BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Good Corporate Governance mulai dikenal pada tahun Istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

penting dari good corporate governance. Berbagai tulisan memaparkan konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan dan pengelolaan tata kelola korporasi (corporate governance) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance dapat ditelusuri dari pengembangan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sektor perekonomian. Salah satu penyebab krisis adalah lemahnya implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pakaryaningsih, E., dan Y.S. Wibowo. Juli 2006, Pengaruh Board System dan Board

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian adalah lemahnya penerapan Good corporate governance dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance merupakan sebuah konsep

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance.isu mengenai corporate governance menjadi hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kinerja perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi mengenai perasahaan yang go public kepada pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan stakeholder lainnya. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam pedoman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron, Worldcom, serta Global Crossing) yang melibatkan akuntan publik yang merupakan salah satu elemen penting good corporate governance. Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai banyak dibicarakan pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia yaitu pertengahan tahun 1997. Baird (2000) berpendapat bahwa krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 sebagai akibat dari penerapan corporate governance yang kurang baik di Indonesia. Hal ini juga memperparah dan memperpanjang krisis di Indonesia. Pendapat ini sejalan dengan Jungsoo (2000), bahwa penerapan corporate governance yang kurang baik di 5 negara Asia yaitu Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Korea, memberikan kontribusi utama pada terciptanya ketidakstabilan ekonomi yang bermuara pada krisis keuangan Asia pada tahun 1997. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks dan Minow, 2003). Dalam hal ini mencakup hubungan antara manajemen perusahaan, dewan perusahaan, shareholders dan semua stakeholders lainnya (OECD, 2004). Sebagai sebuah sistem, corporate governance terdiri dari berbagai sub-sistem yang saling terintegrasi dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan (companies performance), dalam suatu bentuk struktur dan mekanisme governance (Lukviarman, 2005), baik dari sisi eksternal maupun dari sisi internal perusahaan. Menurut format World Bank (2000), dalam Lukviarman (2005) faktor 1

eksternal terdiri dari semua pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan (stakeholders), lingkungan usaha, serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di tempat operasional perusahaan, termasuk di dalamnya standar-standar akuntansi. Sementara faktor internal terdiri dari struktur governance yang menggambarkan berbagi elemen di dalam perusahaan (Lukviarman, 2004). Diantara elemen internal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam struktur governance perusahaan adalah dewan perusahaan. Dalam membangun sebuah model good corporate governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris dan dewan direksi yang kredibel (Syakhroza, 2004). Dalam melakukan pengelolaan sumber daya dewan direksi dituntut agar bebas dari intervensi siapapun yang berdampak kepada mismanajemen dan distorsi pencapaian tujuan organisasi. Sementara itu, peran utama dewan komisaris adalah bagaimana pengelolaan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Laporan keuangan adalah instrumen utama dalam membuat pertanggungjawaban kepada publik. Oleh karena itu, dewan komisaris dipertaruhkan kredibilitasnya untuk memberikan control apakah sebuah laporan keuangan yang dihasilkan bisa dipercaya. Pertanyaannya adalah bagaimana format board governance yang efektif sesuai dengan kondisi sosial dan budaya yang ada untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Saat ini kebutuhan akan corporate governance yang baik semakin disadari. Prinsipprinsip yang terkandung dalam good corporate governance mempunyai makna bahwa perusahan yang menerapkan good corporate governance dapat memaksimalkan nilai perusahaan (firm value) dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan keadilan bagi seluruh pemegang saham (mayoritas maupun minoritas) yang dapat menciptakan iklim yang mendukung investasi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Keasy dan Wright (2003), dalam Darmawati dkk (2004), yang menyatakan bahwa esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen dan 2

akuntabilitas manajemen terhadap stakeholders. Studi yang dilakukan oleh McKinseydanCo (2003), menemukan bahwa investor bersedia membayar premi lebih dari 20% untuk perusahaan yang menerapkan good corporate governance. Di Indonesia, Institutional Investor Survey on Corporate Governance yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PricewaterhouseCoopers Indonesia tahun 2002 menemukan bahwa secara rata-rata investor mau membayar premi sebesar 17% kepada perusahaan Indonesia yang menerapkan good corporate governance. Black (2001) melakukan penelitian terhadap 16 perusahaan di Rusia yang melakukan praktek corporate governance. Ia menyimpulkan bahwa praktek governance memiliki efek yang sangat besar terhadap nilai pasar perusahaan di suatu negara. Penelitian Klapper dan Love (2002) menguji corporate governance terhadap kinerja perusahaan berdasarkan peringkat corporate governance yang dibuat oleh CLSA pada tahun 2001. Pengukuran kinerja perusahaan yang digunakan adalah Tobin`s Q sebagai pengukur nilai pasar perusahaan dan Return on Asset (ROA) sebagai pengukur kinerja perusahaan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa corporate governance yang baik berhubungan dengan ROA dan Tobin`s Q yang lebih tinggi. Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah board governance di Indonesia mengacu pada model two-tier board structures yang didalamnya terdapat dewan komisaris yang bertugas melakukan supervise, dan the board of management (dewan direksi) yang berperan eksekutif. UU No.40/2007 dinyatakan bahwa kedua dewan ini dipilih, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Peran pengendalian internal dalam kaitannya dengan corporate governance dipegang oleh dewan komisaris. 3

