ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Identifikasi Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik Schlumberger Di Kabupaten Tanah Laut

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut Deddy Yuliarman, Sri Cahyo Wahyono *, Sadang Husain

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

STUDI TAHANAN JENIS BATUAN UNTUK IDENTIFIKASI MINERAL BIJIH BESI DI TEGINENENG LIMAU TANGGAMUS

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (primer)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

Abstrak

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN POTENSI KEDALAMAN DAN KANDUNGAN BIJIH BESI DI DESA AJUNG KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

3. HASIL PENYELIDIKAN

III. METODE PENELITIAN

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DAERAH KEPULAUAN SERUI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

3. HASIL PENYELIDIKAN

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda dengan Metode Tahanan Jenis dan Geotermometer

IDENTIFIKASI KEDALAMAN DAN KANDUNGAN KROMIT DI DESA KIRAM KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

PENENTUAN POLA SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR PANTAI BATAKAN KALIMANTAN SELATAN DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DI DESA PANCUMA KECAMATAN TOJO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Marjuni 1, Sri Cahyo Wahyono 1, Simon Sadok Siregar 1

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

Identifikasi Akuifer Air Tanah Kota Palopo Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

APLIKASI METODE RESISTIVITAS DAN PENENTUAN SONA SUPERGENE ENRICHMENT ENDAPAN NIKEL LATERIT KOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH Muhammad Hasan Basri 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1 Abstrak. Bijih besi adalah salah satu bahan tambang yang sangat dicari karena bernilai ekonomis tinggi. Lamandau merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan potensi Bijih besi yang besar. Penelitian dengan menggunakan metode Geolistrik 2D konfigurasi dipole-dipole dimaksudkan untuk mengetahui batuan yang berasosiasi dengan Bijih besi. Pemboran dimaksudkan untuk mengetahui jenis litologi di lokasi penelitian secara detail dan analisis laboratorium menggunakan AAS dimaksudkan untuk mengetahu kadar Fe yang terdapat pada Bijih besi di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil Geolistrik dan pemboran ditemukan adanya endapan Bijih besi sekunder pada daerah penelitian berupa lempung laterit yang mengandung fragmen batuan beku dan kerikil oksida besi. Bijih besi di lokasi X Kabupaten Lamandau termasuk golongan Bijih besi laterit dengan resisitivitas 1698 5500 Ohm meter dan kadar Fe sebesar 38,37%. Secara umum Bijih besi laterit berada pada kedalaman 0-10 meter dari permukaan dan tersebar di tengah daerah penelitian dengan orientasi Barat daya-timur laut. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui volume Bijih besi pada daerah penelitian sebesar 151.151 m 3. Kata Kunci : Bijih besi, Geolistrik, Lamandau PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan akan penggunaan besi mendorong adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bijih besi secara besar-besaran. Hal ini dilakukan guna mencukupi kebutuhan konsumen akan besi yang terus meningkat serta inventarisasi bahan galian. Salah satu daerah di pulau Kalimantan yang memiliki potensi sumber daya bijih besi yang cukup besar adalah Kabupaten Provinsi Kalimantan Tengah. Lamandau, Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Tengah potensi bijih besi di Kabupaten 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: eka.m0210020@gmail.com 108 Lamandau sebanyak 37.110.000 m 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran bijih besi pada Lokasi X di Kabupaten Lamandau. Lkasi ini dipilih berdasarkan hasil survey lapangan, dimana ditemukan adanya singkapan batuan yang mengandung oksida besi dengan berbagai ukuran pada lokasi X. Secara geologi lokasi X berada pada formasi Kuayan yang terdiri dari breksi dengan komposisi andesit dan basal, aliran lava, batu pasir tufaan dan tuf. Metode Geofisika dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan bijih besi dan mendeteksi

