STRATEGI SANITASI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KELOMPOK KERJA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Logo Kabupaten/Kota

dokumen-dokumen yang mirip
POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Arah Pengembangan Sanitasi

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB I PENDAHULUAN

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KERINCII PROVINSI JAMBI Logo Kabupaten/Kota KELOMPOK KERJA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN KERINCI 2013

BUPATI KERINCI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunann Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci. Dalam rangka Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, diperlukan upaya penanganan sanitasi yang lebih terencana, terukur, terintegrasi dan sistematis. Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci ini difasilitasi oleh fasilitator Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, pemerintah pusat, provinsi maupun Kabupaten bersama Kelompok Kerja Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Kerinci. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci merupakan potret kondisi yang menggambarkan tingkat layanan, potensi dan permasalahan sektor sanitasi di Kabupaten Kerinci. Adapun yang tertuang dalam Buku Putih sanitasi ini adalah sektor sanitasi yang mencakup sub sektor Air limbah, sub sektor Persampahan, dan sub sektor Drainase. Sanitasi merupakan salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan erat dengan kesehatan, pola hidup, kondisi permukiman dan lingkungan. Saya menyampaikan apresiasi atas dipublikasikannya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci sebagai acuan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten. Besar harapan saya adanya respon positif dari berbagai pihak dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas Kabupaten Kerinci. Semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan kekuatan agar kita dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang optimal untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kerinci keseluruhan. Kerinci, Desember 2013 BUPATI KERINCI H. MURASMAN

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR PETA v DAFTAR LAMPIRAN. vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Wilayah Cakupan SSK.. 3 1.3. Maksud dan Tujuan. 5 1.4. Metodologi.. 5 1.5. Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain. 6 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi 8 2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi 10 2.2.1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik 9 2.2.2. Tahapan Pengembangan Persampahan.. 10 2.2.3. Tahapan Pengembangan Drainase. 16 2.3. Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi 19 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik. 24 3.2. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan.. 25 3.3. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase.. 26 3.4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan).. 27 BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1. Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi. 29 4.2. Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik.. 36 4.3. Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan.. 42 4.4. Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase 53 4.5. Program dan Kegiatan Pengembangan Prohisan. 58 BAB V STRATEGI MONEV 5.1. Penjabaran. 68 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Tabel Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kerinci.. 9 Tabel 2.2. Tabel Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Kerinci.. 14 Tabel 2.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kab. Kerinci. 16 Tabel 2.4. Tahapan Pengembangan Drainase Kab. Kerinci. 19 Tabel 2.5. Tabel Perhitungan Pertumbuhan Pendanaaan APBD Kab. Kerinci untuk Sanitasi Tahun 2009 s/d 2013. 20 Tabel 2.6. Tabel Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab. Kerinci untuk Sanitasi Tahun 2014 s/d 2018.. 21 Tabel 2.7. Tabel Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Kerinci untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi Tahun 2009 s/d 2013.. 21 Tabel 2.8. Tabel Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab. Kerinci untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2014 s/d 2018 22 Tabel 2.9. Tabel Perkiraan Kemampuan APBD Kab. Kerinci dalam mendanai Program/Kegiatan SSK Tahun 2014 s/d 2018. 22 Tabel 3.1. Tabel Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik. 24 Tabel 3.2. Tabel Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan 25 Tabel 3.3. Tabel Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase 27 Tabel 3.4. Tabel Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga 28 Tabel 3.5. Tabel Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Sanitasi Sekolah. 28 Tabel 4.1a. Tabel Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi untuk 5 Tahun. 31 Tabel 4.1b Tabel 4.1c Tabel Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi APBD Kab. Kerinci untuk 5 Tahun 32 Tabel Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi APBD Provinsi untuk 5 Tahun 33 Tabel 4.1d Tabel Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi APBN untuk 5 Tahun. 34 Tabel 4.1e Tabel Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi Non Pemerintah untuk 5 Tahun 35 Tabel 4.2a Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik. 36 Tabel 4.2b Tabel 4.2c Tabel Strategi Sanitasi Pengembangan Air Limbah Domestik.. 37 Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBD Kabupaten Kerinci 38 Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBD Provinsi 39 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Tabel 4.2d Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBN 40 Tabel 4.2e Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan Non Pemerintah 41 Tabel 4.3a Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan 42 Tabel Strategi Sanitasi Pengembangan Persampahan 43 Tabel 4.3b Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBD Kab. Kerinci. 47 Tabel 4.3c Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBD Provinsi. 48 Tabel 4.3d Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBN 50 Tabel 4.3e Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan Non Pemerintah 52 Tabel 4.4a Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase. 53 Tabel 4.4b Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBD Kab. Kerinci.. 54 Tabel 4.4c Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBD Provinsi. 55 Tabel 4.4d Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBN 56 Tabel 4.4e Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan Non - Pemerintah 57 Tabel 4.5a Tabel Program dan Kegiatan Pengelolaan Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan).. 58 Tabel 4.5b Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Prohisan Sumber Pendanaan APBD Kab. Kerinci.. 59 Tabel 4.5c Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Prohisan Sumber Pendanaan APBD Provinsi. 60 Tabel 4.5d Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Tabel 4.5e Pengembangan Prohisan Sumber Pendanaan APBN. 61 Tabel Rencana Program dan Kegiatan Sektor Sanitasi Pengembangan Prohisan Sumber Pendanaan Non Pemerintah 62 Tabel 5.1. Tabel Matriks Monitoring dan Evaluasi Implementasi.. 66 Tabel 5.2 Tabel Mekanisme Monev Implementasi SSK. 71 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

