BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting diberikan kepada anak-anak sejak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

BAB V ANALISIS DATA. manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun pilar-pilar sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Zamrud Khatulistiwa ini merdeka. Selama itu pula ibu pertiwi ini mengisi kemerdekaannya

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

METODE BERMAIN LEGO DALAM UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KINESTETIK PADA ANAK USIA DINI (Sudi Kasus di Lembaga Pendidikan Manusia Unggul)

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset bangsa yang paling berharga. Karena anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan anak, karena usia nol sampai enam tahun merupakan periode atau masa keemasan (the golden age) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain gizi yang cukup, beragam stimulus juga harus di berikan (Riyanto, 2005). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai usia Sekolah Dasar (SD), pemahaman terhadap keunikan dan tingkat pertumbuhan serta perkembangan diri pada setiap anak merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh para orangtua dan pendidik (Semiawan, 2008). Pentingnya PAUD telah menjadi perhatian internasional. Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya. Setiap anak memiliki potensi yang akan dapat berkembang secara optimal manakala diberi rangsangan, bimbingan, dan/atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Semiawan, 2008). Pendidikan sejak usia dini dapat mendukung keberhasilan wajib belajar sembilan tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Freeman dan Munandar (2007), yaitu meskipun PAUD bukan sebagai prasyarat untuk mengikuti 1

2 pendidikan dasar, namun pendidikan dini pada usia nol sampai enam tahun sangat penting dalam rangka mendukung keberhasilan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di level internasional. Di Indonesia terdapat dua jenis jalur pendikan prasekolah. Menurut Sisdiknas (2003) pendidikan anak prasekolah terbagi menjadi jalur formal dan non formal. Pendidikan anak prasekolah pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), dan lembaga sejenis. Pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan satuan PAUD sejenis. TK merupakan salah satu pendidikan anak usia dini sebelum memasuki SD. TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun (Depdiknas, 2004). Menurut Depdikbud (diglib.petra.ac.id, 2003) sebutan taman secara harafiah pada TK adalah tempat yang nyaman untuk bermain, dalam pengertian perilaku guru, penataan sarana prasarana, dan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. TK merupakan satu bentuk pendidikan prasekolah untuk anak usia empat sampai enam tahun, sedangkan lama pendidikan di TK adalah satu atau dua tahun. Terdapat dua program pendidikan pada TK, yaitu program reguler dan fullday. Penyelenggaraan sekolah dengan program fullday school ialah penyelenggaraan pendidikan yang dijalankan berintikan keterpaduan dari berbagai

3 unsur, yaitu : pertama, memadukan modus pendidikan di keluarga dan masyarakat dalam lingkungan buatan, yakni sekolah. Kedua, memadukan ranah belajar afektif, kognisi, dan psikomotorik. Ketiga, memadukan pendidikan umum dan pendidikan Agama (seperti yang dipersepsikan masyarakat selama ini ). Keempat, memadukan modus klasikal di sekolah dengan masjid dan lingkungan serta pesantren. Kelima, memadukan proses penguasaan ilmu kehidupan dengan tsaqafah Islamiyah dan pembentukkan kepribadian yang Islami (Yustanto, 2004). Menurut Sepianawi (2008) TK fullday adalah TK sebagai tempat anak belajar membaca, menulis, berhitung dan ketrampilan dengan lingkungan seagama dengan jam di sekolah mulai jam 07.30-15.30 (± 8 jam). Menurut Taufiqurrohman (2009) TK program fullday adalah program siswa belajar di sekolah sehari penuh mulai pagi hingga sore hari dimana kegiatannya dimulai dari jam 07.30 15.30 WIB. Selama beberapa jam tersebut dilakukan beberapa kegiatan dalam lingkungan TK. Menurut Baharudin (2008) dalam pelaksanaannya, tambahan waktu pada sekolah fullday digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, dan menyenangkan bagi siswa untuk menggali potensi anak didik dengan menitikberatkan pada situasi dan kondisi dimana anak didik dapat mengikuti proses belajar tapi juga bermain. Artinya siswa bisa belajar dimana saja seperti di halaman, di perpustakaan, dan lain-lain. Menurut Ilahi (2006) terkait dengan penciptaan lingkungan yang menyenangkan, sistem fullday school memiliki program aktifitas akademik berada di sekolah dan anak mengikuti semua kegiatan akademik tersebut mulai dari pagi sampai sore hari. Misalnya kegiatan seperti mengerjakan tugas sekolah (PR),

