I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa dan NAFTA di Amerika Utara

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus perdagangan internasional, maka akan semakin membuka peluang ekspor komoditas negara tersebut ke negara lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara (Tambunan, 2004). Secara empiris, perdagangan internasional dan investasi terbukti mampu mendorong terjadinya industrialisasi yang dapat menjadi engine pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang telah terjadi dalam sejarah pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat bagi Jepang (1960-an), Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea (1970-an dan 1980-an), Malaysia, Indonesia, dan Thailand (1980-an) (Kemenkeu, 2012). Seiring dengan perkembangan globalisasi dan teori-teori perdagangan internasional, sebagian besar negara sepakat melakukan liberalisasi perdagangan melalui berbagai perjanjian kerja sama perdagangan bebas atau yang biasa disebut Free Trade Agreement (FTA). Pembentukan FTA merupakan akibat dari liberalisasi perdagangan yang tidak dapat dihindari oleh semua negara sebagai anggota masyarakat internasional. Hal inilah yang mendorong terbentuknya blokblok perdagangan bebas. FTA dapat dibentuk sesuai kebutuhan perdagangan antar negara, yakni secara multirateral, bilateral, maupun regional. FTA regional adalah perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan negara-negara yang berdekatan secara geografis misalnya seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), yang merupakan integrasi ekonomi bagi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk di 1

2 dalamnya negara Indonesia yang ikut meratifikasi berdirinya ASEAN (Arifin, dkk 2004). Indonesia sendiri adalah negara yang aktif dalam FTA ini. Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk AFTA pada Januari 1992. Tujuan dari AFTA adalah menghilangkan batasan perdagangan diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan menciptakan pasar regional, yang akan ditempuh melalui penghapusan tarif intra-regional dan batasan non-tarif. Untuk penghapusan tarif intra-regional diberlakukan melalui skema CEPT-AFTA (Common Effective Preferential Tariff). Target implemetasi semula pada tahun 2008, namun dipercepat pada tahun 2002 untuk ASEAN-6 yakni, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Filipina, dan Brunei Darussalam, menimbang pertumbuhan ekonomi keenam negara ini yang terbilang signifikan dibanding anggota ASEAN lainnya (Kemenkeu, 2012). Sejak pemberlakuan skema ini, perdagangan intra-asean khususnya untuk ASEAN-6 mengalami pertumbuhan trend yang positif. Pemberlakuan ini ternyata mampu mendorong pertumbuhan perdagangan diantara keenam negara tersebut. Setahun setelah diberlakukan, tercatat pertumbuhan perdagangan diantara negara tersebut mencapai angka 27,9% (ASEANtat, 2014). Pertumbuhan perdagangan terus tumbuh meski di tahun 2009 nilainya menurun pada angka -20,13%, pelemahan tersebut disebabkan krisis ekonomi dunia yang berimbas bagi banyak negara. Meskipun dalam kurun waktu 2002 sampai 2013 nilai pertumbuhannya fluktuatif, kerja sama regional ini mampu meningkatkan pertumbuhan nilai

3 perdagangan diantara keenam negara tersebut. Perkembangan nilai perdagangan ASEAN-6 dapat dilihat pada Gambar 1. 700 600 500 400 300 200 100 0 2002 1 2003 2 2004 3 2005 4 2006 5 2007 6 2008 7 2009 8 2010 9 10 2011 11 2012 12 2013 13 Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Perdagangan Intra ASEAN oleh ASEAN-6 Tahun 2002-2013 (Milyar USD) Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2015. Dari tahun 2002 sampai 2007 dapat dilihat perkembangan perdagangan intra- ASEAN antara ASEAN-6 mengalami trend yang positif meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan. Namun pada tahun tersebut, ASEAN-6 tetap mampu melakukan transaksi perdagangan dengan nilai 344.253,00 USD dari total perdagangan senilai 376.213,2 juta USD atau sekitar 91,50% dari total perdagangan intra ASEAN. Angka ini mengindikasikan bahwa adanya skema CEPT mampu mendorong keenam negara tersebut tetap aktif dalam neraca perdagangan intra ASEAN. Di tahun-tahun selanjutnya nilai perdagangan kembali meningkat. Bahkan pada tahun 2013 nilai perdaganganmya meningkat sampai 551.309,1 juta USD (ASEANstat, 2015). Dalam pemberlakuan skema ini, Indonesia sendiri juga mengalami pertumbuhan ekspor yang cukup signifikan ke pasar ASEAN. Setahun setelah diberlakukan, pertumbuhan ekspor Indonesia mencapai 6,82% dan terus naik pada tahun-tahun selanjutnya. Selama periode 2002 sampai 2013 rata-rata pertumbuhan