DAFTAR PETA Halaman Peta 1.1. Peta Cakupan Wilayah Kajian Kabupaten Kerinci.. 4 Peta 2.1a Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik - Sistem Onsite.. 12 Peta 2.1b Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik - Sistem Offsite.. 13 Peta 2.2. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan.. 15 Peta 2.3. Peta Tahapan Pengembangan Drainase.. 18 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

DAFTAR LAMPIRAN 1. KKL SSK Kabupaten Kerinci 2. Glosarry 3. Peta ukuran A3 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mencapai target MDGs 2015 khususnya di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif, oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan terarah sehingga dapat memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penanganan persoalan sanitasi. Pemerintah saat ini telah memiliki road map pembangunan sanitasi guna mencapai target Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015. Berdasarkan laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010 yang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menyebutkan bahwa dalam meningkatkan akses penduduk terhadap sanitasi yang layak, kebijakan ke depan diarahkan pada peningkatan investasi pengelolaan sistem air limbah terpusat dan penyediaan sanitasi berbasis masyarakat dengan fokus pelayanan bagi masyarakat miskin. Investasi tersebut diberikan untuk pengembangan sistem pengolahan air limbah terpusat skala Kabupaten (offsite), pembangunan sistem sanitasi setempat (on-site) dan juga pengembangan dan perbaikan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT). Berbagai terobosan tengah dilaksanakaan untuk mengejar ketertinggalan dalam penyediaan layanan sanitasi,seperti peluncuran Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2010-2014 yang menekankan bahwa sanitasi adalah urusan bersama seluruh pihak baik pemerintah, swasta, donor, dan masyarakat. Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi di Indonesia tercatat baru 49% penduduk Indonesia yang mampu mengakses sarana dan prasarana sanitasi yang aman. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki sistem jaringan air limbah (sewerage) terendah di Asia, kurang dari 10 Kabupaten di Indonesia yang memiliki sistem jaringan air limbah dengan tingkat pelayanan hanya sekitar 1,3% dari keseluruhan jumlah populasi. Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan, karena rendahnya cakupan layanan penyehatan lingkungan. Hal ini disebabkan ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat, yang tercermin dari perilaku masyarakat, saat ini masih banyak yang buang air besar di sungai dan kebun. Berdasarkan kondisi tersebut maka Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk mengambil suatu tindakan yang lebih kongkrit melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi, melalui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Salah satunya melaksanakan kebijakan nasional tentang program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diantaranya melalui penyusunan SSK sebagai tahap awal dalam pelaksanaan program pembangunan sanitasi, sehingga pada akhirnya dapat digunakan secara efektif dan efesien. Kabupaten Kerinci termasuk salah satu Kabupaten di Indonesia yang rawan terhadap masalah sanitasi. Berdasarkan hasil kajian Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci tahun 2013 di peroleh data bahwa praktek tidak melakukan CTPS di waktu penting terbanyak persentasenya adalah sebelum makan adalah 86,8 %, sedangkan yang melakukan CTPS 13,2%, CTPS terbesar persentasenya adalah waktu sebelum menyiapkan masakan sebesar 72,5 %, dan dilanjutkan dengan waktu melakukan CTPS pada waktu sebelum memberi /menyuapi anak sebesar 68,1 %, waktu melakukan CTPS setelah menceboki bayi/anak sebesar 62,9%, persentase waktu CTPS sebelum makan adalah sebesar 41,9 %, dan yang paling kecil persentasenya waktu melakukan CTPS adalah setelah dari buang air besar yaitu sebesar 33,8 %. Permasalahan di sektor persampahan antara lain masih temui bahwa kebiasaan masyarakat membuang sampah rumah tangga yang terbanyak yaitu dengan dibuang ke Sungai/kali sebesar 38,1 %,kemudian diikuti dengan dibuang ke dalam lahan kosong/kebun sebesar 25,5 %, dibakar 1 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

persentasenya sebesar 17,7 %,dikumpulkan dan dibuang ke TPS adalah sebesar 10,6 %, Lain-lain sebesar 4,8 %,dan dibuang dalam lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 2,2 %, namun persentase yang terbesar pengelolaan sampah dengan cara dibuang ke Sungai/kali adalah pada klaster 4 sebesar 64,2 % kemudian diikuti klaster 3 sebesar 45,3 %,klaster 2 sebesar 31,3 % dan persentase terkecil adalah klaster 1 yaitu sebesar 25,5 %. perilaku praktik pemilihan sampah rumah tangga yang terbanyak yaitu tidak dipilah/dipisah sebesar 85,1 %, kemudian diikuti dengan dipilah/dipisah 14,9 %, namun persentase yang terbesar untuk perilaku praktik pemilihan sampah rumah tangga yang tidak dipilah/dipisah adalah pada klaster 4 sebesar 98,4 % kemudian diikuti klaster 1 sebesar 92,9 %, klaster 2 sebesar 75,0 % dan persentase terkecil adalah klaster 3 yaitu sebesar 55,2 %. Sampah masih open dumping serta belum tertangani sampah/limbah medis. Untuk sektor drainase Kabupaten Kerinci masih rawan terhadap banjir dan genangan, belum terkoneksinya jaringan drainase tersier di permukiman penduduk dengan jaringan baik sekunder maupun tersier. Permasalahan disektor sanitasi saat ini merupakan suatu pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci yang tentu saja memerlukan dukungan semua staheholder dengan pendanaan yang cukup besar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu dokumen perencanaan untuk menentukan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi yang layak bagi masyarakat, berfungsi secara berkelanjutan, dan memenuhi standar teknis sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan yang kenal dengan Buku Strategi Sanitasi (SSK) Dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) terdapat 4 (empat ) kriteria penting yang harus dipenuhi untuk kualifikasi yaitu: 1. Disusun dari, oleh dan untuk Kabupaten 2. Komprehensif, Multisektor & terintegrasi 3. Berdasarkan data empiris (aktual) 4. Gabungan pendekatan top down dan bottom up Pengembangan layanan sanitasi Kabupaten harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang kompehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat Kabupaten-Kabupaten Indonesia akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD -SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi Kabupatennya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi Kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Kerinci berisi visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Kerinci berikut aspek-aspek pencapaiaannya antara lain meliputi : Aspek Teknis Mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan (a) Layanan Sub Sektor Air Limbah Domestik, (b) Layanan Sub Sektor Persampahan, (c) Layanan Sub Sektor Drainase Lingkungan, (d) Layanan Sektor Air Bersih, dan (e) Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Aspek Pendukung Mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen (a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan, (c) Komunikasi, (d) Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan, (f) Monitoring dan Evaluasi. 2 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

1.2. Wilayah Cakupan SSK Wilayah Kajian mencakup seluruh wilayah Kabupaten Kerinci dengan sasaran utama adalah Seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci sebagaimana telah di tetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2012 2032 yang meliputi antara lain : - Kecamatan Gunung Tujuh - Kecamatan Kayu Aro - Kecamatan Kayu Aro Barat - Kecamatan Gunung Kerinci - Kecamatan Siulak - Kecamatan Siulak Mukai - Kecamatan Air Hangat Barat - Kecamatan Air Hangat - Kecamatan Air Hangat Timur - Kecamatan Depati VII - Kecamatan Sitinjau Laut - Kecamatan Danau Kerinci - Kecamatan Keliling Danau - Kecamatan Bukit Kerman - Kecamatan Gunung Raya - Kecamatan Batang Merangin 3 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Peta 1.1 Peta cakupan wilayah Kajian Kabupaten Kerinci