Board governance menurut Vence (1983) dan Pettigrew (1992), dalam Korac- Kakabadse, Kakabadse dan Kouzmin (2001), mengacu pada aktivitas pengambilan keputusan, gaya dari board governance, frekuensi dan lama dari rapat yang dilakukan, formalitas jadwal, dan upaya board governance dalam mengevaluasi kinerja direksi. Hambirick (1987) dan Zahra dan Pearce (1989), dalam Korac-Kakabadse, Kakabadse dan Kouzmin (2001), juga menyatakan bahwa karakteristik board governance berkaitan dengan latar belakang dewan, misalnya berkaitan dengan pengalaman, masa kerja, latar belakang fungsional, independensi, kepemilikan dan variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi kepentingan dan kinerja dewan. Kumar dan Sivaramakrishnan (2002), menyatakan bahwa peran dari board governance dalam hal pemonitoran terhadap manajemen berbeda dengan auditor independen dan financial analyst. Hal ini karena board governance bisa mempengaruhi manajemen secara langsung, board governance ikut serta dalam pengevaluasian dan penyetujuan aktivitas manajemen. Untuk menjamin kualitas tata kelola perusahaan, maka komposisi board governance dan halhal yang berkaitan dengan yang mempengaruhi kinerja board governance, yaitu memonitor kinerja manajer secara independen menjadi penting. Pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif yaitu keleluasaan manajemen (pengelola) perusahaan untuk memaksimalkan laba. Hal ini akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Selain board governance, struktur kepemilikan juga diduga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berkaitan dengan struktur kepemilikan, terjadi ketidaksetaraan kepentingan antara kedua kelompok pemilik perusahaan, yaitu controlling dan minority shareholders. Seringkali controlling shareholders mengendalikan keputusan manajemen. Selain itu, struktur kepemilikan yang menyebar (manager-controlled) juga memberikan 4

kontribusi lebih terhadap terjadinya masalah keagenan dari pada struktur kepemilikan yang terkonsentrasi (owner-controlled). Husnan (2000) menyatakan secara empiris ditemukan bukti bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada manajemen dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi. Penelitian tentang board governance dan konsentrasi kepemilikan juga telah dilakukan oleh Lisa (2006) terhadap perusahaan perbankan yang terdiri dari 16 bank yang listing di Bursa Efek Jakarta dan penelitian tersebut dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, dengan menggunakan ukuran board size, female representation on the board, dan ownership concentration. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja bank yang diukur dengan ROA berhubungan positif dengan size of the supervisory board, namun berhubungan negatif jika diukur dengan BOPO (Biaya operasional dibandingkan Pendapatan Operasional). Untuk variabel size of the management baord memiliki hubungan positif dengan size of the management board dengan kedua indikator kinerja bank yaitu ROA dan BOPO. Sedangkan female representation on the supervisory board berhubungan negatif dengan kinerja bank. Untuk female representation on the menegement board menunjukkan bahwa variabel ini berhubungan positif dengan kinerja bank yang diukur dengan ROA dan BOPO. Sedangkan ownership concentration berhubungan positif dengan ROA namun berhubungan negatif dengan BOPO. Penelitian di atas yang dilakukan oleh Lisa (2006) belum melakukan penelitian terhadap perusahaan industri bahan dasar dan kimia, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran dewan, female representation dalam dewan dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan pada industri bahan dasar dan kimia dengan lebih memperluas tahun penelitian yaitu selama 6 tahun dari tahun 2001 sampai dengan 2006. 5

Dalam penelitian ini pengukuran ukuran dewan dibatasi hanya pada karakteristik dewan, dengan ukuran yang digunakan yaitu ukuran dewan, female representation dalam dewan dan konsentrasi kepemilikan sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan PBV. 1.2. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh ukuran dewan, female representation dalam dewan, dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan publik yang diukur menggunakan PBV pada industri bahan dasar dan kimia? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh ukuran dewan, female representation dalam dewan, dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan publik yang diukur menggunakan PBV pada industri bahan dasar dan kimia. Tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap PBV. 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi terhadap PBV. 3. Untuk mengetahui pengaruh female representation dalam dewan terhadap PBV. 4. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap PBV. 6

1.4 Kontribusi Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai praktek board governance dan konsentrasi kepemilikan di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan dan penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi sumber referensi dan tambahan bukti empiris bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian pada bidang kajian yang sejenis. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menginvestasikan dananya ke perusahaan tujuan investor. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan ukuran dewan, female representation dalam dewan, dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. 4. Bagi Regulator Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka pemahaman tentang ukuran dewan, female representation dalam dewan, dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. 7

1.5. Sistematika Penulisan Untuk menyajikan pembahasan yang sistematis serta memudahkan pemahaman karya akhir, penulis membagi karya akhir ke dalam beberapa bab dan sub bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan BAB II : LANDASAN TEORI Merupakan kerangka teoritis yang berisi survei literatur mengenai corporate governance dan agency theory, good corporate governance, ukuran dewan, female representation dalam dewan dan konsentrasi kepemilikan dan ukuran kinerja perusahaan dan review penelitian terdahulu untuk membangun hipotesis penelitian. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Merupakan metodologi penelitian yang membahas disain penelitian, populasi, sampel dan sampling, data dan metode pengumpulan data, identifikasi variabel. BAB IV : ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Merupakan hasil dan pembahasan yang berisi gambaran umum sampel, uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis dan pembahasannya. BAB V : KESIMPULAN Berisi kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi penelitian dimasa yang akan datang. 8