BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem pendidikan nasioal yang sesuai dengan kondisi Negara yaitu. pembelajaran yang menyangkut pelajaran agama.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 2. dijadikan suatu bidang studi atau mata pelajaran dalam kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memahami peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Adopratama, 2011, hal Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. 1. berpengaruh positif bagi perkembangan individu. 2 Mortimer J.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Dengan adanya pendidikan maka sumber daya manusia bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. professional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risma Rosyanti,2013

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. berilmu sebagaimana termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun tentang Sistem pendidikan Nasional pada BAB 11 pasal 3 yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulis. Kemampuan bahasa Arab serta sikap positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan menuntut kualitas sumber daya manusia agar mampu berkiprah dalam bidang pendidikan secara profesional. Dalam hal ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa harus bisa dimunculkan dengan melahirkan suatu sistem pendidikan yang berdasarkan filosofis bangsa tersebut. Oleh sebab itu, usaha untuk melahirkan suatu sistem pendidikan nasioal yang sesuai dengan kondisi Negara yaitu berdasarkan pancasila harus terus dilaksanakan. Terlebih lagi dalam pembelajaran yang menyangkut pelajaran agama. 1 Pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bersifat formal. 2 Secara sistematis sekolah merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidik yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untu melakukan berbagai kegiatan belajar. 3 Pembelajaran merupakan suatu sitem atau proses pembelajaran yang 1 Muhammad Rajab, Pentingnya Pembelajaran Bahasa Arab ( Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 54 2 Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Dan Inovasi. (Yogyakarta: Teras, 2009), cet.1, hal.14 3 Oemar Hamalik, Kurikulum & Pembelajaran. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), cet.1, hal.3 1

2 direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. 4 Tujuan tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, shat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Pendidikan sebagai ilmu mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi dan pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan yang di antaranya adalah pendidik dan peserta didik yang melakukan kegiatan belajar mengajar. 6 Pendidikan tidak bisa terlepas dari perjalanan kehidupan manusia. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh karena itulah diperlukan pendidikan yang baik agar dapat 4 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual:Konsep Dan Aplikasi. (Bandung: PT Rafika Aditama, 2010), cet.1, hal.3 5 Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. (Bandung: Citra Umbara,2008), hal.6 6 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet.4, hal. 7

3 mensejahterakan bangsa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al- Alaq ayat 1-5 yang berbunyi: Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q. S. Al- Alaq: 1-5). 7 Surat Al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW, yang berisi himbauan kepada manusia agar manusia belajar membaca dan menulis, supaya dengan itu manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh melalui pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Selain melalui kegiatan pembelajaran secara formal, ilmu pengetahuan juga bisa diperoleh melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam perilaku manusia. Berdasarkan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Kewajiban untuk menuntut ilmu bahkan dijelaskan dalam Al- Qur an sehingga sudah tidak diragukan lagi urgensi pendidikan bagi manusia. Berkaitan dengan pendidikan terdapat beberapa hal yang termasuk didalamnya. Salah satu komponen yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses utama pendidikan. Dalam hal ini, interaksi guru dan peserta didik secara dialogis dan kritis merupakan 7 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), hal 2010

4 penentu efektivitas program pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran sebagai proses belajar dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meninggkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. 8 Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua peristiwa yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain yaitu peristiwa belajar dan mengajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab itu terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri atau para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (Black Box), walaupun kita tidak dapat melihat proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang, tapi setidaknya kita bisa menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum, yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 9 Sedangkan mengajar adalah usaha pendidik dalam mengatur lingkungan, terjadinya interaksi antar pendidik dan peserta didik, sehingga 57 8 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 62 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Bandung: Kencana Prenada Group : 2008), hal.

5 tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat terwujud apabila pendidik dapat mengimplementasikan model dan metode pembelajaran dengan tepat. Karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik atau guru sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Ruang lingkup kopetensi mata pelajaran Bahasa Arab, terbagi atas empat komponen yaitu, menyimak (istima ), berbicara (kalam), membaca (qira ah), dan menulis (kitabah) Sejarah mencatat bahwa Bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1h atau abad ke-7m, karena Bahasa Arab selalu terbawa kemana pun islam terbang. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Melalui analisis sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab, kemudian dari Bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut. Secara historis, inovasi dan perubahan pandangan dalam studi pembelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang bisa kita amati dari perkembangan dan inovasi dalam bidang pembelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1980-an. Secara umum

