BAB V PENUTUP. Pencemaran Udara di Kota Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-15/MENLH/4/1996 TENTANG PROGRAM LANGIT BIRU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lampiran 1 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien. Laporan Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam Menata dan Mengembangkan Transportasi Jalan yang Ramah Lingkungan sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Udara

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Program Langit Biru, Ruang Terbuka Hijau, Pengujian Kendaraan Bermotor,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sosial, memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada lingkungan

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 40

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Mengingat : cvi.6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM & KEGIATAN TAHUN 2018 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal dasar yang meliputi latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

TENTANG PENYELENGGARAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSI

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

PROGRAM KALI BERSIH DAN PROGRAM LANGIT BIRU

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2009

LAMPIRAN I : Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang NOMOR : 065/570/415.43/2015 TANGGAL : 16 Juni 2015

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UJI EMISI DALAM PENAGGULANGAN PENCEMARAN UDARA OLEH SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA GORONTALO

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. INDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERHUBUNGAN

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Ringkas Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor.

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

LAPORAN SINGKAT HASIL LOMBA UJI EMISI ANTAR INSTANSI DAN SPOT CHEK EMISI KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN SLEMAN

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

NOMOR : 101 TAHUN 2007 NOMOR : B/5576/VII/2007/Datro NOMOR : B-3845/0.1/GP/06/2007 NOMOR : Kep-41B/PPLH-R.eg.4/06/2007 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara

KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK OPERASIONAL KENDARAAN RINGAN

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2009

PROFIL KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANGKA TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis terhadap implementasi Pergub DIY No. 51 tahun 2011 tentang Lembaga Pengujian Emisi Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor sebagai Upaya Memperlancar Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi atau penerapan Pergub tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya, karena belum adanya lembaga swasta di Kota Yogyakarta yang mengajukan dirinya untuk menjadi lembaga uji emisi. Dalam hal ini untuk sementara yang berwenang melakukan uji emisi dilakukan oleh UPTPKB sesuai dengan Pasal 12 ayat (1) Pergub DIY No. 51 Tahun 2011, selama lembaga swasta belum terbentuk maka pengujian emisi dilaksanakan oleh UPTPKB sebagai Lembaga yang berwenang. UPTPKB akan menerima permintaan masyarakat yang ingin melakukan pengujian emisi terhadap kendaraan bermotornya. Namun, jumlah masyarakat yang sadar akan pentingnya melakukan pengujian emisi terhadap kendaraannya hanya sedikit. 2. Berikut ini adalah beberapa kendala/hambatan dalam pelaksanaan Pergub DIY No. 51 Tahun 2011,yaitu: a) Rendahnya kesadaran pemilik kendaraan akan pentingnya pengujian emisi kendaraan bermotor tepat pada waktunya; 84

Banyak faktor yang menyebabkan pemilik kendaraan tidak mengetahui tentang uji emisi, salah satunya dimana sifat masyarakat kita yang cenderung konsumtif, yang tidak terlalu memperdulikan dalam perawatan berkala terhadap kendaraan yang mereka miliki. b) Kurangnya minat pihak swasta untuk berperan serta dalam melakukan uji emisi; Hal ini tidak menciptakan peluang usaha yang dapat menghasilkan keuntungan pasti bagi pihak swasta, karena peminat atau warga masyarakat yang sadar untuk melakukan uji emisi terhadap kendaraan pribadi miliknya masih kurang sehingga membuat pihak swasta ragu-ragu untuk terlibat. c) Alat uji emisi yang mahal; Ini merupakan salah satu faktor dari mengapa pihak swasta raguragu untuk terlibat. Alat uji emisi ini merupakan modal, jika perusahaan telah mengeluarkan modal yang besar dan tidak mendapatkan keuntungan maka perusahaan tersebut akan rugi. d) Memiliki tempat yang cukup luas untuk menampung kendaraan; Tempat yang luas juga termasuk dalam modal dan persyaratan yang harus dipenuhi, banyak bengkel/lembaga swasta yang tidak memiliki lahan yang luas untuk menampung jumlah kendaraan yang akan melakukan uji emisi, kalaupun ada lahan tersebut pasti sudah dipergunakan untuk perbaikan kendaraan. 85

