Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan sehari setelah proklamasi kemerdekaan 17

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Mam MAKALAH ISLAM. Maaf, Saya Muslim

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

Mam MAKALAH ISLAM. Transisi BAZNAS dan Peran Kementerian Agama

Mam MAKALAH ISLAM. Pesan Mohamad Roem Seputar Kepahlawanan

BAB II GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-69 KEMENTERIAN AGAMA TANGGAL 3 JANUARI 2015

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

PENDIDIKAN PANCASILA. Supentri, S.Pd

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

MAKALAH ISLAM. Save Kementerian Agama

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

KEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

Disampaikan Dalam Rapat Pansus Pemilu DPR-Rl, Kamis 12 Juli 2007 Oleh Juru Bicara F-PPP DPR-Rl: Dra. Hj. Lena Maryana Anggota DPR-Rl Nomor: A-26

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

BAB V. Kesimpulan. lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada pada tanggal 1

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUKUM Dl BIDANG PENYELENGGARAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pel

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Pancasila sebagai Dasar Negara-1

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat!

Demokrasi di Indonesia

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Sosialisme Indonesia

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAYANAN RISET DI BIDANG LEGISLATIF DALAM KERANGKA PENINGKATAN KINERJA LEMBAGA HUKUM* Oleh: Prof. Dr. Mohamad Askin, S.H.**

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

, No.1735 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

NOMOR 56 TAHUN 2.0!6 TENTANG

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

2 Menetapkan : 2. Undang-UndangNomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, TambahanLembar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

Transkripsi:

Mam MAKALAH ISLAM Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara 20, September 2014

Makalah Islam Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara M. Fuad Nasar Pemerhati Sejarah, Wakil Sekretaris BAZNAS

Polemik seputar ada atau tiadanya Kementerian Agama dalam rancangan kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo telah mendapat titik terang. Kementerian Agama hampir dipastikan tidak akan dihapus atau diganti dengan nama lain. Pembubaran Kementerian Agama walaupun diganti dengan Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf, seperti yang diwacanakan, akan menjadi blunder bagi pemerintahan Jokowi di awal masa pemerintahannya. Jika dicermati Undang-Undang No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara menyatakan ada tiga kementerian yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD 1945 yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pertahanan. Tiga kementerian ini tidak dapat diubah oleh Presiden. Sedangkan urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945, meliputi antara lain urusan agama, menurut Undang-Undang Kementerian Negara, tidak harus dibentuk dalam satu kementerian tersendiri. Kementerian tersebut (baca: Kementerian Agama) dapat diubah oleh Presiden. Nomenklatur Kementerian Agama sebenarnya tidak cukup kuat dalam Undang-Undang Kementerian Negara. Meski di dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 29 tentang Agama merupakan bab tersendiri, tetapi posisi Kementerian Agama tidak demikian. Masalah ini saya kira perlu dipikirkan untuk ke depannya.

Mengenai ide Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf, entah dari mana timbulnya, saya kira merupakan gagasan yang bagus. Tetapi jika sampai menghapus Kementerian Agama, maka kerugian umat tidak seimbang dengan kemajuan yang diharapkan. Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf selintas terkesan lebih pro-umat, namun ada substansi pokok dan mendasar yang lenyap bersamaan dengan hilangnya nama Kementerian Agama. Kecuali seandainya Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf dibentuk tanpa menghapus Kementerian Agama. Saya kira wajar kalau di kalangan tokoh umat Islam dan ormas Islam terbesar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menyatakan keberatan jika Kementerian Agama dihapus. Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kementerian Agama masih sangat penting keberadaannya dalam konteks Indonesia, apalagi jika dikaitkan dengan keberagamaan masyarakat Indonesia. Kementerian Agama merupakan salah satu kekhasan Indonesia yang perlu dipertahankan. Kementerian Agama bukan sekedar nama. Di balik nama Kementerian Agama tersimpan ruh ideologis dan amanat historis para founding fathers negara kita. Kementerian Agama bukan sekedar kementerian teknis dan administratif belaka. Kalau hanya kementerian teknis dan administratif, tugas dan fungsinya dapat dialihkan kepada instansi lain.