4 ekspor Indonesia ke pasar ASEAN mencapai 11.12%, hal ini mengindikasikan bahwa skema CEPT-AFTA mampu mendorong negara Indonesia meningkatkan ekspor barang-barang domestik ke pasar ASEAN (Tabel 1). Tabel 1. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor Indonesia ke Pasar ASEAN Tahun 2002-2013 Tahun Nilai Ekpor (.000 USD) Pertumbuhan Ekspor (%) 2002 5.718,8-2003 61.058,2 6,82 2004 71.584,6 17,24 2005 85.660,0 19,66 2006 100.798,6 17,67 2007 114.100,9 13,20 2008 137.020,4 20,09 2009 116.510,0-14,97 2010 157.779,1 35,42 2011 203.496,7 28,98 2012 190.031,8-6,62 2013 182.551,8-3,94 Sumber: ASEAN Statistical Year Book, 2014 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sejak enam tahun pemberlakuan skema ini Indonesia terus meningkatkan nilai ekspornya ke negara ASEAN. Pada tahun 2009 nilai ekspor Indonesia menagalami penurunan sebesar 14,97% dikarenakan pada tahun tersebut terjadi pelemahan ekonomi global secara besar-besaran, namun pada tahun-tahun selanjutnya kembali mengalami pertumbuhan yang positif meskipun di tahun 2013-2014 kembali mengalami pertumbuhan yang negatif. Indonesia sendiri merupakan negara yang aktif melakukan ekspor berbagai barang ke pasar ASEAN terlebih lagi setelah adanya pemberlakuan CEPT-AFTA. Salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia adalah hasil sub sektor perkebunan. Dari beberapa komoditi sub sektor perkebunan unggulan untuk ekspor, teh menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang aktif masuk ke pasar ASEAN setelah pemberlakuan CEPT-AFTA ini. Sejak pemberlakuan

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 5 tersebut, nilai ekspor teh Indonesia terus naik bahkan melebihi eskpor sebelum adanya pembebasan tarif dapat dilihat dari Gambar 2. 30 25 20 y = 0.8914x + 1.8051 R² = 0.7718 15 10 5 0 Nilai Ekspor (000.000 USD) Linear (Nilai Ekspor (000.000 USD)) Sumber: UNCOMTRADE, 2017. Gambar 2. Perkembangan Nilai Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN Tahun 1990-2014 Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai ekspor teh Indonesia setelah adanya pemberlakuan skema CEPT-AFTA. Hal ini dikarenakan volume ekspor teh Indonesia ke negara tujuan ekspor utama seperti Rusia, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat, dan sebagian negara di Eropa mengalami fluktuasi. Volume ekspor teh Indonesia yang berfluktuasi diindikasikan karena adanya hambatan perdagangan yang berbentuk nontarif. Hambatan perdagangan ini dilakukan untuk memenuhi standar kesehatan dan kualitas minimum barang impor. Menurut Dewan Teh Indonesia (2015) terdapat beberapa hambatan nontarif yang mengganggu ekspor teh Indonesia terutama ke pasar Eropa, Amerika, dan beberapa negara lainnya. Hambatannya tersebut antara lain Ethical Tea Partnership (ETP), Maximum Recidue Level (MRL), Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), The Bioterorism Act (TBA), dan berbagai jenis macam sertifikasi pada komoditi teh asal Indonesia.

6 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pakistan Amerika Serikat Inggris Jerman Rusia Sumber: UNCOMTRADE, 2017. Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Teh Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan Utama Ekspor Teh Indonesia Tahun 2000-2015 Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa menunjukan perkembangan volume ekspor komoditas teh ke negara tujuan ekspor fluktuatif. Volume ekspor terbesar teh Indonesia di Rusia pada tahun 2008 mencapai 15080 ton kemudian meningkat pada tahun 2009 menjadi 17895.8 ton kemudian secara berangsur angsur menurun hingga akhirnya turun menjadi 11.456 ton pada 2015. Pada negara importir lainnya juga cenderung turun sejak tahun 2008, hal ini disebabkan makin tingginya pesaing di pasar Internasional dan adanya hambatan-hambatan dari negara importir. Teh Indonesia dikenal karena memiliki ciri yang khas. Keunggulan teh Indonesia berasal dari kandungan katekinnya. Teh Indonesia memiliki kandungan katekin yang lebih besar dibandingkan teh dari negara lain. Katekin sendiri merupakan segolongan metabolit sekunder yang secara alamiah dihasilkan oleh tumbuhan dalam golongan flavanoid. Katekin menghasilkan antioksidan dari gugus fenol. Faktanya adalah katekin memilki lebih dari satu gugus fenol sehingga akan menghasilkan superoksidan yaitu suatu senyawa yang dapat

