BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

PENGARUH MINAT DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Aulia Alzak 1 dan Rustam 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

PENGARUH MINAT DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LATAMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses pengajaran. Apabila ingin meningkatkan hasil belajar, tentunya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan metode pembelajaran yang kurang. Djamarah (2013:3) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. Guru besar Nanyang Technology University, Sing Kong Lee sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kong, dan Indonesia berada diperingkat 69 dari 76 negara.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala tersebut disebabkan kurangnya kreatifitas guru-guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan hidupnya di masa depan. Kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional semakin dicari. Oleh karena itu saat ini pendidikan masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Menurut Sriwenda (2013) Guru harus berperan sebagai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru menjadi komponen yang sangat penting untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman di era abad 21 yang pesat menuntut adanya sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kelak dapat mengangkat harkat martabat bangsanya. kepribadian dan keterampilan memberikan hasil yang bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang harus melakukan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

Tentang IQ dan EQ. By : ZR

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan hal yang selalu menjadi perhatian utama dalam berjalannya suatu proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan. Dengan kata lain hasil belajar dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan kompetensi suatu pelajaran. Berdasarkan observasi awal peneliti di SMA Negeri 1 Kabanjahe khususnya kelas X, hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Persentase ketuntasan siswa hanya 43 % dari 78 jumlah siswa kelas X, secara keseluruhan jumlah siswa yang mencapai KKM jauh dibawah jumlah siswa yang tidak tuntas. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1 Interval Nilai UH 1 UH 2 UH 3 60-69 10 16 13 70-79 13 7 7 80-89 15 16 16 90-99 1-3 % siswa tidak lulus ( KKM) 59,89 57,16 51,0 Sumber: Daftar Kumpulan Nilai Siswa Kelas X sos 1tahun 2014 1

2 Tabel 1.2 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 2 Interval Nilai UH 1 UH 2 UH 3 60-69 16 20 19 70-79 11 7 9 80-89 12 12 10 90-99 - - 1 % siswa tidak lulus 68,51 68,72 70,74 Sumber: Daftar Kumpulan Nilai Siswa Kelas X sos 1tahun 2014 Dari data kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa dibandingkan kelas lainnya, kelas X Sos 2 memiliki persentase ketidaktuntasan yang paling banyak yaitu 27 orang siswa dalam kelas tersebut tidak mencapai KKM, sementara hanya 1 orang yang dapat mencapai nilai 90. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa siswa di SMA Negeri 1 Kabanjahe, banyak pengakuan dari para siswa bahwa belajar ekonomi itu sangat membosankan karena penuh dengan teori-teori. Fenomena pengakuan siswa ini menunjukkan bahwa masalah di bidang pendidikan yang cukup menonjol terletak pada proses pembelajarannya. Proses pembelajaran terkesan memaksakan siswa untuk menghafal teori tanpa memikirkan pengembangan kemampuan dan berpikir siswa itu sendiri. Disinilah guru berperan penting dalam proses pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang guru sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.20 Pasal 40 ayat 2 tahun 2003, yang berbunyi:

3 Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. (2) Mempunyai komitmen yang professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dari undang-undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga mereka dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik. Pembelajaran ekonomi dibangun melalui penekanan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses. Siswa diharapkan mampu menemukan fakta fakta, membangun konsep, teori dan sikap dalam menghadapi fakta tersebut. Pengalaman belajar dan keterampilan proses dapat diperoleh dari siswa-siswa dengan menyajikan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada hakekatnya segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan selalu berhubungan dengan ekonomi. Sehingga pelajaran ekonomi jika diajarkan hanya dengan menyampaikan informasi saja akan menyulitkan siswa untuk memahaminya. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan, proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kabanjahe kurang meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar. Ini disebabkan karena tenaga pendidik masih menggunakan teknik mengajar yang monoton dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan informasi

