BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Health locus of Control dengan Perilaku berisiko terhadap kesehatan pada

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua

BAB III METODE PENELITIAN

lapangan (empiris) dapat diperoleh. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif jenis ex post facto atau disebut juga penelitian non-eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menjawab masalah penelitian (Setiadi dkk, 2005 ). Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini dinamai metode kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penentuan dan penetapan metode yang akan digunakan dalam sebuah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional yang menggunakan teknik analisa nonparametric. Penelitian ini akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

106 BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian dapat dipertanggung jawabkan bila sesuai dengan kaidah dan koridor yang ditentukan. Salah satunya adalah metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian merupakan bagian penting selama proses penelitian sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Terikat (kriterium): Kecenderungan perilaku nakal pada remaja 2. Variabel Bebas (prediktor): a. Konsep diri b. Religiusitas. c. Pola asuh Islami B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kecenderungan perilaku nakal remaja Kecenderungan perilaku nakal remaja merupakan Kecenderungan untuk melakukan perilaku remaja yang melanggar hukum dan peraturan yang berlaku serta tindakan yang dianggap masyarakat sebagai tindakan yang tercela karena tidak dapat menolak pengaruh teman. Aspek-aspek kecenderungan perilaku nakal remaja meliputi: (a). Perilaku yang

107 menimbulkan korban fisik baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti menyerang orang lain, merusak diri sendiri, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi di jalan raya, dan berkelahi; (b) Perilaku yang menimbulkan korban materi, seperti merampas, mengutil, dan memeras; (c) Perilaku sosial yang tidak menimbulkan korban bagi orang lain, seperti menonton tayangan film yang bukan untuk usianya. Di Indonesia, hubungan seks sebelum nikah termasuk dalam perilaku ini; (d) Perilaku yang melanggar status, seperti membolos dan pergi dari rumah tanpa izin. Skala kecenderungan perilaku nakal remaja diukur dengan menggunakan skala kecenderungan perilaku nakal remaja, semakin tinggi skor total subyek dalam skala tersebut maka semakin tinggi dorongan melakukan kenakalan remaja. Semakin rendah skor total subyek dalam skala tersebut, maka semakin rendah pula dorongan melakukan kenakalan remaja subyek. 2. Konsep diri Konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, keluarga, moral maupun psikis, yang didapat dari hasil interaksinya dengan orang lain. Aspek-aspek konsep diri meliputi aspek fisik, sosial, keluarga, moral dan psikis. Skala konsep diri diukur dengan menggunakan skala konsep diri, semakin tinggi skor total subyek dalam skala tersebut maka semakin tinggi pula konsep dirinya. Semakin rendah skor total subyek dalam skala tersebut, maka semakin rendah pula konsep diri subyek.

108 3. Religiusitas Religiusitas dalam penelitian ini adalah menunjuk pada kadar keterikatan remaja terhadap ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan sejaumana remaja tersebut telah menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga berpengaruh pada perilaku dan pandangan hidupnya. Tingkat religiusitas diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh peneliti dengan dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Glock dan Strak 1. Adapun aspek-aspek religiusitas ini terdiri dari a) dimensi keyakinan atau ideological involvement, b) dimensi peribadatan atau ritual involvement, c) dimensi penghayatan atau experiencal involvement, d) dimensi pengetahuan agama atau intellectual involvement, e) dimensi pengamalan atau consequential involvemen. 4. Pola asuh Islami Pola asuh islami adalah bentuk kepemimpinan orang tua dalam pendidikan anak atau cara menjaga, membimbing dan mendidik anak untuk mendewasakannya sesuai dengan ajaran Islam. Tingkat pola asuh islami diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh peneliti dengan dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Darajat (2003). Adapun aspek-aspek pola asuh islami ini terdiri dari; a) keteladanan orangtua; b) pembinaan iman dan tauhid; c) pembinaan akhlak; d) pembinaan ibadah dan agama; dan e) pembinaan kepribadian dan sosial anak. Skala pola asuh 1 Tersedia dalam: e-psikologi.com, 2000.