4 dalam sistem fullday school dilakukan disekolah dengan bimbingan guru yang bertugas. Dengan demikian, anak yang mengikuti sekolah program fullday akan mendapat banyak keuntungan secara akademis. Setelah menyelesaikan pendidikan prasekolah di TK, seorang anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan formal di SD. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan bersekolah. Menurut Fitzgerald dkk (Sulistiyaningsih, 2005) pengertian kesiapan bersekolah dinyatakan sebagai kemampuan anak mencapai tingkat perkembangan emosi, fisik, dan kognisi yang memadai sehingga anak mampu atau berhasil dengan baik. Menurut Bergenson (2005) kesiapan anak memasuki SD adalah kesiapan anak untuk belajar di sekolah, kesiapan sekolah untuk menerima anak, disertai dukungan keluarga dan kerabat yang berkontribusi untuk kesiapan bersekolah. Menurut Hurlock (Sulistiyaningsih, 2005) kesiapan bersekolah terdiri dari kesiapan secara fisik dan kesiapan secara psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan intelektual. Seorang anak dikatakan telah memiliki kesiapan fisik bila perkembangan motoriknya sudah matang, terutama koordinasi antara mata dengan tangan (visiomotorik) berkembang baik. Selain itu keseimbangan badan juga relatif berkembang baik (Monks dkk, 2006). Menurut Margolin (Sulistiyaningsih, 2005) kesiapan emosional sudah dicapai apabila anak secara emosional dapat cukup mandiri lepas dari bantuan dan bimbingan orang dewasa, tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam waktu tertentu dengan orangtuanya, dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan di sekolah, serta dapat mengontrol emosinya seperti rasa marah, takut, dan iri. Selain itu anak harus sudah dapat

5 bekerjasama, saling menolong, menunggu giliran untuk suatu tugas dan sebagainya. Anak yang telah siap secara sosial akan mudah menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan aturan-aturan di sekolah. Menurut Monks,dkk (2006) kesiapan sosial anak dapat dilihat dari kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang yang baru dikenal, seperti guru dan teman-teman barunya. Dalam batas tertentu anak harus mampu berbagi, memberi dan menerima. Anak juga sudah cukup matang serta sadar akan status dirinya, sehinga tidak menuntut perhatian terus menerus, mau menangnya sendiri, tetapi harus mampu melakukan tugas dari guru serta mampu menerima kewibawaan guru. Sementara itu kesiapan intelektual telah dimiliki apabila anak sudah mampu mengenal berbagai macam simbol untuk huruf, angka, gambar, serta katakata yang digunakan untuk menyebut suatu benda (Mussen dan Paul, 1988). Selain itu juga mampu berpikir secara kritis, menggunakan penalaran walaupun masih sederhana dalam memecahkan masalah, mampu berkonsentrasi, dan memiliki daya ingat yang baik, sehingga anak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Pada kenyataannya di SD, kerap kali kesuksesan seorang anak dalam mengikuti proses belajar di kelas tidak hanya cukup dengan bekal kemampuan kognitif yang dimiliki. Ketrampilan dalam bersosialisasi, kemampuan dalam mengelola emosi, kemampuan untuk mandiri, kemampuan berbahasa, sangat mempengaruhi pada kemampuan anak untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Misalnya saja anak yang sudah bisa membaca, menulis dan menghitung, namun

6 masih belum mau berpisah dengan orangtua, sampai-sampai anak mogok tidak mau masuk kelas. Hal ini menghambat anak untuk mengikuti aktivitas belajar dengan baik (Edia, 2012). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah MIN Pengging 1, diungkapkan bahwa setiap tahun ajaran baru selalu ada anak kelas satu yang kurang siap mengikuti pelajaran disekolah. Salah satu contoh ialah anak belum bisa mempersiapkan diri di pagi hari dengan tenang, tergesagesa dan tidak sempat sarapa, sehingga belum usai sekolah, anak tertidur di kelas yang mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengikuti aktivitas belajar dengan baik. Dalam kehidupan masyarakat seperti sekarang ini, kedekatan hubungan antara orang tua dan anak ada kecenderungan mulai berkurang. Anggapan yang keliru di masyarakat, bahwa pendidikan sama dengan sekolah telah membawa para orang tua mempercayakan sepenuhnya pendidikan putra-putrinya kepada guru di sekolah. Orang tua tidak tahu bahwa lingkunga keluarga, terutama orang tua ialah pemegang peranan terbesar terhadap pendidikan anak (Semiawan, 2002). Keluarga atau orangtua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Ibu sebagai primary care mempunyai keterlibatan langsung dalam perawatan, perkembangan anak dan pemberian nutrisi pada anak. Pada hakekatnya, ibu merupakan pendidik utama, pertama dan paling dasar bagi setiap anak-anak sebelum mendapat tambahan pendidikan dari pihak lain (Arifin, 2006).