Kementerian Agama mempunyai nilai dan makna tersendiri dalam susunan pemerintahan negara Republik Indonesia. Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf, sekalipun menguntungkan umat Islam, tapi belum menampung ruh Konstitusi. Dengan demikian Kementerian Agama perlu dipertahankan eksistensinya, namun alasannya bukan Undang-Undang Kementerian Negara, tetapi justru karena pijakan landasan konstitusi yang lebih kuat. Saya ingat pernyataan almarhum Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Menteri Agama Pertama Republik Indonesia dalam majalah Panji Masyarakat (1982) bahwa Kementerian Agama di Indonesia jauh lebih luas ruang lingkup tugasnya dibanding Kementerian Wakaf di negara-negara Arab. Pembentukan Kementerian Agama, sebagaimana diungkapkan almarhum R. Moh. Kafrawi (mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama),. dihasilkan dari suatu kompromi antara teori sekuler dan Kristen tentang pemisahan gereja dengan negara, dan teori muslim tentang penyatuan antara keduanya. Jadi Kementerian Agama itu timbul dari formula Indonesia asli yang mengandung kompromi antara dua konsep yang berhadapan muka: sistem Islami dan sistem sekuler. Sejalan dengan Prof. Dr. H.M. Rasjidi dan R. Moh Kafrawi, saya ingin menekankan disini bahwa bukti terang Indonesia bukan negara Sekuler ditunjukkan dengan adanya Kementerian Agama. Ada dua substansi

mendasar yang perlu dipahami sekitar pembentukan Kementerian Agama pada 3 Januari 1946, yaitu: Pertama, Kementerian Agama merupakan hasil perjuangan ulama dan tokoh Islam di awal kemerdekaan. Tanpa usaha para tokoh Islam, tidak akan ada Kementerian Agama yang kini menaungi semua agama di Indonesia. Jika Kementerian Agama dihapus, niscaya akan mengusik kepentingan umat beragama pada umumnya. Sejarah mencatat pembentukan Kementerian Agama diusulkan oleh para tokoh Islam dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19 Agustus 1945, namun tidak disepakati oleh yang lain. Kabinet Pertama RI disusun tanpa Kementerian Agama. Pembentukan Kementerian Agama kembali diperjuangkan oleh para tokoh Islam dari kalangan Masyumi dalam sidang KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) tanggal 25-27 November 1945. Usulan itu mendapat persetujuan secara aklamasi dari seluruh peserta sidang sehingga Kementerian Agama ditetapkan dalam Kabinet Sjahrir. Sekedar untuk diingat usulan pembentukan Kementerian Agama disampaikan oleh utusan Komite Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Banyumas yaitu K.H. Abu Dardiri, K.H.M Saleh Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro. Semuanya anggota KNI dari partai politik Masyumi. Melalui juru bicara K.H.M. Saleh Suaidy,

utusan KNI Banyumas mengusulkan, Supaya dalam negeri Indonesia yang sudah merdeka ini janganlah hendaknya urusan agama hanya disambilkan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan saja, tetapi hendaklah Kementerian Agama yang khusus dan tersendiri. Kedua, Kementerian Agama didirikan dalam rangka melaksanakan tugas Konstitusi. Hal ini dapat dilacak dari risalah Konperensi Jawatan Agama seluruh Jawa dan Madura di Surakarta 17 18 Maret 1946. Ketika itu Menteri Agama H.M. Rasjidi menguraikan kepentinganpemerintah Republik Indonesia mendirikan Kementerian Agama,yakni untuk memenuhi kewajiban Pemerintah terhadap Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29, yang menerangkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan demikian, lapangan pekerjaan Kementerian Agama ialah mengurus segala hal yang bersangkut-paut dengan agama dalam arti seluas-luasnya. Pemikiran sementara kalangan yang ingin menghapus Kementerian Agama bukan hal baru tapi sudah sejak dulu, sebagaimana juga pemikiran untuk mempertahankannya. Sampai dekade 1950-an eksistensi Kementerian Agama tidak luput dari kritik tajam para

