BAB I PENDAHULUAN. Bulan Bintang, 1977), hlm Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. membela kebenaran, keadilan, dan perdamian masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMPERBAIKI AKHLAK SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BHINEKA KARYA 05 TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB I PENDAHULUAN. Guru dan siswa dalam dunia pendidikan merupakan dua komponen penting,

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan oleh Allah menjadi anak yang benar-benar berakhlak mulia. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional. bertanggung jawab ke masyarakatan dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berakhlak mulia, guna menciptakan manusia yang bertaqwa dan menjadi seorang

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlaq merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Bahkan akhlaq dijadikan sebagai ukuran bagi suatu bangsa. Fenomena kemerosotan moral seringkali terjadi baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong-menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Kemerosotan moral yang demikian itu lebih mengkhawatirkan lagi, karena bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan, kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada para pelajar tunas-tunas bangsa yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan membela keadilan, kebenaran dan perdamaian. Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, lebih-lebih pada akhir-akhir ini, di mana telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. 1 Kenakalan remaja merupakan problem sosial yang belakangan telah merebak tidak 1 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 108. 1

hanya dalam lingkungan masyarakat, namun juga di dalam lingkungan sekolah. Kenakalan remaja termasuk dalam kategori masalah social karena kecenderungannya pada perbuatan yang melanggar norma-norma yang ada, merugikan masyarakat, melawan hukum dan membahayakan diri. Kegoncangan batin yang menjadi ciri khas perkembangan hidup kejiwaan remaja, sering menimbulkan berbagai keresahan, yang menyebabkan labilitas pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, serta ketegangan-ketegangan nafsunafsunya. Sikap dan pendiriannya mudah terpengaruh oleh angan-angannya yang bersifat khayali, yang sering tidak sesuai dengan kenyataan hidup bermasyarakat. Dan akan lebih dipersulit lagi oleh pengaruh pergaulan teman sebayanya, yang kurang mendorong ke arah hidup menyesuaikan diri terhadap normanorma agama dan masyarakat sekitar. 2 Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan perilaku anak remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala dan tingkah laku menyimpang lainnya. Dalam berbagai media cetak maupun elektronik juga sering kita temui berita tentang tindak kriminal yang ironisnya dilakukan oleh remaja, seperti tindak kekerasan di 2 M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), hlm. 78. 2

jalan raya, minum-minuman keras oplosan, penyalahgunaan obat narkotik dan sebagainya. Sejatinya, seorang anak mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (pra sekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenal benar, salah atau baik, buruk akan menjadi pedoman tingkah lakunya di kemudian hari. Orang tua merupakan modal utama bagi seorang anak pada awal kehidupannya. Fungsi keluarga dalam hubungan ini adalah bagaimana mengembangkan potensi akademik melalui olah rasio, potensi religius, dan moral. Pola asuh jelas memberikan pengaruh yang paling besar terhadap proses pembentukan dibanding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya. 3 Dalam sebuah al-ḥadiṡ dijelaskan: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhari) 3 Nurmasyithah Syamaun, Dampak Pola Asuh Orang Tua & Guru terhadap Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 18. 4 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah, Shahih Bukhari, juz I, (Beirut: Dar al-kutub al-ilmiyah, tth.), hlm. 421. 3

Dengan demikian jelaslah bahwa perilaku anak sangat tergantung pada cara orang tua memperlakukan anak dan perilaku mereka sendiri. Ada beberapa jenis kenakalan remaja/siswa yang terjadi di sekolah, misalnya saja siswa tidak ikut pelajaran, membolos, berbicara tidak sopan, merokok di sekolah, tawuran antar pelajar, siswa yang membuka gambar atau situs porno, siswa yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan aturan, penindasan dari senior kepada adik tingkat, ada juga kenakalan yang sedang marak terjadi di sekolah-sekolah adalah penggunaan obat-obatan terlarang oleh siswa seperti contohnya mengonsumsi pil koplo. Era globalisasi khususnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, memang menimbulkan dampak positif. Tapi tidak dipungkiri pula dampak negatif yang sedemikian besar dan mengancam nilai moral bangsa Indonesia khususnya para siswa atau pelajar. HP dan komputer merupakan salah satu contoh bagian dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dimana setiap orang khususnya para siswa menggunakannya. Melalui HP dan komputer mereka dengan mudah dapat mengakses hal-hal negatif seperti membuka gambar atau film-film porno. Karena setiap hari siswa melihat gambar ataupun adegan-adegan negatif yang tidak seharusnya mereka tonton, maka hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa tersebut, yang tentunya cara berpikir negatif. Sehingga dari 4