7 Berdasarkan observasi 2 yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas penanganan kebutuhan dan aktifitas anak adalah ibu. Ibu yang mengurus segala keperluan sekolah anak mulai dari persiapan sekolah hingga bimbingan belajar anak. Pada saat rapat orang tua wali murid dapat dilihat bahwa sebagian besar yang datang ke sekolah adalah ibu. Menurut Mansur dan Syafi ie (2007) faktor tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai alat bantu untuk menambah pengetahuan dalam memberikan pendidikan mulai usia nol tahun, karena tingkat pendidikan orang tua yang tinggi akan mempengaruhi pengetahuan dalam memberikan pendidikan untuk anak. Pendidikan orang tua yang rendah dalam merawat atau memperhatikan pendidikan anak akan seadanya atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan menurut pengaruh lingkungan. Dalam hasil penelitiannya, Carol dkk (1999) yang berjudul "The Relation between Head Start Parents' Participation in a Transition Demonstration, Education, Efficacy and Their Children's Academic Abilities." bahwa penelitian yang dilakukan pada tahun 1997 mengenai Pengaruh Tingkat pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi belajar Anak didapatkan hasil bahwa prosentase prestasi belajar anak yang orang tuanya tidak lulus SD sebanyak 7,30%, lulus SD 14,70%, lulus SLTP 21,50%, lulus SLTA 32,10%, lulus Diploma 12,30%, dan lulus Sarjana 12,10%. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak memiliki hubungan langsung terhadap prestasi akademik anak-anak, akan tetapi tingkat pendidikan orang tua justru menjadi peran utama yang berpengaruh

8 penting terhadap variabel psikologis dan sosiologis yang mempengaruhi hasil sekolah anak-anak. Baharudin (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan, keyakinan, nilai, dan tujuan tentang pengasuhan. Sebagai contoh, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan fasilitas orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak, dan juga memungkinkan orang tua untuk memperoleh model keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah yang kondusif bagi sekolah untuk keberhasilan anakanak. Dengan demikian, orang tua menggunakan strategi belajar yang lebih efektif untuk anak daripada orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Soetjiningsih (1998) menjelaskan bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatannya, termasuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Astuti (2009) menjelaskan bahwa pada dasarnya, dalam memilih sekolah yang terbaik, sekolah tersebut harus dapat menerapkan waktu untuk belajar dan bermain agar tidak ada hambatan dalam proses sosialisasinya. Fullday school menawarkan keuntungan bagi anak didiknya, yaitu anak mendapat metode pembelajaran yang bervariasi karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan metode belajar sambil bermain sehingga anak tidak bosan dan nyaman dalam belajar. Orang tua tidak akan merasa khawatir

9 karena anak berada seharian di sekolah. Orang tua lebih memilih sekolah fullday bagi putra putrinya selain agar dapat bekerja dengan tenang, orang tua juga dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah Adakah perbedaan kesiapan anak memasuki Sekolah Dasar (SD) pada anak-anak yang mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) program fullday ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?. Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Studi Komparasi Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar (SD) pada Anak anak yang Mengikuti Pendidikan Taman Kanak-kanak Program Full Day Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua. B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk membandingkan tingkat kesiapan anak memasuki SD pada anak anak yang mengikuti pendidikan TK program full day ditinjau dari tingkat pendidikan pendidikan orang tua. 2. Untuk mengetahui kesiapan anak memasuki SD pada anak anak yang mengikuti pendidikan TK program fullday.

10 C. Manfaat Penelitian Diharapkan manfaat dari hasil penelitian ini : 1. Bagi Orang tua Memberikan informasi bagi orang tua untuk membimbing anak dalam mempersiapkan diri masuk SD, serta sebagai motivasi yang diberikan untuk orang tua murid agar memberikan sarana belajar yang tepat sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. 2. Bagi Pengelola Taman Kanak-kanak Memberikan paduan informasi mengenai latar belakang pendidikan orang tua murid tentang kesiapan anak memasuki SD agar dijadikan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi program TK yang sesuai dengan kebutuhan anak. 3. Bagi Ilmuwan Psikologi Penelitian ini memberikan nilai positif bagi pengembangan ilmu psikologi pada umumnya, dan pada khususnya perbandingan kesiapan anak memasuki sekolah dasar pada TK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam, memperkaya, dan mengembangkan khasanah teoritis mengenai kesiapan memasuki SD pada anak yang mengikuti pendidikan TK program fullday ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.