anggota parlemen hingga tuntutan agar kementerian ini dibubarkan dengan berbagai alasan. Sebagian kalangan di luar Islam menganggap eksistensi Kementerian Agama tidak sejalan dengan pemerintahan yang bercorak nasional. Soal-soal keagamaan mestinya tidak boleh dicampuri oleh pemerintah. Beberapa anggota DPR masa itu menyoroti besarnya anggaran KementerianAgama, sementara tugastugasnya dapat ditampung oleh kementerian lain. Ada pula yang merasa bahwa Kementerian Agama lebih memperhatikan soal-soal Islam saja dan oleh sebab itu terjadi diskriminasi perlakuan terhadap agama-agama lain. Di masa itu aspirasi politik yang menyuarakan dihapusnya Kementerian Agama dengan berbagai alasan berhadapan dengan aspirasi politik yang ingin mempertahankannya atas dasar juridis konstitusional. Menanggapi suara-suara di parlemen yang masih mempertanyakan dan bahkan menggugat eksistensi Kementerian Agama, Menteri Agama K.H.A. Wahid Hasjim yang menjabat tahun 1949 1952 menjelaskan bahwa pemisahan agama dan negara hanya terdapat secara teori, dan tidak pernah dipraktikkan sepenuhnya di negara mana pun kecuali negara atheis. Walaupun Kementerian Agama dapat saja dihapuskan, dan berbagai fungsi departemen itu dilaksanakan oleh departemen lain,

ia tegaskan bahwa penghapusannya akan menyinggung perasaan umat Islam Indonesia. tegasnya. Menjawab tuduhan kalangan nonmuslim bahwa Kementerian Agama lebih banyak memberi perhatian pada umat Islamsaja, K.H. A. Wahid Hasjim menjelaskan bahwa jumlah penganut Islam jauh lebih besar daripada yang bukan Islam. Jadi, wajar kalau Kementerian Agama memberikan perhatian lebih besar kepada umat Islam. Tapi hal itu dilakukan bukan karena diskriminasi, melainkan semata karena jumlah umat Islam yang sangat besar itu. Wahid Hasjim meyakinkan tidak adanya campur tangan Kementerian Agama dalam soal-soal intern agama. Campur tangan pemerintah hanyalah mengenai aspek-aspek kemasyarakatan dan kenegaraan saja. Pada waktu memperingati 10 tahun berdirinya Kementerian Agama, tahun 1956, Menteri Agama K.H. Muchammad Iljas menegaskan kembali politik keagamaan dalam Negara Republik Indonesia. Ditegaskannya, fungsi Kementerian Agama adalah merupakan pendukung dan pelaksana utama asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Maksud dan tujuan mendirikan Kementerian Agama, selain untuk memenuhi tuntutan sebagian besar rakyat beragama di tanah air ini, yang merasa urusan keagamaan di zaman penjajahan dahulu tidak mendapat layanan yang semestinya, juga agar soal-soal yang bertalian dengan keagamaan diurus

serta diselenggarakan oleh suatu instansi atau kementerian khusus, sehingga pertanggungan jawab, beleid, dan taktis berada di tangan seorang menteri. Menurut hemat saya,ide menghapus Kementerian Agama dan menggantinya dengan nama lain, dari manapun ide itu berasal, boleh jadi sebuah test-case politik untuk mengetahui apakah keberadaan Kementerian Agama masih dianggap perlu oleh umat. Wallahu a lam. Sumber: bimasislam.kemenag.gi.id-informasi-opini