7 menghasilkan proteksi luar biasa terhadap radikal bebas (International Tea Comittee, 2017). Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunanperkebunan besar teh premium, sementara mayoritas petani kecil lebih berorientasi kepada pasar domestik. Dua jenis teh utama yang diperdagangkan, yaitu teh hijau dan teh hitam yang merupakan paling besar volume ekspornya dengan rata-rata peranannya sebesar 97,67% per tahun. Dengan potensi yang demikian besar saat ini Indonesia merupakan salah satu dari lima produsen teh terbesar di dunia setelah negara China, India, Kenya, dan Sri Lanka. (Statista, 2017). Dengan keunggulan yang demikian Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan negara eksportir lainnya terlebih lagi setelah adanya skema CEPT-AFTA. Sebagai salah satu produsen teh terbesar di ASEAN Indonesia diharapkan mampu menjadi eksportir utama teh di ASEAN. Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan teh tahun 2009-2013 yang bersumber dari FAO, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan teh terbesar di ASEAN dengan rata-rata kontribusi sebesar 36,21% dari total luas tanaman menghasilkan teh ASEAN, diikuti Vietnam (33,79%) dan Myanmar (23,15%). Adanya liberalisasi perdagangan di ASEAN akan berdampak pada kinerja ekspor teh Indonesia. Dalam perdagangannya, pasar ASEAN memang bukanlah negara tujuan ekspor Indonesia. Selama ini negara tujuan ekspor teh utama Indonesia adalah Rusia, Pakistan, Amerika, dan Jerman sementara untuk ASEAN sendiri hanya terkonsentrasi pada pasar Malaysia saja. Sementara itu, Indonesia sebenarnya masih bisa meningkatkan pangsa pasarnya di ASEAN dilihat dari pertumbuhan permintaan impor teh di ASEAN yang cenderung meningkat.

8 Keberhasilan dalam meningkatkan ekspor perlu terus dikaji, khususnya teh Indonesia yang menghadapi pasar bebas di ASEAN melalui skema CEPT-AFTA. Perlu diketahui daya saing, kondisi pasar, dan faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia di pasar ASEAN. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN dalam Skema CEPT-AFTA (Common Effective Preferential Tariff- ASEAN Free Trade Area). 1.2 Perumusan Masalah Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Teh Indonesia juga dikenal karena memiliki rasa dan aroma yang khas. Luasnya lahan pertanaman teh Indonesia dan produksi yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia. Indonesia bersama-sama dengan China, India, Kenya, dan Sri Lanka dalam beberapa dekade berkontribusi besar dalam perdagangan teh dunia. Adanya liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas di kawasan ASEAN, yang dimulai sejak ditandatanganinya kesepakatan AFTA tahun 1992 melalui pemberlakuan skema CEPT (Common Effective Preferential Tariff)-AFTA di mulai tahun 2002, diharapkan mampu membuka peluang ekspor teh Indonesia lebih luas lagi di pasar ASEAN. Selama ini, ekspor teh Indonesia hanya terkonsentrasi ke negaranegara Eropa seperti Inggris, Belanda, Polandia dan negara lain seperti Pakistan dan Amerika Serikat, sementara di pasar tersebut Indonesia menghadapi berbagai tantangan terkait standar ekspor yang rumit misalnya adanya penerapan standar kandungan antrakuinon pada teh sehingga teh Indonesia sewaktu-waktu dapat kesulitan menembus pasar tersebut dibandingkan eksportir lain, ditambah lagi

9 kendala pada tingginya tarif masuk pada setiap pasar. Dengan terbukanya peluang pasar di ASEAN, Indonesia sebagai produsen teh terbesar diharapkan juga mampu meningkatkan ekspor teh ke pasar ASEAN, pasar potensial dengan jumlah populasi 625 juta jiwa. Perkembangan ekspor teh merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Industri teh Indonesia yang berkembang sejak tahun 1999 menyerap sekitar 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Selain itu, secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas) dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS per tahun. Dari aspek lingkungan, usaha budidaya dan pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi tanah dan air (Ditbun, 2015). Prospeknya yang baik di perdagangan internasional merupakan sumber devisa bagi pemerintah. Dengan demikian, informasi mengenai perkembangan kinerja ekspor teh Indonesia di pasar ASEAN perlu dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana daya saing (komparatif dan kompetitif) ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA? 2. Bagaimana dinamika ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA?

10 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis daya saing (komparatif dan kompetitif) ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA. 2. Untuk menganalisis dinamika ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia ke pasar ASEAN sesudah berlakunya skema CEPT-AFTA. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan topik penelitian dan sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 2. Bagi pemerintah, sebagai bahan referensi dan studi bagi pengembangan, perumusan, dan pertimbangan untuk menciptakan strategi dalam menghadapi liberalisasi perdagangan teh di pasar ASEAN. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait perdagangan internasional khususnya untuk komoditas teh.