6 itulah gambaran perkembangan pasang-surut pembelajaran bahasa. Yang terpenting sekarang adalah pemahaman tentang hasil-hasil yang dicapai selama ini dalam studi pembelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan adalah studi pemerolehan bahasa. 10 Asumsi yang selama ini berkembang adalah bahwa Bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh bangsa Indonesia sejak Islam dikenal dan dianut oleh mayoritas bangsa kita. Jika Islam secara meluas telah dianut oleh masyarakat kita pada abad ke-13, maka usia pendidikan Bahasa Arab dipastikan sudah lebih dari 7 abad. Karena perjumpaan umat Islam Indonesia dengan Bahasa Arab itu paralel dengan perjumpaannya dengan Islam. Dengan demikian, Bahasa Arab di Indonesia jauh lebih tua dan senior dibandingkan dengan bahasa asing lainnya, seperti: Belanda, Inggris, Portugal, Mandarin, dan Jepang. 11 Namun demikian, jika dibandingkan dengan bahasa Inggris yang bercitra lebih baik, mengapa citra dan apresiasi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduk Muslim yang merupakan komunitas Muslim terbesar di dunia terhadap Bahasa Arab tampaknya kurang menggembirakan Posisi Bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci al-qur an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Selama ini tidak cukup memberikan daya dorong 10 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 40 11 Manshûr ibn Shâlih al-yûsuf, al-lughah al- Arabiyyah wa Tahaddiyat al- Ashr, http://www.suhuf.net.sa/2000jaz/dec/10/ar8.htm, diakses 27September 2015.

7 (inspirasi dan motivasi) bagi umat Islam untuk mau mengkajinya secara lebih intens. Studi Bahasa Arab di Indonesia hanya dipacu oleh semangat (motivasi) untuk memahami ajaran Islam semata, dan terbatas di kalangan kaum tradisional santri saja, sehingga studi Bahasa Arab kurang mendapatkan momentum untuk berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu dan menarik minat banyak kalangan, dan jika Bahasa Arab harus direfungsionalisasi, baik secara ilmiah-akademik maupun profesionalpragmatik, bagaimana hal ini dapat dilakukan. 12 Dari wacana diatas diketahui bahwa memang benar keberadaan Bahasa Arab khususnya sebagai sebuah mata pelajaran adalah masih dirasa kurang menarik dan sulit. Mata pelajaran Bahasa Arab, bagi sebagian besar peserta didik merupakan pembelajaran yang dianggap sulit karena Bahasa Arab bukan merupakan bahasa yang digunakan peserta didik sehari-hari, dan sering kali pembelajaran Bahasa Arab hanya fokus pada ketrampilan membaca dan menulis, sehingga Bahasa Arab menjadi bahasa tekstual yang jarang diaplikasikan sebagai bahasa komunikasi. Keadaan ini juga terjadi pada peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. Seperti hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan kurangnya keterampilan peserta didik dalam melakukan percakapan Bahasa Arab dan tidak adanya pembiasaan pelatihan mendengar dan berbicara Bahasa Arab. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran Bahasa Arab kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar, ditemukan 12 Al-Yûsuf, al-lughah, diakses 27 September 2015.

8 bahwa fokus pembelajaran Bahasa Arab adalah pada keterampilan membaca dan menulis. Kegiatan pembelajaran diawali dengan instruksi dari guru agar peserta didik membaca buku paket, LKS, dan bahan bacaan lainnya, kemudian menerjemahkan bersama dan mencatat mufrodat dalam buku tulis atau menjawab soal-soal. 13 Pembelajaran demikian menjadikan Bahasa Arab sebagai bahan pelajaran tekstual, padahal bahasa seharusnya bisa digunakan lebih interaktif. Berdasarkan dokumen nilai ulangan harian materi peralatan sekolah pada peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar, beberapa masih mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dokumen nilai materi peralatan sekolah MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar menunjukkan dari 23 peserta didik, terdapat 9 peserta didik (39,13%) memiliki nilai di atas KKM (75) dan 14 peserta didik (60,86%) memiliki nilai di bawah KKM (75). 14 Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang baik agar dapat berpengaruh positif pada hasil belajar melalui kegiatan belajar mengajar sehingga mempermudah peserta didik dalam menggali serta menerima informasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peranan metode untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Arab khususnya keterampilan mendengar dan berbicara sangat penting. Selain itu, metode juga sangat berperan dalam mempermudah peserta didik untuk mampu memiliki keterampilan mendengar dan berbicara Bahasa Arab. 13 Pengamatan pribadi kepada peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar pada tanggal 10 September 2015 14 Dokumen Nilai UH Mata Pelajaran Bahasa Arab tanggal 12 September 2015

