II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Lampung Saibatin Marga Pugung Tampak di Kecamatan Pesisir Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas

TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON SUMBERAGUNG KECAMATAN NGAMBUR KABUPATENPESISIR BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. masalah yang dihadapi, karena selain menjelaskan garis-garis yang cermat juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses menurut Ariyono Soeyono (1985:335) dalam kamus Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS. berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai-nilai keagamaan sebagai wujud ibadah kepada Allah. SWT, dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

PEDOMAN WAWANCARA. Saibatin yang tidak mempunyai anak laki-laki di Pekon Way Mengaku

Adopsi Menurut Kekerabatan Patrilineal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

LAMPIRAN. pekon negri ratu kecamatan ngambur kabupaten pesisir barat Lampung. : Assalamualaikum Wr.Wb pak, maaf menggagnggu waktu bapak.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Pada masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang, misalnya tradisi tolak bala, tradisi dalam perkawinan, tradisi lebaran dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat disebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan baik untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak baik dan berperadaban. Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan,kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1984; 1088). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bahwa tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S, Bedudu.2003 : 349). Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut adalah tradisi Bulangekh. Tradisi Bulangekh ini adalah sebuah kegiatan ritual yang dilakukan pada masa kehamilan,

9 yang biasanya dilakukan pada saat seorang calon ibu yang mengandung tua. Ritual ini dilakukan pada waktu kandungan berumur 5 dan 7 bulan. 2. Konsep Bulangekh Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat memiliki banyak bentuk kebudayaan dan salah satunya adalah tradisi Bulangekh Bulangekh ini merupakan suatu budaya yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Menurut Bapak Rianda selaku tokoh adat setempat mengungkapkan bahwa : Bulangekh dalam Bahasa Lampung adalah pengobatan dan tolak bala. Pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat lampung ini menggunakan jampi-jampi serta perlengkapan atau sarana tradisional. Pengobatan tersebut biasanya dilakukan untuk mengobati orang yang terkena guna-guna, orang kerasukan, orang gila, sanak inangan juga penyakit lain yang biasanya berkenaan dengan makhluk halus atau jin. Selain itu, dalam konteks bahasa Bulangekh adalah tolak bala. Jika merujuk pada makna yang digunakan oleh masyarakat lampung, dapat diartikan sebagai salah satu cara tolak bala dalam masa kehamilan untuk melindungi diri seorang ibu dan janin yang ada dalam kandungannya tersebut dari segala penyakit dan gangguan-gangguan makhluk halus (Wawancara dengan Rianda, selaku tokoh adat setempat di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat: 4 Febuari 2013). Didalam buku yang berjudul Upacara Tradisional Daerah Lampung dikatakan bahwa : Bulanger yaitu, suatu kegiatan ritual dengan tujuan mengurung si ibu dari segala kemungkinan diserang penyakit dan diganggu makhluk halus yang mereka sebut sai kelom atau sekedi upi (peri yang mengganggu bayi dalam kandungan). Upacara yang diadakan dalam masa kehamilan yaitu ketika bayi dalam kandungan berumur 5 bulan dan 8 bulan. Upacara pada waktu kandungan berumur lima bulan disebut Bulanger atau kuruk limau, ketika kandungan berumur delapan bulan disebut ngeruang kadang-kadang disebut kuruk limau keminduani (kuruk limau yang kedua). Penyelenggaraan upacara pada malam hari diwaktu bulan terang kalau mungkin waktu bulan purnama, berkisar antara jam 19.00-21.00 yang lebih dikenal dengan istilah lepas isya. Pelaksana atau pemimpin upacara adalah dukun laki-laki yang

10 memang telah merupakan kekhususan kemampuannya di bidang obat tradisional serta menolak roh-roh halus (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung 1981/1982). Didalam buku yang berjudul Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Masyarakat Lampung menyatakan: Upacara masa kehamilan adalah upacara yang merayakan saat seorang calon ibu yang mengandung tua. Upacara ini dilakukan pada waktu kandungan berumur 5 bulan dan 8 bulan. Upacara pada waktu kandungan berumur lima bulan disebut Bulanger atau kuruk limau. Upacara ini dimaksudkan agar janin dalam kandungan ibunya selalu dalam keadaan sehat. Untuk itu ibu yang sedang hamil dikehendaki memelihara badannya dengan menghindari larangan-larangan. Larangan itu dapat berupa makanan dan pakaian tertentu serta tata tertib pergaulan dan perbuatan lainnya. Upacara pada waktu kandungan berumur delapan bulan disebut ngeruang atau kadang disebut Bulanger/kuruk limau keminduani (kuruk limau yang kedua). Upacara ini dimaksudkan untuk mengontrol keadaan bayi yang ada dalam kandungan. Melalui upacara ini diharapkan agar dalam menghadapi kelahiran nanti, janin dan calon ibu tetap sehat. Pada masa ini calon ibu dipesan agar tidak melanggar pantangan yang dianggap berakibat tidak baik (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung Bagian Proyek Pengkajian Dan Nilai-nilai Budaya Lampung 1995/1996). Bulangekh (Bulimau/Kuruk Limau) dalam bahasa lampung adalah pengobatan dan mohon keselamatan. Bulangekh tidak hanya dilakukan dalam masa kehamilan saja, tetapi juga dilakukan pada orang yang terkena guna-guna, kerasukan, orang gila dan lain-lain. Yang dimaksud Bulangekh dalam masa kehamilan adalah kegiatan ritual, dengan cara memandikan ibu yang sedang hamil pada waktu kandungan berumur 5 bulan dan 7 Bulan yang dilakukan oleh seorang dukun laki-laki dengan tujuan agar si ibu dan janin dalam kandungannya terlindungi dari penyakit dan gangguan makhluk halus. Kegiatan ritual ini dilakukan pada malam hari yaitu dilakukan setelah waktu lepas isya usai sampai larut malam yang biasanya pada malam saat bulan purnama atau menjelang bulan purnama. Dalam ritual ini yang terlibat adalah dukun laki-laki, suami, ayah dan ibu mertua serta ibu dan ayah kandung si ibu hamil. Maksud dari Bulangekh ini adalah memohon agar janin yang dalam kandungan serta si ibu dalam keadaan sehat (A. Bazwar, wawancara dengan bapak tetuha adat setempat di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat: 5 Febuari 2013).