Basri, M.H., dkk. Analisis Keberadaan Biji Besi...109 keberadaan mineral magnetik di bawah permukaan bumi. Salah satu metode yang akurat untuk mengetahui keberadaan mineral magnetik di bawah permukaan adalah metode Geolistrik 2D konfigurasi dipole-dipole. Konfigurasi dipole-dipole digunakan karena pada penelitian terdahulu terbukti mampu mendeteksi keberadaan Bijih besi dengan baik. Selain itu konfigurasi ini memiliki kelebihan yaitu efisiensi waktu pelaksanaan yang lebih cepat, serta kerapatan antar titik elektroda yang lebih pendek pada tiap pengukuran, sehingga untuk pengukuran secara horizontal lebih akurat dengan resolusi yang tinggi. Penelitian ini juga melakukan proses pemboran dengan metode full coring sebagai pendukung data Geolistrik. Kelebihan dari metode pengeboran full coring ini adalah hasil pengeboran berupa inti bor ( core) memungkinan untuk didapatkan data pendukung lainnya seperti data discontinuitas, deskripsi batuan secara detail, dan sampel core juga bisa digunakan untuk keperluan penelitian geoteknik. Selain itu juga dilakukan analisa laboratorium menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk mengetahui kadar Fe dalam batuan. METODOLOGI PENELITIAN Sampel penelitian diambil dari Lokasi X, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Interpretasi data dilakukan di Laboratorium Geofisika FMIPA UNLAM Banjarbaru, dan untuk analisis sampel dilakukan di Laboratorium UPJSDM Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan. Peralatan yang digunakan: GPS, satu set unit Supersting R1/IP Multi channel resistivity produksi USA, yang berfungsi untuk mengukur nilai resistivitas batuan yang dilengkapi dengan switch box, 4 roll kabel, kabel data, 28 elektroda, aki 12 volt, palu, tali ukur, HT, dan laptop, seperangkat alat bor tipe Jacrow 150, seperangkat alat AAS merk Avanta versi 2.02, untuk mengkarakterisasi Bijih besi, software pengolahan data Geolistrik dan data bor yaitu Earth Imager 2D, Rockworks, dan Winlog. Sampel penelitian adalah batuan yang diambil di Lokasi X Kabupaten Lamandau. Pengambilan data Geolistrik dilakukan sebanyak 10 lintasan dengan panjang lintasan 135 meter dan spasi 5 meter. Pemboran dilakukan sebanyak 3 titik dan analisis laboratorium dengan AAS sebanyak 5 sampel. Lokasi dan prosedur penelitian ditunjukkan Gambar 1 dan 2.

110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (108 118) Lokasi Penelitian Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel (Peta geologi lembar Pangkalanbuun, Kalimantan (Skala 1: 250.000). (Hermanto, dkk. 1994) Peta Geol Kajian Pustaka Survei Pendahuluan Survei Lapangan Eksplorasi Batubesi dengan Metode Geolistrik 2D Pole-Pole Proses Pengeboran Pengambilan Sampel Batuan Pengolahan Data dengan Software Earth Imager 2D Pengolahan Data dengan Software Winlog Analisis Sampel dengan AAS Penampang Geolistrik 2D Korelasi Data Litologi batuan Korelasi Komposisi Mineral Pendugaan Awal Data Litologi berdasarkan resistivitas dan kandungan mineral Kontur Pola Sebaran Batubesi Interpretasi dan Analisa Data Komposisi Mineral Penyusun Sampel Visualisasi 3D Hasil Pembahasan Kesimpulan Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Basri, M.H., dkk. Analisis Keberadaan Biji Besi...109 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Geolistrik Gambar 3 merupakan penampang Geolistrik 2D lintasan 1 dengan arah berorientasi timurlautbaratdaya yang memperlihatkan adanya lapisan di bawah permukaan sepanjang lintasan 1. Gambar tersebut menunjukkn adanya lapisan dengan resistivitas paling rendah yaitu 50-343 Ohm meter yang ditandai dengan warna biru. Lapisan ini merupakan lapisan yang mendominasi dalam lintasan ini tersebar pada seluruh lintasan dengan kedalaman 8-34 meter. Lapisan kedua adalah lapisan dengan resistivitas 343-1111 Ohm meter yang ditandai dengan warna hijau. Lapisan ini tersebar pada seluruh lintasan dengan kedalaman 0-9 meter dan beberapa dijumpai pada posisi meter ke 73-103 dengan kedalaman 25-34 meter. Lapisan ketiga dengan resistivitas 1111-1698 Ohm meter yang ditandai dengan warna kuning terdapat pada kedalaman 3-8 meter dan hanya tersebar pada beberapa bagian yaitu meter ke 54-122. Lapisan terakhir yang memiliki nilai resistivitas terbesar yaitu 1698-5500 Ohm meter terdapat pada kedalaman 4-6 meter. Lapisan ini ditandai dengan warna merah dan hanya terdapat sedikit pada lintasan ini. Gambar 4 merupakan penampang Geolistrik 2D lintasan 4 dengan arah berorientasi baratlauttenggara yang menunjukkan hasil interprestasi bawah permukaan sepanjang lintasan 4. Lintasan ini berada pada posisi tertinggi dalam daerah penelitian ini. Lapisan pertama dengan resistivitas terendah yaitu 50-343 ohm meter yang ditandai dengan warna biru terdapat pada posisi meter ke 24-63 dengan kedalaman 19-39 meter. Lapisan ini juga terdapat pada posisi meter ke 72-121 dengan kedalaman 10-20 meter. Berbeda dengan lintasan sebelumnya pada lintasan ini lapisan ini lebih sedikit dijumpai. Lapisan kedua dengan resistivitas 343-1111 Ohm meter tersebar sepanjang lintasan dengan kedalaman 0-39 meter. Lapisan ketiga dengan resistivitas 1111-1698 meter hanya terdapat sedikit pada lintasan ini. Lapisan ini terdapat pada meter ke 72-87 dengan kedalaman 20-25 dan sedikit dijumpai pada permukaan. Lapisan terakhir dengan resistivitas 1698-5500 Ohm meter terdapat hampir sepanjang lintasan dengan kedalaman 0-9 meter. Lapisan ini lebih banyak ditemukan pada lintasan ini