4 tersebut kegiatan belajar mengajar guru mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Negeri 1 Kabanjahe cenderung menggunakan metode konvensional, sehingga siswa pasif karena para siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan guru dan hanya sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan aktivitas belajar seperti itu maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa di kelas. Selain dari pada itu ada kecenderungan siswa yang takut untuk bertanya kepada guru apabila mendapati kendala dalam mengikuti pelajaran, sehingga siswa lebih memilih untuk diam. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu cara untuk mengatasi permasalahan proses pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1 Kabanjahe, seperti dengan memperbaiki strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam belajar. Adapun alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mengintegrasikan masalah ekonomi yang terjadi di kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa lebih mudah memahaminya karena berkaitan dengan kehidupannya. Dalam hal ini model pembelajaran yang mengintegrasikan dengan masalah salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya melalui penyelidikan atas suatu masalah yang terjadi di sekitarnya. Diterapkannya metode pembelajaran berbasis masalah, dapat melatih siswa berpikir lebih kritis, menganalisis dan memecahkan masalah kompleks,

5 dapat bekerja sama secara kooperatif di dalam tim kecil, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan efektif baik verbal maupun tertulis. Hal yang juga perlu diperbaharui, yaitu kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal atau sering disebut dengan intelegence question (IQ) padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Pengembangan kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) pada diri individu siswa juga penting selain daripada pengembangan IQ. Pentingnya kecerdasan ini karena banyak dijumpai anak-anak yang cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akedemiknya, namun tidak dapat mengelola emosinya seperti mudah marah, mudah putus asa bila kurang memahami suatu topik pelajaran, angkuh dan sombong. Seperti yang peneliti dapati dari hasil wawancara dengan siswa di SMA Negeri 1 Kabanjahe bahwa hampir keseluruhan siswa merasa takut untuk bertanya kepada guru apabila kurang mengerti akan materi pelajaran, hal ini disebabkan karena siswa tidak dapat mengelola emosi dalam dirinya, hal ini pada akhirnya sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut nantinya. Kecerdasan emosional seharusnya dikembangkan pada diri individu anak didik mulai dari usia dini, karena sangat menentukan potensi individu untuk mempelajari keterampilan, yaitu keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya yang terdiri dari kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dengan beberapa kecakapan utama yang dimilikinya, ini tidaklah mudah diperoleh

6 karena ia tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba atau langsung jadi, sebaliknya kemampuan tersebut harus dipelajari sejak dini. Kemampuan untuk bereaksi secara maksimal ini sudah ada pada bayi yang baru lahir. Maka dalam hal kemampuan mempelajari kecerdasan emosional perlu ditumbuhkembangkan atau diasah keberadaannya secara kontinuitas. Daniel Goleman (2009), menjelaskan bahwa peran IQ dalam keberhasilan hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam segala hal yang dikerjakan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Emotional Quotient (EQ) terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Konsep inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Emotional Quotient (EQ) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kabanjahe T.P. 2014/2015. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar ekonomi siswa kelas X SOS di SMA Negeri 1 Kabanjahe? 2. Bagaimana Kecerdasan Emosional siswa kelas X SOS di SMA Negeri 1 Kabanjahe?

7 3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar ekonomi siswa? 4. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang baik? 5. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang kurang baik? 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, peneliti membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut: 1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X SOS di SMA Negeri 1 Kabanjahe 2. Model pembelajaran yang diteliti adalah Problem Based Learning (PBL) 3. Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ) siswa kelas X SOS di SMA Negeri 1 Kabanjahe 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar ekonomi siswa? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang baik?

8 3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang kurang baik? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah: 1. Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar ekonomi siswa 2. Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang baik. 3. Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang kurang baik 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan masukan dan menambah pengetahuan peneliti sebagai calon guru mengenai pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Emotional Quotient (EQ) terhadap hasil belajar siswa. 2. Bahan masukan dan bermanfaat bagi SMA Negeri 1 Kabanjahe, khususnya guru bidang studi Ekonomi dalam menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan dan hasil belajar ekonomi siswa. 3. Bahan masukan bagi guru bidang studi ekonomi SMA Negeri 1 Kabanjahe dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran dengan

9 senantiasa memperhatikan kecerdasan emosional siswa guna meningkatkan hasil belajar. 4. Bahan masukan dan referensi bagi mahasiswa UNIMED khususnya program studi pendidikan ekonomi yang ingin melakukan penelitian sejenis tentang pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Emotional Quotient (EQ) dalam upaya meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa.