/~ "~-,:i ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ' j "";'... '" /~:,,A:,-') \~~ '" 'k,j / 1./!. f' l',. SKRIPSI o 9,/,/' 4,t/t (. illl,<) J l!;.1.t~ J(.. DEASY CHAIRUNNISA KEWAJIBAN KETERBUKAAN INFORMASI BAGI EMITEN YANG DIMOHONKAN PERNYATAAN PAILIT.,..---------~ ~.". " ' \--".. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 1999
KEWAJIBAN KETERBUKAAN INFORMASI BAGI EMITEN YANG DIMOHONKAN PERNYATAAN PAIUT SKRIPSI DIA.lUKAN UNTUK MELENGKAPI fugas DAN MEMENUHI SyAftAT-SyAftAT UNTUK MENCAPAI GElAR SARJANA HUKUM Dosen Pembimbing, PenyusWl, Dra. Hj. Soendari Kabat, S.H., M.Hum NIP. 130 657517 Deuy CbairuDnisa NIM.039514146 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 1999
Telah diqji dihadapan Panitia Penguji pada tanggal : 29 Juli 1999 Panitia Penguji Skripai : Ketua : H. Samzari Boentoro, S.H. Anggota: 1. Dra. Hj. Soendari Kabat, S.H., M.Hum. '1.,J. /.' fu t &{ 2. Sri Woelan Azis, S.H. -== 3. H. Ansor Demar WongsodiwUjo, S.H.. ~, 4. Rahmi Jened, S.H., MH.
BABIY PENUTUP 1. Kesimpulan A. Sebuah putusan pernyataan pailit terhadap sebuah emiten yang secara prosedural adalah identik dengan bentuk PT pada umumnya pasti akan merugikan pihak investor. Karena apa yang disebut dengan harta kakayaan dari sebuah PT adalah inbreng yang dimasukan oleh para pemegang saham, sehingga dapat dianalogikan bahwa penyertaan seorang investor pada emiten juga merupakan harta kekayaan PT tersebut. Karakteristik jual beli saham di pasar modal dimana penentuan keputusan untuk mengadakan transaksi hanya didasarkan pada data laporan atas sebuah emiten hingga rentan untuk dimanipulasi. Hingga seperti telah disebutkan diatas, atas terjadinya kepailitan yang menyebabkan kemungkinan terburuk musnahnya kekayaan investor dalam boedel pailit PT, maka layaklah seorang investor atas calon investor mendapatkan informasi atas kemungkinan kondisi tersebut sejak awal. Dimana dalam ketentuan yang berlaku saat ini, prinsip 102
103 keterbukaan atas emiten diwujudkan dalam tiga bentuk kewajiban, yaitu : a. Kewajiban pengungkapan (Disclosure Obligation) pada waktu penawaran perdana; b. Kewajiban pengingkapan secara terus menerus (Continuing Disclosure Obligation) yang dikenakan setelah selesai penawaran umum; c. Kewajiban mengungkapkan insidentil (Timely Disclosure Obligation) berupa pengungkapan suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan atau nilai dari efek yang bersangkutan baik kepada Bapepam atau kepada masyarakat setelah pemyataan pendaftaran efektif. Termasuk didalamnya kewajiban untuk membuat laporan mulai saat terjadinya ketidakmampuannya memenuhi kewajiban sampai pada adanya permohonan pemyataan pailit, bahkan kewajiban tersebut juga dibebankan kepada para pihak seperti juga yang ditetapkan oleh Keputusan Ketua Bapepam Nomor : KEP-46/PM/1998 dan lampiran Peraturan Nomor X.K.5 serta pasal 85 UUPM untuk menyampaikan laporan mengenai efek emiten tersebut kepada Bapepam dan Bursa Efek.
104 B. Adapun bentuk perlindungan hukum atas keterbukaan informasi terhadap kepailitan emiten, dapat ditemukan dalam: Peraturan Bapepam dan BUrsa. Merupakan bentuk perlindungan hukum yang seutuhnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan keterbukaan informasi karena dalam aturan tersebut memerintahkan khususnya bagi pihak Bapepam untuk bergerak secara proaktif menindak para pelanggar dengan sanksi administratif dan sanksi di bursa. Perpaduan antara UUPM dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Dibentuk sebagai kelanjutan dari tindakan pemeriksaan Bapepam hanya saja ruang lingkup perlindungannya lebih luas. BW, lebih bersikap perorangan dimana tiap pihak yang merasa dirugikan atas tindakan emiten yang diyakini melanggar sebuah perjanjian dan atau norma dapat mengajukan gugatan berdasar wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum. UU Kepailitan, hanya berlaku pada bentuk perikatan atas transaksi obligasi, dimana seorang kreditor yang berkepentingan dengan harta kekayaan berkaitan dengan
105 teijadinya kepailitan dapat memintakan pembatalan transaksi yang merugikannya dengan gugatan berdasar actio pauliana dan dengan pemberlakuan keterbukaan informasi tersebut dapat lebih mengamankan kepentingan kreditor. 2. Saran A. Adapun berkenaan dengan usaha pembentukan pasar modal berintegritas tinggi maka cukup disayangkan pendapat dari seorang pelaku pasar modal yang menyatakan bahwa UU Kepailitan cenderung berpihak pada kreditor sehingga pemberlakuan sama rata dad UU tersebut akan sangat merugikan dan mengakibatkan habisnya pemain di pasar modal. Padahal baik dari segi ekonomi makro maupun berdasar segi hukum khususnya asas penegakan hukum "Equal Before the Lau!' pemberlakuan yang tidak sama rata malah akan membawa dampak negatif dan alasan karena kekurangan pemain adalah alasan yang hanya bersandarkan pada segi kuantitas dengan menghilangkan segi kualitas dari sebuah pasar modal.
106 B. Bentuk perlindungan hukum yang ditawarkan khususnya berkenaan dengan hukum pidana dan perdata diatas sangatlah bergantung pada tingkat kepercayaan dari pihak yang dirugikan pada sistem pengadilan kita, hingga wajaupun dimungkinkan digunakan jalur pilihan penyelesaian sengketa yaitu dengan negosiasi, konsiliasi, mediasi maupun arbitrase tetapi tetaplah menjadi sasaran utaffia bagi kita untuk mengadakan reformasi dan revitajisasi dunia pengadilan kita karena seharusnya kita menyadari bahwa peradilan merupakan fokus utama dalam penentuan citra hukum nasional.