109 islami orangtua diukur dengan menggunakan skala pola asuh islami, semakin tinggi skor total subyek dalam skala tersebut maka semakin tinggi pola asuh islami yang diterapkan orangtua. Semakin rendah skor total subyek dalam skala tersebut, maka semakin rendah pula pola asuh islami yang diterapkan orangtua. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah seluruh remaja yang sekolah di kelas XI A, B, C, D, dan E jurusan IPA dan IPS SMA X Cirebon yang terdiri dari sembilan kelas dengan jumlah 221 remaja. Pemilihan remaja kelas XI A, B, C, D jurusan IPA dan kelas A, B, C, D, dan E jurusan IPS sebagai subyek penelitian didasarkan pada: 1. Remaja yang menduduki kelas XI dituntut untuk lebih dapat memiliki kemampuan mengatur diri dan perilakunya secara aktif dan mandiri dalam aktivitas belajarnya. Hal ini karena secara psikologis siswa kelas XI sudah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi sekolah, sehingga jika tidak bisa mengatur aktivitas belajarnya serta tidak bijak dalam bergaul maka kecenderungan untuk terbawa dan dipengaruhi teman semakin besar. 2. Secara psikologis, remaja yang menduduki kelas XI tidak mempunyai tuntutan belajar seperti remaja pada kelas XII yang disibukkan mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan ujian. Hal itu membuat remaja yang menduduki kelas XI mempunyai waktu relatif lebih banyak untuk untuk dihabiskan bersama dengan teman sebayanya.

110 3. Peneliti berasumsi bahwa kecenderungan remaja untuk mempunyai kelompok (geng) relatif lebih besar terjadi pada kelas XI. Hal itu disebabkan karena siswa pada kelas ini sudah dapat mengetahui karakter dan hobinya masingmasing sehingga mereka cenderung membuat kelompok sesuai dengan hobi atau ketertarikan mereka terhadap sesuatu. D. Cara Pengumpulan Data Penelitian ini akan melibatkan empat variabel sebagaimana dalam rancangan yakni Kecenderungan perilaku nakal remaja, konsep diri, religiusitas, dan pola asuh islami. Variabel kecenderungan perilaku nakal pada remaja diukur dengan skala yang disusun Fatiasari (2008) untuk tingkat remaja secara umum, dan telah disesuaikan dengan kebutuhan untuk tingkat siswa SMA kelas sebelas. Variabel konsep diri diukur dengan skala konsep diri berdasarkan aspekaspek konsep diri meliputi aspek fisik, sosial, keluarga, moral dan psikis. Selanjutnya variabel religiusitas diukur berdasar pada aspek-aspek religiusitas yang terdiri dari; a) dimensi keyakinan atau ideological involvement, b) dimensi peribadatan atau ritual involvement, c) dimensi penghayatan atau experiencal involvement, d) dimensi pengetahuan agama atau intellectual involvement, e) dimensi pengamalan atau consequential involvemen. Variabel pola asuh islami diukur berdasar pada aspek-aspek pola asuh islami menurut Darajat 2 (2003). 2 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Menta,l (Jakarta: Gunung Agung, 1986), hlm. 36.

111 a. Skala kecenderungan perilaku nakal remaja Skala kecenderungan perilaku nakal remaja yang akan digunakan peneliti adalah skala yang telah disusun oleh Fatiasari (2008). Skala Fatiasari 3 disusun berdasarkan aspek-aspek kecenderungan perilaku nakal remaja yang telah dipaparkan oleh William (dalam Mulyono, 1991) dan Jensen (dalam Sarwono, 2003) meliputi: (a). Perilaku yang menimbulkan korban fisik baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti menyerang orang lain, merusak diri sendiri, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi di jalan raya, dan berkelahi; (b) Perilaku yang menimbulkan korban materi, seperti merampas, mengutil, dan memeras; (c) Perilaku sosial yang tidak menimbulkan korban bagi orang lain, seperti menonton tayangan film yang bukan untuk usianya. Di Indonesia, hubungan seks sebelum nikah termasuk dalam perilaku ini; (d) Perilaku yang melanggar status, seperti membolos dan pergi dari rumah tanpa izin. Penskoran dilakukan dengan cara memberi skor tertinggi pada pilihan jawaban sangat sesuai dan skor terendah pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai pada pernyataan yang favorable serta memberikan skor terendah pada pilihan sangat sesuai pada pernyataan yang unfavorable. Pemberian skor pada pernyataan yang favorable, yakni bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 5, sesuai (S) =4, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. 3 N.Fatiasari, Efektifitas Pelatihan Assertivitas untuk Menurunkan Dorongan Melakukan Kenakalan Remaja pada Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan. (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2008), tersedia dalam: : https://repository.ugm.acc.id/id/eprint/78708.