sinilah akan menimbulkan perilaku menyimpang dari siswa seperti pelecehan seksual dan seks diluar nikah. Dari pengamatan peneliti ketika melakukan praktek pengalaman lapangan (PPL) selama dua bulan di SMK N 3 Semarang, peneliti banyak melihat bentuk-bentuk kenakalan yang beragam dari para siswanya seperti, membolos pada jam pelajaran ataupun tidak masuk tanpa keterangan. Selama peneliti berkesempatan untuk mengajar di dalam kelas, peneliti selalu menemukan ada siswa yang tidak masuk kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Padahal diketahui pada jam sebelumnya ada presensi kehadiran dari siswa yang bersangkutan. Rata-rata siswa yang keluar kelas pada jam pelajaran, biasanya dikarenakan pelajaran pada jam terakhir, karena kurang lebih sebanyak 13 siswa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 30 dalam satu kelas tidak mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ini berarti bahwa, siswa tersebut tidak masuk pada jam pelajaran tertentu saja. Dari data daftar hadir siswa tahun lalu yang didapat dari guru Pendidikan Agama Islam tampak bahwa rata-rata lebih dari 5 siswa tidak masuk tanpa keterangan setiap minggunya. Sehingga pada setiap pertemuan pelajaran Pendidikan Agama Islam, selalu ada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan. Selain membolos, berpakaian tidak sesuai dengan aturan, seperti badge/ identitas tidak lengkap, tidak memakai sabuk, juga ditemukan pada siswa, terutama siswa baru. Jumlah siswa yang 5

berpakaian tidak sesuai dengan aturan dapat disejajarkan dengan jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah. Dari data yang diperoleh dari guru Bimbingan dan Konseling, hampir setiap hari setidaknya lebih dari 10 siswa terlambat masuk sekolah dengan berbagai alasan. Apapun alasannya, tata tertib sekolah yang mengharuskan masuk kelas pukul 07.00 WIB harus ditepati oleh semua siswa. Sampai pada terjadinya ajakan tawuran oleh pelajar dari sekolah lain kepada siswa SMK N 3 Semarang. SMK N 3 Semarang seringkali diserang oleh sekolah lain untuk diajak tawuran, sehingga hal ini memicu emosionalitas siswa untuk bergerak membela sekolahnya. Serangan ini tertuju pada keseluruhan bagian sekolah, sehingga mengakibatkan bagianbagian kelas manapun yang mendengar ada keributan di luar kelas selalu terpancing untuk ke luar kelas. Tak jarang selalu ada beberapa polisi yang berjaga di depan gerbang sekolah SMK N 3 Semarang selama jam pulang sekolah. Dalam hal ini, peneliti tidak mendapatkan data konkrit dari pihak sekolah mengenai jumlah siswa yang terlibat dalam tawuran dikarenakan masalah ini sudah masuk ke ranah hukum. Adanya kode etik dari Bimbingan Konseling juga menyebabkan terbatasnya memperoleh data. Maka dari itu, pendidikan memegang peranan yang urgen dalam hal ini. Karena pendidikan merupakan kegiatan yang penting dan sangat dibutuhkan dalam menunjang usaha 6

