K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami eksplorasi dan eksploitasi ramah lingkungan. 3. Memahami pemanfaatan dan efisiensi barang tambang. 4. Memahami tata kelola usaha pertambangan. F. Kegiatan Pertambangan Tahapan kegiatan pertambangan secara berurut adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan dan pengenalan dengan cara meninjau lokasilokasi yang diduga mengandung barang tambang. Kemudian dilakukan survei lapangan melalui penelitian untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. 2. Eksplorasi Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan untuk memperoleh informasi secara terperinci (spesifik) tentang lokasi, seperti kandungan, kualitas, sebaran, dan total/jumlah barang tambang yang dapat diambil. Kemudian dilakukan pemetaan geologi. Sebagai contoh untuk menyelidiki adanya barang tambang, langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Meneliti citra satelit. b. Meneliti batuan dengan gempa buatan dengan menggunakan bahan peledak yang diletakkan pada lubang tanah. Gelombang gempa yang ditimbulkan akan merambat 1
melalui kerak bumi dan ditangkap oleh beberapa seismograf yang dipasang di tempat-tempat tertentu. Seismograf akan mencatat arah dan waktu getaran gempa. Arah getaran menunjukkan lokasi barang tambang dan waktu getaran menunjukkan kedalaman/ketebalan lapisan tanah. 3. Eksploitasi Eksploitasi adalah kegiatan pelaksanaan penambangan dengan cara mengambil barang tambang sesuai kondisi fisiknya. Ada tiga metode penambangan ini, yaitu sebagai berikut. a. Penambangan terbuka Penambangan terbuka dilakukan apabila barang tambang terletak di dekat permukaan bumi. Caranya dengan membuka lapisan tanah di atas barang tambang hingga mencapai posisi barang tambang. Apabila lapisan tanah telah terbuka oleh erosi, barang tambang tinggal digali. Penambangan terbuka berlaku untuk jenis barang tambang yang berwujud padat, seperti baru bara, mineral logam, dan mineral bukan logam. b. Penambangan tertutup Penambangan tertutup dilakukan apabila barang tambang terletak jauh di dalam Bumi. Caranya dengan menggali terowongan hingga mencapai barang tambang. Penambangan tertutup juga berlaku untuk jenis barang tambang yang berwujud padat. c. Pengeboran Pengeboran dilakukan dengan cara mengebor batuan hingga mencapai cebakan barang tambang. Pengeboran berlaku untuk jenis barang tambang yang berwujud cair, seperti cairan hidrokarbon minyak mentah dan gas alam yang terletak di punggung antiklinal di antara dua lapisan kedap air sehingga tidak menguap dan tidak meresap. Pengeboran dilakukan di lepas pantai dan di daratan dengan pengebor yang terbuat dari baja dengan mata bor dari intan. G. Eksplorasi dan Eksploitasi Ramah Lingkungan 1. Eksplorasi Eksplorasi bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang adanya barang tambang pada lokasi tertentu secara spesifik. Eksplorasi yang ramah lingkungan harus memperhatikan hal-hal berikut. a. Penyelidikan harus dilakukan dengan teliti, mulai dari meneliti peta-peta yang sudah ada, hasil survei sebelumnya, catatan dan laporan dari temuan sebelumnya hingga citra satelit terbaru. 2
b. Lakukan studi kelayakan sebagai tahap akhir dari penyelidikan sehingga dapat memastikan apakah penambangan pada lokasi tersebut layak dilakukan. Adapun barang tambang yang layak diusahakan harus memenuhi kriteria berikut. 1) Jumlahnya cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan selama puluhan tahun. 2) Kualitasnya bagus memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. 