112 Sebaliknya, pemberian skor pada pernyataan unfavorable, bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) =2, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 4, sangat tidak sesuai (STS) = 5. Distribusi aitem yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Perilaku Nakal Sebelum Uji Coba No Aspek Kenakalan remaja Favourable Unfavourable Total 1 Perilaku yang menimbulkan korban fisik baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain 2 Perilaku yang menimbulkan korban materi 3 Perilaku sosial yang tidak menimbulkan korban bagi orang lain 4 Perilaku yang melanggar status 6, 8, 21, 28, 30, 35, 38 1, 14, 23, 32, 36 12, 16, 20, 33 10, 18, 24, 40 8 3, 5, 19, 31, 34, 39 7, 15, 27 29, 37 2, 11, 13, 22, 26 4, 9, 17, 25 8 13 11 Jumah 40 c. Skala Konsep Diri Pembuatan skala konsep diri dalam penelitian ini mengacu pada konstruk Berzonsky (1981), yaitu skala konsep diri dengan aspek-aspek meliputi aspek fisik, sosial, keluarga, moral dan psikis. Skala konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, netral, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

113 Penskoran dilakukan dengan cara memberi skor tertinggi pada pilihan jawaban sangat sesuai dan skor terendah pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai pada pernyataan yang favorable serta memberikan skor terendah pada pilihan sangat sesuai pada pernyataan yang unfavorable. Pemberian skor pada pernyataan yang favorable, yakni bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 5, sesuai (S) =4, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sebaliknya, pemberian skor pada pernyataan unfavorable, bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) =2, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 4, sangat tidak sesuai (STS) = 5. Distribusi aitem yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Distribusi Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Fisik 1, 7, 13, 26 4, 10, 16, 23 8 Sosial 2, 8, 20, 27 5, 17, 24, 29 8 Moral 3, 15, 21, 28 11, 18, 30 7 Keluarga 14, 25, 31 32, 33, 34 6 Psikis 9, 19, 22 6, 12 5 Jumlah Total 18 16 34 d. Skala religiusitas Skala religiusitas bertujuan untuk mengukur kadar keterikatan atau tingkat religiusitas (religious commitment) siswa terhadap agamanya. Skala religiusitas disusun berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock

114 dan Strak 4. Skala religiusitas yang berisi item-item untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku subyek yang diungkap melalui dimensi keimanan, dimensi peribadatan, dimensi penghayatan, dimensi pengamalan, dan dimensi pengetahuan agama. Jumlah keseluruhan item untuk skala religiusitas adalah 50 item. Setiap butir pernyataan mempunyai lima alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), Netral (N), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Arah skor nilai favorable bergerak dari 5 sampai 1. Pada pernyataan favorable skor 5 jika subyek memilih jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 4 untuk jawaban sesaui (S), skor 3 untuk jawaban Netral (N), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Demikian pula sebaliknya untuk pernyataan unfavorable skor 1 sampai 5. Skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban (Netral), skor 4 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Skor skala religiusitas yang diperoleh setiap subjek selanjutnya dijumlahkan. Semakin tinggi skor yang diperoleh setiap subyek maka semakin tinggi pula tingkat religiusitasnya. 4 Ancok & Suroso, Psikologi Islam Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 77-78.