11 Menurut Bapak Haitami, selaku dukun lampung setempat Bulangekh adalah pengobatan. Bulangekh dalam masa kehamian merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan proses memandikan seorang calon ibu dalam masa kehamilannya. Upacara Bulangekh ini ditangani oleh seorang dukun lakilaki yang biasanya diminta untuk melaksanakannya. Pelaksanaan upacara dilakukan pada malam hari setelah waktu maghrib usai atau sekitar pukul 19.00 hingga larut malam, dimana malam itu disyaratkan malam bulan purnama atau menjelang bulan purnama. Bulangekh biasanya dilakukan pada waktu umur kandungan memasuki bulan ganjil yaitu dimulai dari umur kandungan 1 bulan, 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan dan 9 bulan. Tetapi yang umum dilakukan oleh masyarakat setempat adalah ketika kandungan memasuki umur 5 bulan dan 7 bulan. Pihak yang terlibat yaitu dukun dan keluarga. Maksud dari Bulangekh ini adalah supaya ibu dan janin yang didalam kandungannya slalu sehat. Dalam pelaksanaan bulangekh ini telah terdapat perlengkapan dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bapak dukun (Haitami, wawancara dengan dukun setempat di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat: 5 Febuari 2013). Dalam proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Tujuan dari pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena telah mengizinkan untuk memiliki keturunan dan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan perlindungan dan kesehatan bagi ibu dan janin dalam kandungannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan Bulangekh dalam masa kehamilan adalah suatu kegiatan ritual yang diadakan dengan tujuan untuk memohon perlindungan bagi si ibu dan janin dari segala kemungkinan penyakit dan gangguan-gangguan makhluk halus yang dikhawatirkan akan mengganggu ibu dan bayi dalam kandungannya.

12 3. Konsep Kehamilan Kehamilan adalah periode yang didambakan oleh seorang istri di dalam berumahtangga (pasca menikah). Karena proses kehamilan merupakan fase yang harus dilalui untuk menghadirkan anak di dalam keluarga dan merupakan anugerah terindah bagi setiap orang tua. Hamil dalam bahasa Lampung disebut lom rua atau betik-kulik atau nagupan. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung 1981/1982). Kehamilan sebagai sebuah proses biologis yang dialami, kehamilan dapat dipandang dari perspektif kesehatan yang meliputi empat tahapan proses sebagai berikut : 1. Terjadi proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria. 2. Sel telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bakal embrio. 3. Bakal embrio akan mengalami pembelahan menjadi embrio atau bakal janin. 4. Terjadi di rongga rahim yaitu menempelnya bakal janin pada selaput lender janin. Apabila tahapan-tahapan tersebut telah dilalui, maka seorang ibu dikatakan hamil. Tetapi proses untuk menuju keadaan hamil pada wanita adalah suatu proses yang sangat kompleks dan perlu diperhatikan dengan seksama. (Novaria dan Budi, 2012 : 39). Kehamilan merupakan impian setiap wanita dan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesempurnaan seorang ibu. Proses ini diawali dengan adanya

13 pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim dan diahiri oleh lahirnya bayi. (Monika Datta, 2007 : 01). Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir, lama hamil normal adalah 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang di hitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 1999). Berdasarkan pengertian keterangan diatas maka yang dimaksud dengan Kehamilan adalah keadaan wanita yang mengandung anak/janin di dalam rahimnya setelah terjadi pembuahan atau bertemunya dua sel, yaitu sel sperma dari laki-laki dan sel telur (ovum) dari wanita dalam rahimnya. 4. Konsep Masyarakat Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan status sosial budaya masyarakat dilingkungannya melalui pola pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan hidup sehari-hari, dan budaya tersebut akan terbentuk dengan waktu yang lama. Masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat menetap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990:148). Sedangkan menurut Sarjono Soekanto masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dan bercampur untuk waktu yang lama yang masing-masing memiliki keinginan-keinginan, perasaan-perasaan yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan peraturan-peraturan yang akan membentuk suatu kebudayaan (Sarjono Soekanto, 1990:27). Berdasarkan definisi yang diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan ini adalah bagian dari kehidupan dan aktivitas masyarakat yang meliputi adat istiadat dan rasa kebersamaan yang tinggi.