110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (108 118) dibandingkan dengan lintasan sebelumnya. Gambar 5 merupakan penampang Geolistrik 2D lintasan 10 dengan arah berorientasi baratlauttenggara yang menunjukkan hasil interprestasi bawah permukaan sepanjang lintasan 10. Lapisan pertama dengan resistivitas terendah yaitu 50-343 Ohm meter ditandai dengan warna biru dijumpai hampir tersebar sepanjang lintasan dengan kedalaman bervariasi antara 0-35 meter. Pada beberapa bagian dapat dilihat lapisan ini menembus permukaan yang tidak ditemukan pada lintasan lainnya. Lapisan kedua dengan resistivitas 343-1111 Ohm meter ditandai dengan warna hijau tersebar di permukaan dengan kedalaman 0-10 meter dan beberapa dijumpai pada kedalaman 14-33 meter. Lapisan keempat dengan resistivitas 1111-1698 meter ditemukan pada kedalaman 2-6 meter dan 15-21 meter. Lapisan terakhir dengan resistivitas 1698-5500 Ohm meter ditemukan pada permukaan dengan kedalaman 1-5 meter dan 15-21 meter. Gambar 3. Penampang Geolistrik 2D lintasan 1 Gambar 4. Penampang Geolistrik 2D lintasan 4 Gambar 4. Penampang Geolistrik 2D lintasan 4

23 Basri, M.H., dkk. Analisis Keberadaan Biji Besi...109 Gambar 5. Penampang Geolistrik 2D lintasan 10 Hasil Pengambilan Data Bor Pemboran dilaksanakan bulan Desember 2013 dengan metode full coring. Berdasarkan hasil pendugaan Geolistrik disimpulkan bahwa pada daerah penelitian secara umum terdapat empat lapisan batuan dan untuk membuktikan pendugaan tersebut maka kemudian dilakukan pemboran pada tiga titik bor. Pemboran dilakukan di lokasi Geolistrik yaitu pada lintasan 1, 4 dan 10 yang posisinya ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6. Peta lintasan Geolistrik dan titik bor dengan kontur topografi Tabel 1 menunjukkan hasil analisis AAS terhadap 5 sampel batuan berasal dari singkapan dan hasil pemboran pada lokasi X Kabupaten Lamandau. Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan korelasi data Geolistrik dengan data bor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai resistivitas dari data geolistrik dan litologi batuan berdasarkan data bor. Berdasarkan hasil Geolistrik, pemboran dan analisis laboratorium

