi bulanan ini akan mempengaruhi besarnya debit aliran yang masuk ke dalam embung berdasarkan metode Mock. Hasil analisis yang diperhitungan dengan keandalan 80% (Gambar 9). Fenomena kejadian debit maksimum pada Sungai Paku terjadi pada bulan April dan debit minimum terjadi pada bulan Agustus sehingga fenomena debit minimum sesuai dengan fenomena penguapan yang besar pada periode yang sama sehingga tergolong pada bulan kering. Kehilangan Air Kehilangan air (outflow) diartikan sebagai air yang keluar dari embung baik secara alami maupun secara disengaja berupa akibat dari evaporasi, melalui outlet pada pintu, spillway dan kebocoran pada pintu bilas. Hasil perhitungan kehilangan air (outflow) melalui pintu dan spillway memperlihatkan bahwa pengeluaran air dari embung selama bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan Desember yaitu sebesar 0,7029 m 3 /dtk. Sedangkan pada bulan lainnya terjadi penurunan kehilangan sebagai akibat dari kondisi curah hujan yang rendah dan sebagian kegiatan pertanian memasuki masa bera pada bulan tersebut. Sehingga debit yang hilang dari embung dianggap konstan pada bulan bulan ini yaitu sebesar 0,4888 m 3 /dtk (Gambar 10). Sedangkan kehilangan air akibat evaporasi yang terjadi pada embung Sungai Paku dapat dihitung dengan menggunakan rumus herbeck (1962) diperlihatkan pada Gambar 11. Evaporasi yang terjadi pada embung Sungai Paku tidak terlalu ekstrem. Evaporasi maksimum terjadi pada bulan Oktober dan Desember dan evaporasi minimum terjadi pada bulan Juni. 77

Gambar 10. Debit yang keluar dari outlet Gambar 11. Evaporasi pada Embung Kebutuhan Air Baku Kebutuhan air baku bagi masyarakat dihitung berdasarkan prediksi jumlah penduduk desa desa di sekitar embung Sungai Paku di Kecamatan Kampar Kiri ini diproyeksikan ke tahun 2015 dengan menggunakan metode polinomial orde 2 ( y = 32,625x 2-130941,3869x + 131391877, 92262 ). Konsumsi air bersih per orang per hari berdasarkan standar Ditjen Cipta Karya (2000) yaitu 82.5 l/org/hari menghasilkan kebutuhan air baku (Gambar 12). Selanjutnya, total kehilangan air (outflow) dari embung Sungai Paku melalui pintu dan spillway serta pengurangan air akibat penggunaan untuk air baku setiap bulannya dijumlahkan dan diperlihatkan pada Gambar 13. Gambar 12. Kebutuhan Air Baku Masyarakat Gambar 13. Total debit keluar embung Gambar di atas memperlihatkan bahwa besarnya outflow masih dominan dipengaruhi oleh pengurangan air melalui pintu dan spillway bendung sedangkan besarnya debit pengurangan akibat konsumsi air baku dan evaporasi tidak signifikan berpengaruh terhadap pengurangan secara total. Simulasi kebutuhan air Simulasi dilakukan dengan mengombinasikan antara debit inflow dan total outflow terhadap kapasitas embung. Simulasi ini menggunakan parameter air baku sebagai parameter perubah terhadap total debit inflow dan debit outflow tersebut. Simulasi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan terhadap penggunaan air embung sebagai sumber air baku bagi masyarakat. Persamaan 3 digunakan untuk memperlihatkan besarnya debit masuk (inflow) dan debit air yang keluar (outflow) akan menjadi perubahan kapasitas tampungan embung Sungai Paku ( S). Selengkapnya analisis diperlihatkan pada grafik hubungan antara ketersediaan air dan pengurangan air (Gambar 14). Gambar 14 memperlihatkan bahwa pada bulan Agustus terjadi kekurangan air sebesar 0,1087 m 3 /dtk yang berarti bahwa dengan pola pengambilan air yang digunakan akan menyebabkan terjadinya defisit air pada embung dengan volume sebesar 291.124,914 m 3. Defisit air ini terjadi sebelum diperhitungkan besarnya tampungan hidup dari embung. Elevasi spillway terhadap referensi diperoleh sebesar 22,94 m dpl sedangkan elevasi outlet sebesar 21,94 m. Dengan demikian berdasarkan lengkung kapasitas embung pada Gambar 7 diperoleh volume tampungan embung pada elevasi spillway sebesar 6.745.341,191 m 3 dan volume embung pada elevasi outlet sebesar 4.247.352,612 m 3. Sehingga dapat dihitung volume tampungan hidup dengan menggunakan persamaan 2 yaitu sebesar 2.497.988,579 m 3. Nilai tampungan hidup ini lebih besar dari defisit air pada bulan Agustus yaitu sebesar 291.124,914 m 3. Maka dapat disimpulkan embung sungai paku mampu menutupi kekurangan air yang terjadi dan dapat digunakan sebagai sumber air baku bagi masyarakat. 78

Gambar 14. Hasil Simulasi ketersediaan air di embung Sungai Paku 4. KESIMPULAN Penelitian potensi dan kapasitas embung sungai paku terhadap pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat dapat disimpulkan bahwa debit andalan maksimum yang masuk pada waduk Sungai Paku terjadi pada bulan April dengan debit sebesar 2,5217 m 3 /detik sedangkan debit minimum terjadi pada bulan Desember sebesar 0,7150 m 3 /detik. Sehingga hasil simulasi total inflow dan outflow menunjukkan bahwa embung sungai Paku mampu mencukupi kebutuhan air baku bagi masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau atas bantuan dana penelitian yang diberikan kepada peneliti sehingga dapat merampungkan semua rangkaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Azhar, Taufiq. 2013. Studi Perencanaan Embung Kahabilangga Kecamatan Pahuga Lodu Kabupaten Sumba Timur. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi KP-01. Direktorat Jenderal Pengairan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Cipta Karya (2000), Petunjuk Teknis Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Jakarta. Garsia, Dafit. 2014. Analisis Kapasitas Tampungan Embung Bulakan Untuk Memenuhi Kekurangan Kebutuhan Air Irigasi Di Kecamatan Payakumbuh Selatan. Skripsi Jurusan Teknik Sipil S1. Pekanbaru : Universitas Riau Harto, Sri Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Irpan, Apdani. 2014. Analisa Kapasitas Embung Untuk Suplai Air Irigasi (Studi Kasus : Desa Sendayan, Kecamatan Kampar Utara). Skripsi Jurusan Teknik Sipil S1. Pekanbaru : Universitas Riau Kananto. (1995). Pemilihan Rumus Perhitungan Evapotranspirasi Acuan di Pulau Jawa Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Hal 555-562, Surabaya. Mock FJ., 1973, Land Capabilty Appraisal Indonesia, Water Availability Appraisal, Bogor, UNDP-FAO. Rahmayeni, F,. (2010). Analisa Kebutuhan Air Pada Daerah Irigasi Sei Tibun Kabupaten Kampar, Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Riau, Pekanbaru. Soedibyo. 1993. Teknik Bendungan. Jakarta : Pradnya Paramida. Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga. Sudarmanto. 2015. Kajian Antisipasi Defisit Air Daerah Irigasi Sei Paku Pada Kondisi Kering Meteorologis (Daerah Irigasi Sei Paku, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar). Skripsi Jurusan Teknik Sipil S1. Pekanbaru : Universitas Riau 79

Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi Offset Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset Wijaya, Mochamad Hasan. 2011. Perencanaan Embung Kendo Kecamatan Rasanae Timur Kabupaten Bima NTB. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November 80