115 Tabel 8 Sebaran Butir Skala Religiusitas Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Keimanan 1, 2, 3, 4, 5 21, 22, 23, 24, 25 10 Peribadatan 6, 7, 8, 9, 10 26, 27, 28, 29, 30 10 Penghayatan 11, 12, 13, 14, 15 31, 32, 33, 34, 35 10 Pengamalan 16, 17, 8, 9, 20 36, 37, 38, 39, 40 10 Pengetahuan 41, 42, 43, 44, 45, 51, 52, 53, 54, 55 46, 47, 48, 49,50, 56, 57, 58, 59, 60 Jumlah Total 30 30 60 20 e. Skala pola asuh islami Pembuatan skala pola asuh islami dalam penelitian ini mengacu pada aspekaspek pola asuh islami dari Darajat (2003) meliputi aspek: a) keteladanan orangtua; b) pembinaan iman dan tauhid; c) pembinaan akhlak; d) pembinaan ibadah dan agama; dan e) pembinaan kepribadian dan sosial anak. Penskoran dilakukan dengan cara memberi skor tertinggi pada pilihan jawaban sangat sesuai dan skor terendah pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai pada pernyataan yang favorable serta memberikan skor terendah pada pilihan sangat sesuai pada pernyataan yang unfavorable. Pemberian skor pada pernyataan yang favorable, yakni bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 5, sesuai (S) =4, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sebaliknya, pemberian skor pada pernyataan unfavorable, bagi responden yang menjawab sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) =2, netral (N) = 3, tidak sesuai (TS) = 4, sangat tidak sesuai (STS) = 5. Distribusi item yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

116 Tabel 9 Sebaran Butir Skala Pola Asuh Islami Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Keteladanan orangtua 1, 4, 7, 8, 10 2, 3, 5, 6, 9 10 Pembinaan iman dan tauhid 11, 13, 15, 16, 18 12, 14, 17, 19, 20 10 Pembinaan akhlak 22, 23, 25, 27, 28 21, 24, 26, 29, 30 10 Pembinaan ibadah dan agama Pembinaan dan sosial kepribadian 32, 34, 35, 37, 38 31, 33, 36, 39, 40 10 42, 44, 46, 48, 49 41, 43, 45, 47, 50 10 Jumlah Total 25 25 50 E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut 5. Azwar 6 berpendapat bahwa pada umumnya validitas digolongkan dalam tiga kategori yakni (1) validitas isi (content validity) yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam alat ukur mengukur apa yang hendak diukur, (2) validitas konstruk 5 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2 nd ed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 5. 6 Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 52.

117 (construc validity) yaitu validitas yang ingin menunjukkan kemampuan dari alat ukur untuk mengukur konstruk teoritik dari yang hendak diukur, (3) validitas berdasarkan kriteria (criterrium validity) adalah validitas yang menunjukkan tersedianya kriteria eksternal, yang dapat dijadikan pengujian skor tes dari suatu kriteria. Berdasarkan jenis validitas yang ada, maka jenis validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Suryabrata 7 menjelaskan bahwa validitas isi merupakan validitas yang diestimasikan lewat pengujian terhadap isi tes atau alat ukur dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah seberapa jauh item-item tes instrumen mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang akan diukur. Setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen untuk menguji setiap butir instrumen. Menurut Suryabrata 8, uji validitas konstruk alat ukur dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; (a) analisis tingkat kesukaran, (b) analisis daya beda, dan (c) analisis fungsi distraktor. Pada penelitian ini, uji validitas alat ukur yang digunakan adalah analisis daya beda butir. Analisis daya beda dapat digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara butir-butir aitem dengan skor total (rit). Cronbach 9 menyatakan bahwa angka koefisien validitas di atas 0,30 dapat memberikan konstribusi yang baik. Kriteria evaluasi indeks daya beda terbagi dalam empat kategori sebagai berikut: 7 Sumadi Suryabrata. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, (Yogyakarta Penerbit Andi, 2005), hlm. 60. 8 Ibid, hlm.60. 9 Ibid, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hlm. 86.