110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (108 118) maka diperoleh data lapisan batuan dengan kandungan Fe yang dikelompokkan berdasarkan nilai resistivitas (Tabel 2). Tabel 1. Hasil Analisa kualitatif dan kuantitatif dengan AAS Laterit Batu Pasiran Batu Pasir Andesit Gambar 7. Korelasi penampang Geolistrik lintasan 10 dan data bor DH 01

Basri, M.H., dkk. Analisis Keberadaan Biji Besi...109 Batu Lempu ng Andesit Gambar 8. Korelasi penampang Geolistrik lintasan 1 dan data bor DH 02 Pasiran And esit So il Batu Pasir Gambar 9. Korelasi penampang Geolistrik lintasan 1 dan data bor DH 03 Tabel 2. Analisis Lapisan Batuan serta Kadar Fe Berdasarkan Variasi Resistivitas RESISTIVITAS (Ohm Meter) 5500 3599 KADAR KODE WARNA JENIS BATUAN Fe (%) Laterit 38,37 1698 1111 Pasiran 9,12 524-343 162 106 50 Batu dan Batu Pasir ± 5,00

110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (108 118) Sebaran Bijih Besi Laterit Arah sebaran Bijih besi laterit pada daerah penelitian dapat diketahui dengan permodelan secara 3D dari data Geolistrik dan data log bor dengan menggunakan software rockworks yang ditampilkan pada gambar arah sebaran bijih besi laterit pada daerah penelitian yang ditandai dengan warna merah. Gambar 10 memperlihatkan arah penyebaran bijih besi laterit pada daerah penelitian tersebar sepanjang lintasan 3, 4, 5 dan 6 dengan arah sebaran Barat daya Timur laut. Berdasarkan hasil perhitungan dengan software rockworks diperoleh volume bijih besi laterit pada daerah penelitian sebesar 151.151 m 3. Gambar 10. Permodelan 3D arah sebaran Bijih besi laterit KESIMPULAN Bijih besi di lokasi X Kabupaten Lamandau secara umum merupakan Bijih besi sekunder berupa Bijih besi laterit dengan resisitivitas 1698 5500 Ohm meter. Secara umum Bijih besi laterit terdapat pada kedalaman 0-10 meter dari permukaan dan tidak tersebar merata pada semua lintasan. bijih besi laterit pada daerah penelitian tersebar sepanjang lintasan 3, 4, 5, dan 6 dengan arah sebaran Barat daya- Timur laut dan volume bijih besi sebesar 151.151 m 3. Hasil analisa AAS diketahui bahwa kandungan Fe pada endapan Bijih besi di daerah penelitian sebesar 38,37 %. DAFTAR PUSTAKA Darmawan, H. & F.H.Sidi. 2000. An Outline Of The Geology Of Indonesia. Indonesian Association Of Geologist (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) IAGI, Jakarta. Hendrajaya, L. & I.Arif, 1999. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, FMIPA Institut Teknologi Bandung, Bandung Hermanto, B., S. Bachri & S. Atmawinata. 1994. Peta Geologi Lembar Pangkalanbuun Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Karyanto, I. Saputra & R. Wahyuningrum. 2009. Studi Tahanan Jenis Batuan Untuk Identifikasi Mineral Bijih besi Di Tegineneng Limau Tanggamus. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung. Jurnal Sains MIPA. 2009. 15(1) : 51-58. Loke, M.H. 1999. Rapid 2D Resistivity & IP Inversion using the least-

Basri, M.H., dkk. Analisis Keberadaan Biji Besi...109 square method. Geotomo Software, Malaysia. Rusli, M. 2009. Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam di Desa Uekuli Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tadulako, Palu. Indonesian Journal of Materials Science. 2009. Edisi Khusus : 14-19. Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second Edition. Cambridge University Press, USA. Widodo, W. 2006.Inventarisasi Endapan Besi Primer di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah. Pusat Sumberdaya Geologi, Palangkaraya.