1.3. Maksud dan Tujuan a. Maksud - Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Kerinci dimaksudkan agar Pemerintah Daerah mempunyai kerangka berpikir dan kerangka tindak secara strategis dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi secara komprehensif yang berkelanjutan. - Tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kabupaten yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Kerinci dalam jangka menengah (5 tahunan). b. Tujuan Secara garis besar penyusunan rencana startegis Kabupaten Kerinci dapat ditinjau dari : a) Tujuan Umum Kerangka kerja strategi sanitasi Kabupaten (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kabupaten Kerinci mulai Tahun 2013 hingga Tahun 2018. b) Tujuan Khusus 1. Kerangka kerja strategi sanitasi Kabupaten (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Kerinci selama 5 tahun yaitu Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2018. 2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi. 3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan. 1.4. Metodologi Metode yang dipakai dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci ini disusun oleh Pokja Sanitasi secara partisipatif dan terintegrasi lewat diskusi, lokakarya dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Tim Konsultan. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metode dilakukan bersama pokja baik lokakarya dan pelatihan, diskusi dan pembekalan. Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan berikut: 1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi Kabupaten Kerinci (dari Buku Putih Sanitasi), untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi Kabupaten. Kondisi semua sub sektor sanitasi yang terdiri; a. sub sektor air limbah, b. sub sektor persampahan, c. sub sektor drainase lingkungan dan di tambah lagi dengan sektor komponen terkait sanitasi yaitu PHBS serta aspek pendukung lainnya. Metode yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi. 2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi Kabupaten Kerinci dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kerinci dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Kerinci. 5 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan (Gab) digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan. 4. Merumuskan strategi sanitasi Kabupaten yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi Kabupaten jangka menengah (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi. a. Sumber Data Data Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kerinci Tahun 2013 Data primer; yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan Pokja. Data primer juga berupa rekaman hasil wawancara maupun potret / dokumentasi kondisi eksisting di lapangan,termasuk FGD. Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. Data sekunder; yang diperoleh dari Desk Study (kajian literature ) dan ju ga dokumen yang dimiliki tiap dinas/ SKPD yang terlibat dalam POKJA Sanitasi ( Renstra SKPD, RPIJMD, RPJMD, RTRW Kabupaten Kerinci), buku-buku umum ekspose Kabupaten Kerinci ( Profil Kabupaten Kerinci) Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas / badan / kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. Data yang dibutuhkan antara lain: Data sanitasi Kabupaten Kerinci Data demografi, data sosial ekonomi, data institusi / kelembagaan dan data tata ruang. b. Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : Desk Study (kajian Literature, data sekunder) Field Research (Observasi Lapangan, wawancara responden) FGD dan indepth interview c. Analisis Data Analisis data dilakukan secara Deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Merumuskan strategi sanitasi kabupaten yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi. 1.5. Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain a. Posisi Strategi Sanitasi Kabupaten SSK adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2016 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar yang merupakan target ke 10 MDGs. 6 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

b. Kaitan SSK dengan Dokumen Perencanaan Lain a. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan RPJP Dokumen RPJP Kabupaten Kerinci tahun 2005-2025 digunakan sebagai referensi untuk memetakan permasalahan terkait sanitasi dan arah pelaksanaan program sanitasi ke depan. b. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan RPJM Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) menggunakan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menangah (RPJMD) Tahun 2009-2014 sebagai referensi untuk memperoleh data isu isu strategis dan permasalahan mendesak terkait program sanitasi yang harus di tangani segera dan sebagai pedoman untuk menentukan visi dan misi serta kebijakan sanitasi kedepan. c. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan RPIJMD Strategi Sanitasi Kabupaten SSK menggambarkan rencana program dan kegiatan setiap SKPD yang menangani sanitasi sebagaimana tertuang dalam RPIJMD tersebut dan akan menjadi pedoman bagi setiap satuan kerja perangkat daerah dalam penyesuaian program terhadap Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kerinci yang berlaku sekarang. d. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan RTRW Kabupaten Kerinci Dalam pelaksanaan penyusunan SSK memperhatikan dan mempedomani struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Kerinci dimana kebijakan struktur dan pola ruang tersebut menjadi acuan dalam penentuan wilayah kajian dalam penyusunan SSK. e. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK) menggambarkan rencana program dan kegiatan setiap SKPD yang menangani sanitasi sebagaimana tertuang dalam Renstra SKPD tersebut dan akan menjadi pedoman bagi setiap satuan kerja perangkat daerah dalam penyesuaian program terhadap Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang berlaku sekarang. 7 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

2.1 Visi Misi Sanitasi BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur sebagai sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah organisasi, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagai keberhasilan sebuah program maupun kegiatan. Oleh karena demikian, dalam bidang pembangunan sanitasi, kabupaten Kerinci telah menyusun visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi kabupaten Kerinci sangat erat dengan kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Kerinci. Tabel dibawah ini, merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi dan Misi Per subsektor sanitasi serta Visi dan Misi Kabupaten Kerinci yang tertuang dalam dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Kerinci. Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna terjalinnya sinergi yang dinamis antara seluruh pemangku kepentingan (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kerinci. Partisipasi masyarakat dan peran serta swasta harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga ke tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan. 8 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kerinci Visi Kabupaten Kerinci Misi Kabupaten Kerinci Visi Sanitasi Kabupaten Kerinci Misi Sanitasi Kabupaten Kerinci Kerinci Sejahtera, Damai dan Agamis Berbasis Ekonomi Kerakyatan 1. Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 3. Peningkatan dan Pengembangan Daya Saing Perekonomian Rakyat 4. Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa 5. Menciptakan Kerinci Yang Aman, Damai dan Demokratis Sumber: Analisa Pokja PPSP Kab. Kerinci 2013 Terwujudnya Kabupaten Kerinci Bersih dan Sehat melalui Pembangunan Sanitasi yang handal dan berkualitas MISI AIR LIMBAH - Mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaan air limbah. MISI PERSAMPAHAN - Mengoptimalkan pengolahan persampahan dengan teknologi yang handal dan berkualitas MISI DRAINASE - Mengoptimalkan operasionalisasi pengelolaan drainase yang tersedia. MISI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT - Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di kabupaten kerinci. 9 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