118 Tabel 10 Kriteria Evaluasi Indeks Diskriminasi Indeks Daya Diskriminasi 0,40 atau lebih 0,30-0,39 0,20-0,29 Kurang dari 0,20 Evaluasi Bagus Sekali Lumayan bagus tapi masih mungkin perlu peningkatan Belum memuaskan, perlu diperbaiki Jelek dan harus dibuang Guna keperluan pada penelitian ini, aitem pernyataan skala yang diterima dalam penelitian ini adalah apabila memiliki besaran indeks daya beda > 0,30, dan aitem dengan besaran indeks daya beda < 0,30 tidak digunakan. Hal ini didasarkan pada pendapat Suryabrata (2000), aitem soal dikatakan baik apabila memiliki besaran indeks daya beda > 0,30, sedangkan aitem soal yang memiliki indeks daya beda kurang dari < 0,30 merupakan aitem yang jelek dan tidak digunakan. Pada penelitian ini, indeks daya beda aitem alat ukur kecenderungan perilaku nakal, konsep diri, religiusitas, dan pola asuh autoritatf dihitung menggunakan teknik statistik dengan program SPSS 16.0 for windows. 2. Reliabilitas Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel, ajeg, atau dipercaya. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil yang relatif tetap dari alat ukur sekalipun dilakukan pengukuran ulang terhadap subyek yang sama 10. Estimasi reliabilitas pada skala menggunakan formula alpha Cronbach (α). 10 Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologi, hlm. 60.

119 Menurut Azwar 11, secara empirik tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan dengan angka yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti tingkat reliabilitasnya semakin konsisten. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Besar koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 1,00 berarti terdapat konsistensi hasil ukur yang semakin sempurna.. Angka koefisien reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan pendapat Anastasi dan Urbina 12, yang mengemukakan bahwa suatu pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki rentang nilai koefisien reliabilitas antara 0,80-1,00. Estimasi koefisien reliabilitas pada skala kecenderungan perilaku nakal, konsep diri, religiusitas, dan pola asuh autoritatf menggunakan teknik statistik dengan program SPSS 16,0 for windows. F. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan tekhnik analisis regresi berganda. Tekhnik analisis regresi bertujuan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaikturunkan.. Penelitian ini menggunakan empat variabel, tiga variabel prediktor (konsep diri, religiusitas, dan pola asuh islami), dan satu variabel terikat atau kriterium (kecenderungan perilaku nakal). 11 Saifudin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 52. 12 Anastasi, A. & Urbina. S. Tes Psikologi, Terjemah oleh Imam,, ( Jakarta: PT Prenhallindo, 1997), hlm. 75.

120 G. Cara Analisis Data Data yang diperoleh dalam suatu penelitian membutuhkan suatu analisis, agar data tersebut lebih mudah dibaca dan ditafsirkan sebagai bahan pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini akan menggunakan analisis Regresi. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis baik secara kolektif maupun secara sendiri-sendiri hubungan dari dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini mempunyai tiga variabel bebas/prediktor (yakni konsep diri, religiusitas, dan pola asuh autoritatif). Analisis regresi juga digunakan untuk memprediksi seberapa besar pengaruh (sumbangan efektif) variabel bebas/prediktor (konsep diri, religiusitas, dan pola asuh autoritatif) terhadap variabel terikat/kriterium (kecenderungan perillaku nakal remaja). Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data penelitian ini, yaitu: 1) uji asumsi normalitas sebaran, dan 2) uji asumsi linieritas hubungan, 3) uji hipotesis. 1) Uji asumsi normalitas sebaran Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Menurut Hadi (2000) ada anggapan bahwa skor variabel yang dianalisis mengikuti hukum sebaran normal baku (kurva) dari Gauss. Jika sebaran normal, artinya tidak ada perbedaan signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi teoritis kurva. Kaidah yang dipakai, bila p > 0,05 maka sebaran normal, sebaliknya jika p 0,01 maka

121 sebaran tidak normal. Teknik uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov- Smirrnof Z (Hadi, 2000). 2) Uji asumsi linieritas hubungan Uji linieritas hubungan ini, digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linieritas hubungan dilakukan terhadap variabel kecenderungan perillaku nakal remaja, konsep diri, religiusitas, dan pola asuh autoritatif. Untuk melihat linier atau tidak, digunakan uji linieritas. Kaidahnya dengan melihat p pada tabel linieritas. Jika p 0,05 maka hubungan linier, tetapi jika p > 0,05 maka hubungan tidak linier. 3. Uji hipotesis Setelah uji asumsi terpenuhi maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi regresi ganda sebagaimana telah dikemukakan di atas. Proses perhitungan uji prasyarat maupun uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan jasa komputer program Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 17,0.