BAB III PENUTUP. dalam tindak pidana korupsi, dapat disimpulkan sebagai berikut: Presiden nomor 18 tahun 2005.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pasal 74 dan 75 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Secara yuridis status keuangan Negara yang diinvestasikan dalam

BAB III PENUTUP. dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Eksekusi putusan pengadilan tindak pidana korupsi yang telah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Jaksa Agung Muda, peraturan perihal Jaksa Agung Muda Pengawasan

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa (extra ordenary crime) telah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Penghargaan. Piagam. Korupsi. Tata Cara.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

Jurnal Ilmiah. Peraturan Perundang-undangan

BAB III PENUTUP. di wilayah hukum pengadilan Negeri Klaten sebagai berikut:

2015, No. -2- Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Ne

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan data yang telah dianalisis secara kualitatif pada

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Rozali Hukum Kepegawaian. Jakarta: CV Rajawali. Albrow, Martin Birokrasi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB III PENUTUP. tidak masuk akal atau tidak logika, sehingga tidak dapat. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan pr

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 9 Tahun 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan

BAB V PENUTUP. bagian saran penulis akan berusaha memberikan rekomendasi penyelesaian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dan analisa yang telah

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, disimpulkan bahwa

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BALI DENGAN KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR PUSTAKA. , 2002, Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI. Oleh RAUDHOTUL MUFIDA Nim

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan lembaga Kejaksaan sebagai institusi yang mewakili publik

2016, No Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 42/PMK.01/2012 ten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dalam Bab II mengenai pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. timbul dalam kewenangan Kejaksaan dalam menangani perkara perdata, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PENUTUP. penelitian lapangan, serta pembahasan dan analisis yang telah penulis lakukan

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus Dasar-Dasar Hukum Pidana dalam Sudarto, Hukum Pidana I. Semarang: Badan Penyediaan Bahan-Bahan Kuliah, FH UNDIP

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB III PENUTUP. kemudian dilanjutkan dengan sidang komisi kode etik kepolisian, jadi. putusan akhir sebagai polisi melalui sidang komisi kode etik.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB V PENUTUP. kesimpulan sebagai berikut bahwa:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

I. PENDAHULUAN. biasa. Khusus di Negara Indonesia sendiri, tindak pidana korupsi sudah ada sejak

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini yakni bahwa:

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus, 2011, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, UII Pers, Yogyakarta.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian maka kendala Komisi Kejaksaan terhadap pengawasan kinerja jaksa sebagai penuntut umum dalam tindak pidana korupsi, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Komisi Kejaksaan belum dapat menentukan waktunya kapan harus melakukan pengawasan terhadap suatu moment yang terjadi karena masih barunya lembaga ini, dimana dikeluarkan berdasarkan Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2005. 2. Komisi Kejaksaan hanya melakukan telaah terlebih dahulu terhadap laporan dari masyarakat, tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung karena prosedur pengawasan harus menunggu hasil pengawas internal terlebih dahulu. 3. Adanya perbedaan persepsi atau pendapat antara pengawasan internal dari institusi kejaksaan dengan Komisi Kejaksaan, dikarenakan sudah adanya keputusan dari hasil pemeriksaan badan pengawas internal sehingga Komisi Kejaksaan terkadang sudah tidak dapat menindaklajutinya. 66

67 4. Pemeriksaan yang dilakukan instansi internal tidak menujukkan kesungguhan atau berlarut-larut sehingga banyak menimbulkan tafsiran yang berbeda. Laporan dari pemeriksaan instasi internal dan cenderung terlambat sampai ke Komisi Kejaksaan (lebih dari tiga bulan) maka menyebabkan Komisi Kejaksaan pun sudah tidak dapat melakukan pengawasannya. 5. Kurangnya kerjasama dengan instansi-intansi terkait dan terlalu luasanya wilayah kerja yaitu seluruh Indonesia namun Komisi Kejaksaan hanya berada di pusat, yaitu di Jakarta. B. SARAN Untuk melaksanakan peran Komisi Kejaksaan terhadap kinerja jaksa sebagai penuntut umum maka diberikan saran-saran sebagai berikut; 1. Komisi Kejaksaan meminta kepada Jaksa Agung dan instansi pengawas internal agar dalam memberikan laporan tentang hasil pengawasan instasi internal sebelum ada putusan dan untuk perkara-perkara yang dipantau oleh publik maka Komisi Kejaksaan melakukan pemantauan atau pengawasan langsung tanpa menunggu laporan baik dari masyarakat atau instansi lain. 2. Laporan dari instasi pengawas internal yang ditujukan ke Komisi Kejaksaan harus lengkap dan jelas dan tepat waktu.

68 3. Membuat MoU antara Jaksa Agung dengan Komisi Kejaksaan guna sebagai jalan keluar bila tidak ada kesepakatan dalam menggambil keputusan. 4. Komisi Kejaksaan menjalin kerja sama dengan Komisi Yudisial dan instasi-instasi lain di daerah. 5. Komisi Kejaksaan diharapkan melakukan pengawasan secara langsung ke lembaga kejaksaan secara periodik dan tersistematis. 6. Komisi Kejaksaan menambah jumlah anggota adminitrasi di Lembaga Komisi Kejaksaan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Buku Adiwinata, S. 1997, Kamus Istilah Hukum Latin-Indonesia, (alih bahasa), PT. Intermasa Jakarta Evi Haratanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika Jakarta Evi Hartanti, 2005, Kejaksaan RI, Gramedia Pustaka Utama Jakarta Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi edisi kedua, Sinar Grafika Jakarta Gurnar Myrdal dalam Edi Yunara, 2005, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Berikut Studi Kasus, PT. Citar Aditya Bakti Bandung Hartono Hadisoeprapto, 2000, Pengantar Tata Hukum Indonesia edisi 4, Liberty Yogyakarta Komisi Hukum Nasional, 2004, Masyarakat Penantau Peradilan Indonesia, Kejaksaan Agung, Pembaharuan Kejaksaan: Pembentukan Standar Minimum Proofesi Jaksa, Jakarta Sri Yuliani, 2004, Rekrutmen Pegawai di Lingkungan Birokrasi, Dalam Memahami Good Gavernance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Ambar Teguh Sulistiyani, ed, Gava Media Yogyakarta Teten Masduki dan Muktie Fadjar, A., 2003, Menyikapi Korupsi di Daerah, In Trans Malang Peraturan Perundang-undangan Undang-undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Undang-undang nomor 26 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Petunjuk pelaksaan Nomor: JUKLAK-001/C/Cp.2/4/2002 tetang Pendidikan Pembentukan Jaksa Biaya Negara (DIP) tahun anggaran 2002.

Website http://www.kejaksaan.go.id http://www.komisi hukum nasional.com/komisi pengawasan kejaksaan/, Komisi Hukum Nasional RI, tanggal 9 November 2004 http://www.media indonesia.com http://www.pemantau peradilan.com/menyambut komisi kejaksaan di tengah pesimisme publik/, Mujahid A latief, tanggal 28 April 2005 http://www.pemantau peradilan.com/pembaharuan pengawasan di kejaksaan/, Falkultas Hukum UI, tanggal 26 November 2004 http://www.ppk.or.id/ppk (program pengembangan kecamatan), Hk/SP2/ppkII, April 2005