EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

Universitas Sumatera Utara

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

Analisis Pengaruh Iklim Kerja dan Kebisingan Terhadap Beban Kerja di PT. X dan Y

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Lingkungan Kerja Terhadap Kelelahan pada Pekerjaan Packaging di Perusahaan Minyak Goreng dan Margarin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

IV-138 DAFTAR ISTILAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA JASA KULI ANGKUT DI PASAR KLEWER SURAKARTA

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

SIDANG TUGAS AKHIR. Jeffry Haryanto K3 VIIIB

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMBUATAN BATU BATAA DS. SUKOREJO SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

Ashitra Megasari, S.KM*, Anda Iviana Juniani, ST*

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI CATERING HIKMAH FOOD SURABAYA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI

Bab III Metodologi Penelitian

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

SISTEM KERJA. Nurjannah

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG TAHUN 2013

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KECUKUPAN ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap Produktivitas Kerja Serta Perbaikan Hearing Conservation Program

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Transkripsi:

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia 1 dennydermawan@yahoo.com Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia 2 luqman_ashari@yahoo.com Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia 3 rif_wid@yahoo.com ABSTRAK Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, lokasi tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan didalamnya terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya. Iklim kerja yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja dan kesehatan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi iklim kerja di Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS. Standar yang digunakan dalam mengevaluasi iklim kerja adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Penelitian ini menggunakan alat thermocouple dengan metode pengukuran langsung pada daerah konsentrasi kerumunan aktifitas teknisi laboratorium. Faktor yang diamati pada pengukuran iklim kerja yaitu jenis pekerjaan, lamanya jam kerja, jenis kelamin, dan berat rata-rata teknisi laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kalori yang dibutuhkan oleh teknisi laboratorium dengan jenis kelamin laki laki membutuhkan 157,8 Kkal/jam, masuk dalam kategori beban kerja ringan (100-200 Kkal/jam). Rata-rata Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) adalah 27,3 o C dengan 75% waktu kerja dan 25% waktu istirahat, sehingga kondisi ini masih sesuai dengan NAB. Rekomendasi yang diberikan dalam bentuk tindakan administrative control adalah mempertahankan komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control adalah mempertahankan bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan. Kata kunci: iklim kerja, Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS, ISBB, administrative control, engineering control. PENDAHULUAN Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya (DEPNAKER RI, 1970). Sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja sangat beragam, salah satunya adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas. Iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas D-1-1

radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya. Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pekerja di tempat kerja (DEPNAKER RI, 1999). Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi. Kondisi awal seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian, karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi pekerja. Beban bagi tubuh mereka bertambah, dan apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan - pekerjaan fisik dan berat, maka dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja. Evaluasi kondisi iklim kerja di Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS merupakan salah satu upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kampus ITS. Efek samping aktifitas kerja, dapat berakibat buruk kepada pekerja, sehingga tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan terhadap tenaga kerja dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Soeripto, 2008). Respon-respon fisiologis tubuh akan terlihat jelas terhadap pekerja dengan iklim kerja panas tersebut, seperti peningkatan darah dan denyut nadi yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, sehingga iklim kerja akan memperburuk kondisi pekerja, selain respon tekanan darah dan denyut nadi, sistem Thermoregulator di otak (Hypothalamus) akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 36 o C - 37 o C. Namun apabila paparan dibiarkan terus - menerus akan menyebabkan kelelahan (fatigue) dan akan menyebabkan mekanisme kontrol ini tidak lagi bekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya efek heat stress (Budiono, 1990). Penelitian ini membahas kondisi iklim kerja di Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS, serta akibat dari iklim kerja yang ada pada bengkel tersebut, mengacu pada NAB untuk iklim kerja dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja seperti tertera pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. NAB ISBB di Tempat Kerja (Sumber: DEPNAKERTRANS RI, 2011) METODA Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: a. Studi pustaka tentang iklim kerja (definisi, akibat negatif, teknik pengukuran, beban kerja, NAB iklim kerja, dan teknik pengendalian). b. Pengamatan langsung aktifitas pekerja di lapangan. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung beban kerja. D-1-2

c. Pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat thermocouple. Pengukuran dilakukan di 3 (tiga) titik lokasi konsentrasi para teknisi laboratorium bekerja, setiap titik dilakukan 3 (tiga) kali pengukuran. Hasil yang diambil adalah nilai iklim kerja tertinggi. Gambar 1. Thermocouple (Sumber: Hasil Dokumentasi, 2012) Gambar 2. Aktivitas Kerja Teknisi Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS (Sumber: Hasil Dokumentasi, 2012) HASIL DAN DISKUSI Hasil pengukuran iklim kerja dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Indeks Suhu Bola Basah di Bengkel Konstruksi PPNS-ITS Titik ISBB indoor ( o C) 1 27,2 2 27,3 3 27,4 Rata-Rata 27,3 (Sumber: Hasil Pengukuran, 2012) D-1-3

Perhitungan beban kerja berdasarkan hasil pengamatan secara langsung aktifitas Teknisi Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS di lapangan adalah: a. Berat badan rata-rata pekerja: 60 kg BB. b. Metabolisme basal = 1 x Kkal/jam x Berat Badan. c. Durasi pekerjaan: 7 jam kerja dan 1 jam istirahat (termasuk kategori 75-100% waktu kerja). d. Beban kerja: Beban Kerja Teknisi Laboratorium Pekerjaan : berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek (7 jam) Perhitungan = BB x Kkal/jam/kg BB = 60 kg x 1,63 Kkal/jam/kg BB x 7 jam = 684,6 Kkal Metabolisme Basal = BB x 1 Kkal/jam/kg BB (7 jam) = 60 x 1 Kkal/jam/kg BB x 7 jam = 420 Kkal Perhitungan Total Kalori = 684,6 Kkal + 420 Kkal = 1.104,6 Kkal Perhitungan Total Kalori per Jam = 1.104,6 Kkal/7 jam = 157,8 Kkal/jam Berdasarkan perhitungan ini diketahui, bahwa aktifitas teknisi laboratorium di Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS termasuk beban kerja ringan dengan kebutuhan kalori sebesar 157,8 Kkal/jam (100-200 Kkal/jam) dengan waktu kerja 7 jam dan jumlah total waktu kerja dalam sehari adalah 8 jam, sehingga pengaturan waktu kerjanya adalah 75 100%. Rata-rata ISBB adalah 27,3 o C. Kondisi ini menunjukkan, bahwa iklim kerja dikaitkan dengan beban kerja dan waktu kerja masih sesuai dengan standar berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011. NAB iklim kerja yang diperbolehkan adalah maksimal 31 o C. Rekomendasi yang diberikan dalam bentuk tindakan administrative control adalah mempertahankan komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control adalah mempertahankan bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Kondisi iklim kerja di Laboratorium Beton Teknik Sipil ITS dikaitkan dengan beban kerja dan waktu kerja telah sesuai dengan standar berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011. NAB iklim kerja yang diperbolehkan adalah maksimal 31 o C, sedangkan hasil pengukuran iklim kerja sebesar 27,3 o C. 2. Rekomendasi pengendalian iklim kerja meliputi tindakan administrative control adalah mempertahankan komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control adalah mempertahankan bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan. D-1-4

PUSTAKA ACGIH, (2005). Kategori Beban Kerja Dengan Kategori Tingkat Metabolisme., ACGIH, USA. ACGIH, (2005). Paparan Panas WBGT yang Diperkenankan Sebagai NAB (WBGT dalam C), ACGIH, USA. Arismunandar, S. H, (1981). Penyegara Udara. Pradya Paramita, Surabaya, Indonesia. BSN, (2004), SNI 16-7063-2004: Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja, Badan Standar Nasional, Jakarta, Indonesia. Budiono, A.M. Sugeng (editor), (1990) Panduan Pelayanan Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Tri Tunggal Tata Fajar, Semarang, Indonesia. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, (1970), Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, (2011). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia Heru, S, (2007). Hygiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendekia Press, Jogjakarta, Indonesia. Soeripto, M, 2008. Hygiene Industri, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia. D-1-5