9 Salah satu metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Bahasa Arab yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif mendengar dan berbicara di dalam kelas adalah dengan menggunakan metode Sam iyyah Syafawiyyah. Metode Sam iyyah Syafawiyyah adalah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab yaitu sami a yasma u sam an 15 dengan tambahan ya nasab yang memiliki arti mendengar. Adapun Syafawiyyah berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti yang dibibir, dimulut, atau dengan lisan. 16 Metode Sam iyyah Syafawiyyah adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa Arab agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki dengan cara mendengarkan dan berbicara. Dengan metode ini praktek-praktek penggunaan Bahasa Arab lebih ditekankan dan lebih banyak menggunakan kosakata-kosakata dan berbentuk muhawarah. Langkah-langkah metode Sam iyyah Syafawiyyah adalah guru menyajikan dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya, Peniruan dan penghapalan dialog/bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat secara serentak dan menghafalkannya, kemudian peserta didik disuruh mempraktekkannya di depan kelas dan sebisa mungkin peserta didik mampu menggunakan dalam bahasa sehari-hari. 17 Alasan pemilihan metode Sam iyyah Syafawiyyah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah para 15 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab. (Jakarta: PT.Mahmud Yunus Wa dzuriyah),hal.179. 16 Ibid, hal.200. 17 Hermawan, Metodologi Pembelajara..., hal.190.

10 peserta didik menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di drill, peserta didik dilatih memiliki pelafalan yang baik atau benar, peserta didik tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus menerus memberi respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. 18 Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, untuk menyikapi permasalahan tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Sam iyyah Syafawiyyah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Pada Peserta Didik Kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaiamana penerapan metode Sam iyyah Syafawiyyah pada mata pelajaran Bahasa Arab pokok bahasan peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar melalui metode Sam iyyah Syafawiyah mata pelajaran Bahasa Arab pokok bahasan peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan : 18 Ibid, hal. 192.

11 1. Mendeskripsikan penerapan metode Sam iyyah Syafawiyyah pada mata pelajaran Bahasa Arab pokok bahasan peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar melalui metode Sam iyyah Syafawiyyah mata pelajaran Bahasa Arab pokok bahasan peserta didik kelas IV MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmiah, khususnya tentang penerapan Metode Sam iyyah Syafawiyyah. 2. Secara praktis a. Bagi Peserta didik MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar 1) Siswa menjadi senang mempelajari Bahasa Arab dengan penerapan Sam iyyah Syafawiyyah. 2) Peserta didik menjadi mahir berkomunikasi Bahasa Arab. 3) Keaktifan dan hasil belajar siswa dapat meningkat. b. Bagi Guru MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar 1) Pemahaman konseptual teori dan praktis guru tentang pengajaran dan pemanfaatan meetode pembelajaran dapat ditingkatkan.

13 E. Definisi Istilah 1. Metode Pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal 2. Metode Sam iyyah Syafawiyyah adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa Arab agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki dengan cara mendengarkan dan berbicara. 3. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka setelah diberikan tes pada setiap akhir pembelajaran. F. Sistematika Penulisan Skripsi Susunan karya ilmiah akan teratur secara sistematis dan terurut secara alur penyajian laporan penelitian lebih terarah maka diperlukan sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi yang akan disusun adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, moto, persembahan, halaman kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak. 2. Bagian utama (inti), terdiri dari: a. Bab I Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, sistematika penulisan skripsi.

14 b. Bab II kajian pustaka, terdiri dari: Kajian teori tentang belajar dan pembelajaran, kajian tentang metode Sam iyyah Syafawiyyah, kajian tentang Bahasa Arab, dan kajian tentang hasil belajar, penelitian terdahulu, hipotesis tindakan, dan kerangka pemikiran. c. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: jenis penelitian, lokasi dan subjek penelitian, kehadiran peneli, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, indikator keberhasilan, dan tahap-tahap penelitian. d. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan, terdiri dari: paparan data tiap siklus, temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian. e. Bab V Penutup, terdiri dari : kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan, dan daftar riwayat hidup.