2.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi 2.2.1 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Tahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan kota secara menyeluruh sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan seperti RPJPD, RPJMD, dan RPIJMD serta dokumen RTRW Kabupaten Kerinci. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi antara lain adalah : a. Arah pengembangan pembangunan yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten Kerinci dalam Jangka Pendek sampai dengan jangka panjang b. Proyeksi pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk pada setiap kawasan berdasarkan luas terbangun c. Kawasan beresiko sanitasi d. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah) Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu pokok sanitasi air limbah domestik, permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kerinci, sebagai berikut: 1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekuensi luas terhadap PHBS dan kualitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk. 2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kerinci baik di daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum ada, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum tersedia. 3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebihlebih pada off site system. 4. Akses jamban masih rendah yakni hanya 59 % (sumber data Dinkes Kab. Kerinci, kondisi fisik jamban umumnya masih dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau memiliki sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling menentukan adalah tingkat kepedulian. 5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik dilingkungan Pemerintah, masyarakat, maupun swasta. 6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah. 7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang, belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat. 8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan. 10 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas tersebut adalah kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan(center of Business Development/ komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Analisis yang dilakukan menghasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan system pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut membagi daerah kajian ke dalam beberapa zonasi sistem pengelolaan air limbah. Untuk Klasifikasi wilayah di Kabupaten Kerinci dalam 5 tahun sampai 15 ke depan tidak mengalami perubahan klasifikasi wilayah. Berdasarkan estimasi tersebut serta memperhatikan faktor-faktor lain seperti rencana tataguna lahan dan kondisi tanah, maka sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Kerinci dibagi kedalam 3 zonasi. Wilayah-wilayah yang diklasifikasikan dalam area Zona 1 terdapat di kecamatan Bukit kerman, Gunung raya, Sebagian Batang Merangin, Gunung Tujuh, Kayu Aro dan Gunung Kerinci, yaitu area dengan resiko sanitasi relatif tinggi karena penduduknya yang relatif padat dengan luas terbangun yang kecil, yang harus diatasi dengan sistem off-site (medium) dalam pengelolaan limbah domestic Jangka Menengah - Pendek. Sementara yang diklasifikasikan dalam Zona II, yaitu area yang diperkirakan memiliki resiko sanitasi tinggi dalam jangka Menengah - jangka panjang karena pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi yang dicirikan oleh tingginya tingkat pertumbuhan pembangunan perumahan di wilayah tersebut. Sistem sanitasi yang dipilih untuk mengatasi kondisi ini adalah system Off-site Setempat dalam jangka Menegah -jangka panjang. Berikutnya yaitu Zona III yang terletak di kecamatan Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, Danau Kerinci, Depati VII dan Keliling Danau yang mana termasuk kategori Rural area, sistem pengelolaan sanitasi yang dipilih adalah system melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) serta penyediaan MCK++. Prinsip pendekatan STBM adalah non subsidi. Masyarakat akan di bangkitkan kesadarannya bahwa masalah sanitasi adalah masalah masyarakat sendiri dan bukan masalah pihak lain. Dengan demikian yang harus memecahkan permasalahan sanitasi adalah masyarakat sendiri. Di harapkan dengan bermula dari STBM, kemudian dilanjutkan dengan program kesehatan lainnya seperti program kampanye cuci tangan, dan program kesehatan lainnya, peningkatan kesehatan masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud. 11 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Peta 2.1a: Peta Tahapan Pengembangan Air LimbahDomestik Sistem Onsite 12 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Peta 2.1b: PetaTahapanPengembangan Air LimbahDomestik Sistem Off-site 13 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