3) Biaya produksi yang direncanakan wajar, mulai dari penggalian, pengolahan hingga pengangkutan. c. Pengambilan contoh barang tambang harus dilakukan secara hati-hati. 2. Ekploitasi Eksploitasi bertujuan untuk memanfaatkan barang tambang bagi kehidupan. Eksploitasi yang ramah lingkungan harus memperhatikan hal berikut. a. Pada penambangan terbuka, hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk (top soil) harus dilakukan secara hati-hati. Hasilnya pun harus disimpan di tempat tertentu; 2) penggalian tanah penutup (sub soil) harus diperhitungkan dengan tepat, baik dengan menggunakan bahan peledak ataupun tanpa bahan peledak; 3) tanah hasil galian harus dipindahkan ke area pembuangan (disposal area); 4) lubang-lubang besar sisa penambangan harus direhabilitasi dan direklamasi. b. Pada penambangan tertutup, hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) pembuatan lorong terowongan dan pemasangan penyangga terowongan harus diperhitungkan dengan tepat dan mengutamakan keselamatan kerja; 2) pembuatan jalur maju untuk produksi harus diserta dengan ventilasi dan drainase; 3) batuan limbahnya harus dipindahkan ke disposal area. c. Pada pengeboran, hal yang dilakukan harus sesuai dengan formasi batuan. Apabila pengeboran sampai memotong formasi lumpur dan menembus formasi gas akan menimbulkan bencana lumpur panas. d. Eksploitasi barang tambang tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena dapat menimbulkan bencana longsor, banjir, kabut asap, dan pemanasan global. 3. Perusahaan pengelola barang tambang Berikut adalah hal-hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan pengelola barang tambang. a. Mengelola barang tambang dengan mempertahankan kelestarian lingkungan. 3
b. Mengelola barang tambang dengan memelihara daya dukungnya sehingga bermanfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang. c. Mengelola barang tambang dengan memperhatikan kepentingan ekonomi dan penambangan berkelanjutan. d. Mengelola barang tambang secara hemat dengan menggunakan teknologi yang tepat guna. H. Pemanfaatan dan Efisiensi Barang Tambang Barang tambang merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbarui sehingga pemanfaatannya harus efisien. Artinya, barang tambang harus dimanfaatkan secara tepat guna dan hemat serta bermanfaat untuk satu generasi ke generasi berikutnya. 1. Prinsip Efisiensi dalam Pemanfaatan Barang Tambang Efisiensi pemanfaatan barang tambang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. Mengekspor barang tambang dalam bentuk barang jadi, minimal setengah jadi dan tidak dalam bentuk barang mentah. b. Memanfaatkan barang tambang secara hemat. c. Melakukan observasi secara terus-menerus untuk menemukan daerah pertambangan baru. d. Mengembangkan penemuan energi alternatif yang ramah lingkungan. 2. Prinsip Ekoefisiensi dalam Memproduksi Barang Tambang Ekoefisiensi dalam memproduksi barang tambang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. Meminimalkan penggunaan bahan baku dari barang tambang. b. Menggunakan bahan baku pengganti barang tambang bahan bukan tambang atau bahan campuran. c. Menggunakan energi alternatif sebagai bahan bakar. d. Menghasilkan produk barang tambang yang dapat didaur ulang. e. Meminimalkan pelepasan limbah beracun ke lingkungan dengan cara: 1) membangun instalasi pengolahan limbah; 2) menjauhkan lokasi industri dari pemukiman dan sumber air bersih yang digunakan penduduk. 4
I. Reklamasi Lokasi Pertambangan Dalam sebuah kegiatan pertambangan tentu ada dampak negatif yang dimunculkannya, namun hal tersebut pun dapat diminimalkan dengan melakukan sebuah upaya perbaikan. Berikut akan dijelaskan dua hal tersebut secara rinci. 1. Dampak Negatif Kegiatan Pertambangan Kegiatan pertambangan yang bermanfaat untuk kebutuhan manusia pun menimbulkan dampak negatif, di antaranya sebagai berikut. a. Kerusakan alam seperti perubahan fisik lingkungan, morfologi dan topologi lahan, iklim mikro, habitat flora dan fauna serta terlepasnya logam-logam berat ke lingkungan perairan. b. Lahan kritis karena tanah menjadi tandus dan gundul sehingga menimbulkan erosi, longsor, dan banjir akibat kurangnya resapan air. c. Terowongan yang dibangun pada penambangan tertutup sering menimbulkan gempa runtuhan akibat atap gua yang makin tipis. d. Pencemaran dari limbah pengolahan yang dilakukan di lokasi pertambangan, seperti pengolahan bijih emas yang tersimpan pada penimbunan barang tambang (stockpile) menjelang penutupan tambang. 