14 5. Konsep Orang Lampung Saibatin Mengenai asal usul orang lampung dikatakan bahwa orang lampung ini berasal dari Sekala Berak yang sudah ada sejak awal 14 Masehi, dan yang mendiami Sekala Berak ini adalah Suku Lampung yang beradat Saibatin atau yang biasa disebut dengan Masyarakat Lampung Pesisir. Orang Lampung Saibatin adalah sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga kemurnian daerah dalam kedudukan seseorang pada jabatan adat, yang pada kelompok adat disebut Punyimbang. Masyarakat Lampung Saibatin memiliki cirri-ciri sebagai berikut : 1. Martabat kedudukan tetap, tidak ada upacara peralihan adat 2. Jenjang kedudukan Saibatin tanpa tahta, 3. Bentuk perkawinan jujokh dan semanda, 4. Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai oleh saibatin (siger, mahkota sebelah), 5. Kebangsawanan keturunan hanya terbatas pada kerabat saibatin, 6. Hubungan kekerabatan kurang akrab, 7. Belum diketahui kitab pegangan adatnya, 8. Pengaruh islam lebih kuat, 9. Peradilan adat mulai melemah. (Hadikusuma, 1989 : 119). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Orang Lampung Saibatin adalah masyarakat adat yang bertempat tinggal di daerah pesisir dan menjaga kemurnian daerah dalam punyimbang. Orang lampung saibatin yang tinggal di Pekon Sumber Agung kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat ini juga masih memegang teguh adat lampung.

15 B. Kerangka Pikir Bulangekh adalah suatu tradisi yang hingga sekarang masih dikenal masyarakat lampung. Bulangekh dalam masa kehamilan merupakan suatu kegiatan ritual dengan cara pemandian seorang ibu yang sedang hamil pada masyarakat lampung dengan tujuan untuk melindungi ibu dan bayi yang ada dalam kandungannya dari segala kemungkinan penyakit dan gangguan makhluk halus yang dikhawatirkan akan mengganggu janin yang ada dalam kandungan. Bulangekh dalam masa kehamilan pada umumnya dilakukan ketika seorang wanita akan memiliki anak pertama, tetapi ada juga yang melakukan Bulangekh tidak untuk anak pertamanya saja bahkan untuk anak kedua dan seterusnya. Bulangekh ini dilakukan ketika kandungan memasuki umur 5 dan 7 bulan. Bulangekh hingga saat ini masih dilaksanakan, hal ini terlihat pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Pelaksanaan Bulangekh diputuskan dalam musyawarah keluarga. Musyawarah itu minimal dilaksanankan minimal satu bulan sebelum kandungan memasuki umur ke 5 bulan dan 7 bulan untuk menentukan hari dan tanggal yang baik untuk mengadakan Bulangekh. Biasanya telah direncanakan sebelum jauh hari oleh keluarga ini. Dalam melaksanakan Bulangekh ini harus melewati tahap-tahap tertentu yang merupakan rangkaian kegiatan yang merupakan bagian rangkaian dari Bulangekh itu sendiri, baik pada tahap persiapan, pada tahap pelaksanaan maupun tahap penutup.

16 Proses pelaksanaan tradisi Bulangekh meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutupan acara. Tahap perencanaan biasanya dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum kandungan memasuki umur 5 dan 7 bulan. Pada tahap ini pihak keluarga dari si ibu yang sedang hamil berkumpul untuk musyawarah untuk membahas tentang pelaksanaan bulangekh.

17 C. Paradigma Upacara Masa Kehamilan Lampung Saibatin Bulangekh : Suatu Acara Resepsi Memandikan Seorang Calon Ibu Dalam Masa Kehamilan Pada Masyarakat Lampung Saibatin Persiapan Pelaksanaan Penutup Bulangekh Keterangan: : Garis Pengaruh : Garis Aktivitas : Garis Akibat

18 REFERENSI Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1984. Balai Pustaka: Jakarta. Hal 1088 J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas. Hal 349 Depdikbud 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung. Hal 31 Depdikbud. 1995/1996. Bagian Proyek Pengkajian Dan Nilai-nilai Budaya Lampung. Wujud, Arti Dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama Dan Asli Bagi Masyarakat Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung. Hal 56 A.I, Novaria dan TP Budi. 2012. Tips Cerdas Kehamilan. Jakarta: Tugu Publisher. Hal 39 Datta, Monika. 2007. Panduan Praktis Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: PT Bhuana. Hal 1 Depdikbud. 1981/1982. Op Cit. Lampung. Hal 31 Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Hal 148 Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Hal 27 Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju. Hal 119