e) Kurangnya tenaga ahli yang profesional; Kurangnya tenaga ahli yang profesional dimana tenaga ahli tersebut mengetahui tentang cara melakukan uji emisi terhadap kendaraan bermotor tersebut serta batasan baku mutu yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk mengatasi hal tersebut BLH Kota Yogyakarta melakukan sosialisasi disertai dengan melakukan pemantauan uji emisi terhadap sebagian kendaraan milik masyarakat dengan melakukan Uji Petik (Spotcheck) yang dilaksanakan berdasarkan koordinasi dengan sekolahsekolah dan dinas-dinas terkait di Kota Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan harapan agar terciptanya kesadaraan dari para pemilik kendaraan untuk rutin merawat kendaraannya dan selalu melakukan uji emisi.kendaraannya secara berkala. Solusi lainnya adalah dilaksanakannya wajib uji emisi untuk perpanjangan STNK, yang telah diusulkan oleh pemerintah pusat sejak Januari 2014 melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian dalam Negeri, dan telah mengirim surat imbauan kepada seluruh kepala daerah provinsi di Indonesia, termasuk DIY. Namun hal ini menimbulkan kendala baru dimana harus menunggu Surat Keputusan Bersama (SKB) yang akan menjadi dasar hukum untuk mensyaratkan sertifikat lolos uji emisi saat perpanjangan STNK. 86

Dari beberapa solusi diatas tidak akan efektif apabila hanya dilaksanakan satu persatu, melainkan harus adanya keselarasan dimana semua Peraturan-peraturan terkait pelaksanaan dan kewajiban uji emisi harus dilaksanakan secara berdampingan maka akan sangat efektif dan menimbulkan dampak yang lebih baik dan signifikan untuk penekanan polusi udara khususnya pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini juga harus diberlakukan secara adil dan merata diseluruh Indonesia, agar tidak terjadinya kecemburuan sosial serta perilaku masyarakat yang menghindar dari hukum dimana masyarakat menghindari membeli kendaraan di daerah yang diberlakukan kewajiban uji emisi. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam penerapan pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor sebagai upaya pengendalian pencemaran udara di Kota Yogyakarta : a) Penegakan aturan emisi gas buang kendaraan bermotor; b) Ruang Terbuka Hijau Kota dan penghijauan pada zona rawan polusi dan penghijauan taman kota; c) Pemantauan udara hendaknya dilakukan secara rutin yang mewakili kondisi musim kemarau hujan dan musim; d) Melaksanakan pengukuran kualitas udara ambien dan uji emisi kendaraan bermotor dan industri untuk mengetahui kualitas udara 87

ambien Kota Yogyakarta dan membuat pemodelan matematik pola penyebaran pencemaran udara; e) Melibatkan berbagai instansi-instansi serta partisipasi dari masyarakat dalam pelaksanaan pengujian emisi kendaraan bermotor f) Meningkatkan pembinaan serta sosialisasi kepada masyarakat dengan menanamkan kesadaran akan dampak negatif yang dapat diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor yang berlebihan agar meningkatkan kesadaran untuk mematuhi peraturan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor yang berlaku di Kota Yogyakarta di dalam diri pemilik kendaraan bermotor dengan cara melakukan uji emisi kendaraan bermotor sebagai upaya pengendalian pencemaran udara. g) Meningkatkan sosialisasi kepada lembaga swasta mengenai lembaga pengujian emisi swasta agar penekanan dan minimalisasi pencemaran udara akibat dari kendaraan bermotor dapat ditekan dengan lebih efektif. h) Pengawasan terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor harus dilakukan lebih instensif, melalui BLH sendiri maupun melibatkan pihak swasta sehingga dapat meminimalisasi pencemaran udara yang terjadi. i) Mengajukan kepada Menteri Terkait tentang Surat Keputusan Bersama (SKB) agar dapat dilaksanakannya wajib uji emisi sebagai syarat perpanjangan STNK. 88