2. Reklamasi Reklamasi adalah usaha perbaikan lahan bekas penambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kegiatan eklamasi dapat meliputi hal berikut. a. Memulihkan kondisi lahan (rekonstruksi tanah) dengan cara: 1) menutup lubang galian dan terowongan dengan tanah; 2) menabur tanah pucuk (top soil). b. Melakukan penanaman kembali (revegetasi) dengan cara: 1) mengolah tanah dengan cara menggemburkan; 2) memilih jenis tanaman yang sesuai dengan peruntukannya, misalnya untuk hutan perkebunan, dan pemukiman; 3) menanam dan merawat tanaman secara periodik. c. Mengendalikan erosi dan mengelola air dengan cara: 1) mengatur bentuk lereng dengan terasering untuk mengurangi run off (aliran air permukaan); 2) mengatur drainase (proses pengaliran air) agar air mengalir ke tempat tertentu; 3) membuat dam (bendungan)untuk menampung aliran air. 5
d. Menanggulangi air asam tambang dengan cara: 1) menjauhkan proses pengolahan barang tambang dari sumber air seperti sumur, mata air, danau, kolam, dan sungai; 2) tidak membuang limbah hasil pengolahan barang tambang ke sumber air atau pemukiman penduduk. J. Tata Kelola Usaha Pertambangan 1. Dasar Hukum Tata Kelola Usaha Pertambangan Dasar hukum tata kelola usaha pertambangan adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba). Dalam undang-undang tersebut dinyatakan, yang dimaksud dengan mineral adalah bijih atau batuan di luar panas bumi, minyak bumi, gas bumi, dan air tanah. Adapun yang dimaksud dengan batu bara adalah endapan karbon yang terdapat di dalam Bumi, termasuk gambut, bitumen padat, batuan aspal. Undang-undang ini mengubah istilah kontrak kerja, Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Baru Bara dan Kuasa Pertambangan menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP) berupa IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. 2. Masalah Tata Kelola Usaha Pertambangan Dalam tata kelola usaha pertambangan, terdapat beberapa permasalahan, di antaranya sebagai berikut. a. Kontrak bagi hasil dari eksploitasi hingga pemasaran, yang sebagian besar dikuasai perusahan-perusahaan swasta. Sebagai contoh kontrak bagi hasil pertambangan migas dari eksploitasi hingga pemasaran diberikan pada perusahaan besar swasta, padahal pemegang pertambangan migas adalah Pertamina. b. Pengelolaan barang tambang masih kurang efisien. Sebagai contoh tambang minyak mentah sebagian diolah negara lain karena kemampuan produksi kilang minyak masih terbatas; tambang bauksit diekspor ke luar negeri dan Indonesia mengimpor alumina (bahan baku aluminium); tambang emas di Grasberg, Papua diolah di Jepang dan Amerika Serikat; dan tambang nikel di Soroako Sulawesi diolah di Kanada. c. Kerusakan lingkungan. 3. Upaya Pemerintah dalam Tata Kelola Usaha Pertambangan Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam tata kelola usaha pertambangan di Indonesia. 6
a. Membuat regulasi (pengaturan) bagi hasil terhadap perusahaan swasta yang mengelola pertambangan umum (di luar migas), melarang ekspor barang tambang mentah, mengolah barang tambang di dalam negeri, wajib memperbaiki lingkungan yang rusak akibat pertambangan, dan melestarikan lingkungan di sekitar wilayah pertambangan. b. Membuat regulasi terhadap pertambangan rakyat, berupa perizinan, kewajiban, serta pendidikan dan pelatihan pertambangan. c. Melaksanakan aturan yang jelas dan bersih untuk memastikan tidak ada lagi masalah perizinan perusahaan pertambangan. d. Melakukan kaji ulang/negosiasi kontrak karya terhadap perusahaan pertambangan yang sudah selesai masa kontraknya. e. Meningkatkan royalti (bonus) saham pemerintah. f. Memanfaatkan energi yang terbarukan dalam mengelola pertambangan. 7