pembangunan. Pendidikan menyangkut berbagai aspek kepribadian manusia, baik aspek afektif, moral, dan religius. Melalui pendidikan, anak berkembang menjadi matang sehingga mampu menyesuaikan diri dengan dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan juga merupakan usaha untuk membawa anak mencapai penyesuaian diri yang memadai. Akan tetapi, penyesuaian tersebut dapat saja terjadi berupa penyesuaian yang memadai ataupun penyesuaian diri yang salah. 5 Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, terutama bagi siswa sekolah lanjutan. Bimbingan dan konseling di sekolah semakin dikembangkan terutama pada sekolah lanjutan, karena pada jenjang tersebut terdiri dari kaum muda yang masih rawan dalam perkembangan dan mudah terpengaruh. Siswa-siswa tingkat menengah memasuki masa transisi ke tahap kedewasaan. Mereka sedang mencari jawaban tentang siapa dirinya, bagaimana dirinya, dan bagaimana masa depannya kelak. Siswa sekolah lanjutan memang masih labil dalam berpikir. Dari sini diperlukan bimbingan ataupun nasehat-nasehat dari orang-orang yang dekat dengan dia agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik. Salah satu bentuk bimbingan terhadap siswa adalah bimbingan dan konseling di sekolah yang dilakukan oleh guru BK. Dalam firman-nya Allah juga telah 5 NurmasyithahSyamaun, Dampak Pola Asuh,..., hlm. 13. 7

menyerukan agar hambanya saling meningkatkan dalam kebaikan dan saling nasehat-menasehati kepada sesama, seperti dalam al- Qur a>n dan surat ke 103 al- Asr ayat 1-3: 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(q.s. Al- Asr/ 103: 1-3). 6 Dalam hal ini, jelaslah bahwa guru bimbingan dan konseling sudah seharusnya memberikan nasehat ataupun bimbingan terhadap siswa dengan harapan agar siswa mempunyai budi pekerti yang luhur dan berakhlaq mulia, sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai makhluk Allah dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Selain peran dari guru bimbingan dan konseling, peranan pendidikan agama Islam juga sangat berpengaruh bagi perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam segala aspek, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat agar tidak terjadi perilaku menyimpang anak remaja. Pendidikan formal pendidikan agama juga harus diberikan secara 6 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Tafsirnya jilid 10, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 766. 8

maksimal untuk meminimalisir adanya perilaku menyimpang pada anak didik. Pendidikan agama dan pendidikan moral mendapat tempat yang wajar dan leluasa dalam sistem pendidik nasional Indonesia. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang kurikulum BAB X Pasal 37 butir 1, misalnya mengatakan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, ketrampilan atau kejuruan dan muatan lokal. 7 Pendidikan agama biasanya diartikan pendidikan yang materi bahasannya berkaitan dengan keimanan, ketaqwaan, akhlak, dan ibadah kepada Tuhan. Pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan mental spiritual yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia berbagai bidang kehidupan, pendidikan agama tidak terlepas dari upaya menanamkan nilai-nilai serta unsur agama pada jiwa seseorang. Sehubungan dengan fenomena di atas yaitu beragamnya bentuk kenakalan remaja/siswa yang terjadi di SMK N 3 Semarang, peneliti tertarik untuk meneliti tindakan yang dilakukan sekolah untuk menanggulangi kenakalan yang dilakukan oleh siswanya. Khususnya peran dari guru BK dan guru PAI dalam mengatasi bentuk-bentuk kenakalan para siswanya. 7 Undang-undang, Sistem Pendidikan Nasional, (UU RI No. 20 Th. 2003) (Bandung : Citra Umbara, 2003), Cet. 4, hlm. 25-26. 9

Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai peran dari bimbingan konseling dan pendidikan agama Islam dalam mengatasi persoalan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul PERAN BIMBINGAN KONSELING DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI SMK N 3 SEMARANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang? 2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang? 3. Bagaimanakah tindakan guru Bimbingan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Tujuan penelitian merupakan usaha dalam memecahkan masalah yang disebutkan dalam rumusan masalah. Karena itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di SMK N 3 Semarang 10

b. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang c. Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang. 2. Manfaat Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua aspek yaitu: a. Secara teoritis: Tulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, setidak-tidaknya sebagai pelengkap kajian kenakalan masalah remaja. Selain itu sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) dalam bidang pendidikan agama Islam. b. Secara praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Dinas pendidikan kota Semarang sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan-kebijakan di sekolah. 2) SMK N 3 Semarang sebagai pertimbangan ataupun bahan masukan dalam membuat dan menyiapkan 11

program penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 3 Semarang. 3) Orang tua sebagai bahan acuan, untuk memberikan pengawasan lebih kepada putra-putrinya agar tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang. 4) Siswa 12