No Tabel 2.2:Tahapan Pengembangan Air LimbahDomestik Kabupaten Kerinci Target cakupan layanan* (%) Cakupan layanan Sistem eksisting* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) A Sistem On-site 1 Individual (tangki septik) 80 % 80 % 90 % 100 % 2 B Komunal (MCK, MCK++, IPAL Komunal) Sistem Off-site 50 % 60 % 75 % 100 % 1 Skala Kota 25 % 35 % 50 % 90 % 2 Skala Wilayah 25 % 35 % 50 % 90 % Sumber : BLHD dan Hasil Study EHRA Kabupaten Kerinci Tahun 2013 Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk oleh sistem dimaksud atas total penduduk Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Kerinci pada umumnya sudah memiliki jamban pribadi persentasenya adalah 57 %, MCK / WC Umum yaitu sebesar 6,3 %. Untuk mencapai target cakupan pengolahan air limbah domestic, Kabupaten Kerinci akan merencanakan program jangka pendek dengan menggunakan system off-site Medium, program jangka menengah dengan system on-site komunal dan individual, dan system STBM, MCK++ untuk jangka panjang. Melihat dari topografi Kecamatan Kerinci, kecamatan Pelawan, dan Kecamatan Singkut dapat dimungkinkan untuk di kembangkan system pengolahan air limbah dengan menggunakan system off-site medium dalam skala kota. 2.2.2 Tahapan Pengembangan Persampahan Penentuan kebutuhan penanganan persampahan dikelompokkan menurut wilayah pelayanan. Terdapat 2 (Dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan,yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah Peri Urban, dan Rural yang dicirikan dengan kepadatan penduduk. Ketiga Klasifikasi Wilayah tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah. Dari hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut maka didapatkan zona-zona kebutuhan pelayanan persampahan yang dapat diuraikan sebagai berikut : Zona 1 : merupakan klasifikasi wilayah Peri Urban yang dicirikan dengan kepadatan, system pengolahan sampah dengan menggunakan system Tidak Langsung Coverage (Kel. Pasar Pelawan, Dusun Kerinci, Pasar Kerinci, dan Kel. Suka Sari) Zona 2 : merupakan klasifikasi wilayah Rural yang dicirikan dengan kepadatan, system pengolahan sampah dengan menggunakan system Tidak langsung Coverage selain desa diatas dari 143 desa di Kabupaten Kerinci.. 14 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Peta 2.2: PetaTahapan Pengembangan Persampahan 15 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Tahapan pengembangan persampahan Kabupaten Kerinci terdapat 2 sistem pengolahan yaitu system penanganm Langsung dan penanganan tidak langsung, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada umumnya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikann yaitu rata-rata 2,48 % pertahun. Dari tabel di bawah ini Kabupaten Kerinci baru mencapai 56 % untuk penanganan langsung khususnya di daerah komersil baru, sedangkan Kecamatan lain belum sepenuhnya. Untuk wilayah perkantoran di Kabupaten Kerinci sepenuhnya telah dengan baik. No Tabel 2.3:Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Kerinci Cakupan layanan* (%) Cakupan layanan Sistem eksisting* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) A Penanganan langsung (Direct) (c) (d) (e) 1 Kawasan komersial (CDB) 90 % 70 % 75 % 100 % B Penanganan tidak langsung (indirect) 1 Kawasan permukiman 90 % 70 % 75 % 100 % 2 Kawasan perkantoran 90 % 70 % 75 % 100 % Sumber : BLHD Kabupaten Kerinci Tahun 2013 Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk oleh sistem dimaksud atas total penduduk 2.2.3 Tahapan Pengembangan Drainase Zonasi sistem drainase perkotaan Kerinci terbagi atas 3 sistem penzonasian dengan maksud agar konsep perencanaan dapat diperuntukan sesuai dengan daya dukung lahan dan karakteristik masing-masing wilayah perencanaan dikarenakan sebagian struktur penggunaan ruang pada kawasan perkotaan tidak hanya terkosentrasi pada kegiatan permukiman saja, sektor kegiatan dikawasan perkotaan juga yang terkonsentrasi pada kegiatan perdagangan dan jasa, pemerintahan, serta pelayanan umum dan pelayanan sosial. Untuk itu dengan sistem penzonasian diharapkan hasil rencana dapat disesuaikan terhadap penggunaan lahan dan tingkat kepadatan kota. Sebagaimana halnya sub-sektor sanitasi lainnya, pengembangan sub sektor drainase juga memerlukan analisis yang tepat untuk menentukan pengembangan sistem sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Berbagai keterbatasan mengharuskan pemerintah untuk mengklasifikasikan setiap kawasan ke dalam beberapa zona prioritas agar pengembangan sistem drainase dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria yaitu kepadatan penduduk, tataguna lahan(kawasan CBD/komersil atau permukiman), daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Hasil analisis yang akan menjadi acuan untukperencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut : Zona I untuk prioritas1 : merupakan area Peri Urban dengan prioritas jangka pendek menengah Zona II untuk prioritas 2 : merupakan area Peri Urban dengan prioritas jangka Panjang Zona III untuk prioritas 3 : merupakan area Rural dengan prioritas jangka Panjang, Selain Selain desa dari zona I dan Zona 2 dari 287 Desa di Kabupaten Kerinci. Drainase Kota pada dasarnya berfungsi untuk mengalirkan limpahan air hujan agar tidak terjadi genangan air atau banjir. Banjir pada kawasan kota pada umumnya sangat mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat, menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan Berat dapat menimbulkan kerugian harta benda atau investasi infrastruktur kota. Oleh karena itu rencana sistem drainase kota perlu mendapat perhatian serius pemerintah kota pada masa awal pembangunan dan perlu disinkronisasikan dengan program-program pembangunan jaringan jalan dan utilitas lainya. Konsep dasar yang banyak digunakan dalam Perencanaan Pembangunan Drainase di seluruh kota di Indonesia adalah konsep drainase konvensional atau drainase 'Pengaturan Kawasan" yaitu upaya membuang atau 16 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

mengalirkan seluruh air hujan yang jatuh ke suatu wilayah secepat-cepatnya ke sungai terdekat". Seluruh air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat tanpa ada upaya agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah. Dampak dari pemakaian konsep drainase konvensional tersebut akan terjadi kekeringan, banjir, longsor dan pelumpuran. 17 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Peta 2.3: PetaTahapan Pengembangan Drainase 18 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

No Sistem Tabel 2.4:Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Kerinci Cakupan layanan eksisting* (%) 19 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci Jangka pendek Cakupan layanan* (%) Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 2 3 Saluran tersier (Saluran 90 % 75 % 90 % 100 % Pembawa) Saluran Sekunder (Saluran 90 % 100 % 75 % 90 % Pegumpul) Saluran Primer (Saluran 90 % 100 % 75 % 90 % pembuangan) 90 % 75 % 90 % 100 % Sumber : Dinas PU CK Kabupaten Kerinci Tahun 2013 Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk oleh sistem dimaksud atas total penduduk 2.3 Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya y ang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu sub komponen Pendapatan dan gambaran umumnya. A. Komponen Penerimaan Pendapatan (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari : 1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajakpajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah. 2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi Pelayanan Persampahan; Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah. 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD; dan 4. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah. B. Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas : 1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Pengha silan Badan maupun Pribadi; sedangkan BHBP atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi. 2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan Celah Fiskal yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.

Keuangan Kabupaten/Kota dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang bertujuan untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program sanitasi Kabupaten Kerinci, meliputi: Gambaran umum kondisi keuangan daerah selama 5 tahun terakhir, yang dipergunakan untuk mengetahui: Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), Trend perkembangan penerimaan Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atasan (Pusat atau Propinsi); Profil dan perkembangan APBD 1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam APBD Kabupaten/Kota 2. Perkembangan bantuan Pemerintah Pusat (GOI) 3. Perkembangan kontribusi dan masyarakat 4. Perkembangan dana pinjaman 5. Perkembangan dan public saving Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi keuangannya: Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun 1. Gunakan asumsi dasar sebagai berikut: a. Melihat kecenderungan trend historis pertumbuhan rata-rata per tahun b. Estimasi pertumbuhan akibat adanya action plan c. Adanya kebijaksanaan khusus pemerintahan kabupaten/kota 2. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan SSK Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air minum, limbah, dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah pemerintahan Kabupaten/Kota, sebaliknya pada penganggulangan bencana, jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan. Baik Bantuan Luar Negeri maupun dana pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat (community based development). Kerangka kerja pembiayaan disusun bersifat indikatif dan disesuaikan dengan kapasitas daerah, bersumber dari APBD Kabupaten Kerinci, APBD Propinsi Jambi dan APBN serta sumber pendanaan lainnya yang sah. Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Kerinci untuk Sanitasi Tahun 2009 s/d 2013 No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.1 jt) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Pertumbu han 1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 3.213,40 1.810,54 10.427,99 5.478,44 6.707,17 5.527,50 1.1 Air Limbah Domestik 48,50 785,90 1.734,61 767,72 1.528,94 973,14 1.2 Sampah rumah tangga 369,50 139,15 380,00 390,00 464,00 348,53 1.3 Drainase lingkungan 2,516,42 669,02 8.109,30 3.817,33 4.589,22 3,940,26 1.4 PHBS 278,97 216,462 204,08 503,39 125,00 265,58 2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) - - 2.337,00 758,80 779,56 775,07 2.1 DAK Sanitasi - - 2.337,00 758,80 779,56 775,07 DAK Lingkungan 2.2 Hidup - - - - - - 20 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - - - Pinjaman/Hibah untuk 3 Sanitasi - - - - - Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 3.213,38 1.810,53 8.090,99 4.719,64 5.927,60 4.752,43 Total Belanja Langsung 3.213,39 1.810,55 12.764,99 6.237,24 7.486,72 6.302,58 % APBD murni terhadap 84% Belanja Langsung 100% 100% 63% 76% 79% Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupunpenetapan nilai absolut) Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Kab. Kerinci Tahun 2013 Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan pendanaan untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Kerinci selama periode 2014 2018 dengan rata-rata pertumbuhan 17%, diperoleh proyeksi pendanaan pembangunan sanitasi untuk jangka waktu 5 tahun ke depan yang mencapai besaran sekitar Rp. 189,236 Milyar, atau sekitar 3 % dari alokasi belanja langsung. Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Kerinci untuk Sanitasi Tahun 2014 s/d 2018 No 1 Uraian Perkiraan Belanja Langsung Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.1jt) Total 2014 2015 2016 2017 2018 19.581 19.910 20.135 15.984 16.012 91.622 2 Perkiraan Belanja APBD Murni untuk Sanitasi 9.538 10.021 9.089 8.823 8.851 46.322 3 Perkiraan Pendanaan Sanitasi berdasarkan Komitmen 9.538 10.021 9.089 8.823 8.851 46.322 Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Kab. Kerinci Tahun 2013 Dengan melihat pertumbuhan pendanaan Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi untuk pembangunan sanitasi kabupaten Kerinci selama periode 2009 2012 dalam 5 tahun sebesaran Rp. 259,33 Juta tiap tahunnya dari alokasi belanja langsung yang telah dianggarkan tiap tahunnya. Dilihat dari tabel 2.7 bahwa pendanaan untuk operasional/pemeliharaan dan investasi sanitasi dari tahun 2009 s/d 2012 untuk sub-sektor Air limbah dan persampahan tampak tetap dalam besarannya, sedangkan untuk sub sektor drainase dari tahun ke tahun tidak ada. Hal ini dikarenakan Kabupaten Kerinci masih dalam tahapan pembangunan drainase terus. Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Kerinci untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi Tahun 2009 s/d 2013 No Uraian 21 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci Belanja Sanitasi (Rp.1 jt) 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan ratarata 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) 159,33 159,33 159,33 159,33 159,33 0% 1.2 Sampah rumah tangga 1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 100 100 100 100 100 0% 1.3 Drainase lingkungan 1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) - - - - - - Sumber : RKPD Kab. Kerinci Tahun 2013

Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan pendanaan Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Kerinci selama periode 2014 2018diperoleh proyeksi pendanaan pembangunan sanitasi untuk jangka waktu 5 tahun ke depan yang mencapai besaran sekitar Rp. 300 Juta sampai dengan 250 Juta, dari alokasi belanja langsung yang telah dianggarkan tiap tahunnya. Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Kerinci untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2014 s/d 2018 No 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik Uraian 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) 1.2 Sampah rumah tangga 1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 1.3 Drainase lingkungan Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.1 jt) 2014 2015 2016 2017 2018 Total Pendanaan - - - - - - - - 50 50-100 1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) - 800 800 800 800 3,200 Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Kab. Kerinci Tahun 2013 Berdasarkan perhitungan perkiraan pendanaan APBD murni dan perhitungan perkiraan besaran komitmen pendanaan ke depan untuk sektor sanitasi, yang kemudian dibandingkan dengan perkiraan pendanaan operasional/pemeliharaan, diketahui perkiraan ketersediaan atau kemampuan APBD untuk mendanai berbagai program dan kegiatan sanitasi 5 (lima) tahun ke depan untuk mencapai visi dan tujuan pembangunan sanitasi di Kabupaten Kerinci. Dengan mengetahui perkiraan besaran dana APBD pemerintah daerah dapat mengetahui kekuatan dan kelamahan dalam mencapai visi dan misi sanitasi kabupaten. Tabel 2.9 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Kerinci dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK Tahun 2014 s/d 2018 No Uraian Pendanaan (Rp.1 jt) 2014 2015 2016 2017 2018 Total Pendanaan 1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan - 800 850 850 800 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 9.538 10.021 9.089 8.823 8.851 46.322 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 9.538 10.021 9.089 8.823 8.851 46.322 4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) 9,361 9.221 8,239 7,973 8.051 43,022 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) 5 9,361 9.221 8,239 7,973 8.051 43,022 (3-1) Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Kab. Kerinci Tahun 2013 22 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci