BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

2016, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Komite

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL PENANGGULANGAN PELANGGARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 198 / /2010

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun L945;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR1608/04-L/HK/2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2002

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/MENKES/SK/IV/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Rep

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/389/KPTS/013/2013 TENTANG TIM PENGAWASAN ORANG ASING PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.13/MEN/2005 TENTANG FORUM KOORDINASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 61 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH (KOMINDA) JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42 / HUK / 2011 TENTANG

4. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-27/M.EKON/04/2008 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.908, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemberian Premi. Tata Cara.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 518 /KPTS/013/2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBAGIAN TUGAS DI KEDEPUTIAN BADAN PENGAW

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

PERATURAN NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data. Juga akan dibahas mengenai operasional variabel penelitian. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif karena untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dibutuhkan kedua metode tersebut, misalnya untuk mengkonfirmasi temuan dari sumber yang berbeda (Creswell, 2003:210) Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif. Menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner terhadap responden pejabat yang berwenang dalam bidang P4GN pada instansi anggota BNN. Sedangkan untuk penelitian kualitatifnya dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci yaitu beberapa pejabat yang berwenang dalam bidang P4GN pada instansi anggota BNN. 42

B. Populasi Penelitian Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah para pejabat yang menangani bidang P4GN di instansi anggota BNN dengan jumlah 28 instansi pemerintah, yaitu sebagai berikut : a. Sekretaris Jenderal, Departemen Perhubungan b. Sekretaris Jenderal, Departemen Pendidikan Nasional c. Sekretaris Jenderal, Departemen Agama d. Sekretaris Jenderal, Departemen Komunikasi dan Informatika e. Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Departemen Dalam Negeri f. Direktur Jenderal Multilateral, Departemen Luar Negeri g. Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan, Departemen Pertahanan h. Direktur Jenderal Imigrasi, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia i. Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia j. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Departemen Keuangan k. Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian l. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan m. Direktur Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian n. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan o. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi p. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan q. Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial r. Sekretaris Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan s. Sekretaris Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga t. Deputi Bidang Dalam Negeri, Badan Intelijen Negara u. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif, Badan Pengawas Obat dan Makanan v. Jaksa agung Muda Bidang Intelijen, Kejaksaan Agung Republik Indonesia w. Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, Kejaksaan Agung Republik Indonesia 43

x. Kepala Bidang Reserse Kriminal, Kepolisian Negara Republik Indonesia y. Kepala Badan Intelijen Keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia z. Kepala Biro Bimbingan Masyarakat, Kepolisian Negara Republik Indonesia aa. Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia bb. Kepala Pusat Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia Dari 28 (dua puluh delapan) responden yang penulis berikan kuesioner, ternyata hanya ada 16 (enam belas) responden yang memberikan jawaban atas kuesioner tersebut yaitu sebagai berikut : a. Sekretaris Jenderal, Departemen Perhubungan b. Sekretaris Jenderal, Departemen Pendidikan Nasional c. Direktur Jenderal Imigrasi, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia d. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Departemen Keuangan e. Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian f. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan g. Direktur Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian h. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi i. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan j. Sekretaris Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan k. Sekretaris Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga l. Deputi Bidang Dalam Negeri, Badan Intelijen Negara m. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif, Badan Pengawas Obat dan Makanan n. Jaksa agung Muda Bidang Intelijen, Kejaksaan Agung Republik Indonesia o. Kepala Bidang Reserse Kriminal, Kepolisian Negara Republik Indonesia p. Kepala Badan Intelijen Keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia Sedangkan sisanya sebanyak 12 (dua belas) responden, sampai dengan batas waktu yang ditentukan belum memberikan jawaban atas kuesioner tersebut yaitu sebagai berikut : a. Sekretaris Jenderal, Departemen Agama b. Sekretaris Jenderal, Departemen Komunikasi dan Informatika 44

c. Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Departemen Dalam Negeri d. Direktur Jenderal Multilateral, Departemen Luar Negeri e. Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan, Departemen Pertahanan f. Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia g. Diektur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan h. Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, Kejaksaan Agung Republik Indonesia i. Kepala Biro Bimbingan Masyarakat, Kepolisian Negara Republik Indonesia j. Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia k. Kepala Pusat Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia Dari 16 (enam belas) responden yang memberikan jawaban tersebut, peneliti menganggap bahwa jumlah tersebut sudah bisa mewakili dari keseluruhan responden dan sudah dapat dianalisa karena dengan jumlah tersebut berarti penulis sudah mendapatkan jawaban kuesioner sebesar 57,14% dan dari jawaban yang masuk pada umumnya merupakan instansi anggota BNN yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar kepada BNN dalam upaya-upaya P4GN serta masalah keterbatasan waktu. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan : 1. Angket (Kuesioner) Angket (Kuesioner), yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu 45

yang diminta. (Riduwan, 2004:99). Pertanyaan dalam bentuk kuesioner diberikan kepada para pejabat yang menangani bidang P4GN pada 28 (dua puluh delapan) instansi anggota BNN. 2. Wawancara (interview) mendalam Esterberg (Sugiyono, 2007:74) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan informasi kinerja instansi anggota BNN dalam mengimplementasikan kebijakan Strategi Nasional P4GN dan telah dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian Biro Umum Sekretariat Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, Direktur Pengawasan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, dan Staf Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara membaca/studi pustaka melalui membaca, mencatat, mengutip, membandingkan dan menghubungkan bahan-bahan yang relevan satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh agar memudahkan pengelolaannya. D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah : a. Editing data, yaitu proses memeriksa dan mengoreksi semua jawaban responden kuesioner. Jika terdapat kekeliruan teknis dalam penafsiran jawaban responden maka dilakukan perbaikan seperlunya untuk meluruskan atau membenarkan kesalahan penafsiran jawaban responden dimaksud. b. Pengukuran dan penentuan nilai, yaitu proses penyederhanaan jawaban responden dalam kuesioner kemudian ditentukan nilainya yang disusun berdasarkan jumlah alternatif jawaban yang tersedia dalam kuesioner. Skala ukur yang digunakan untuk masing-masing item kuesioner adalah skala likert yang bergerak dari angka 1 sampai 5. Skala Likert 46

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.(riduwan. 2007:86). Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa skala likert dianggap paling tepat dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur pendapat, persepsi dalam sikap terhadap suatu kejadian. Dengan demikian, penilaian jawaban atas jawaban responden adalah : 1) Sangat tidak setuju, sangat tidak mengetahui, sangat tidak memahami, sangat tidak memadai, sangat tidak diperlukan, sangat tidak sesuai, sangat tidak pernah. Dengan skor = 1 2) Tidak setuju, tidak mengetahui, tidak memahami, tidak memadai, tidak perlu, tidak sesuai, tidak pernah. Dengan skor = 2 3) Ragu-ragu, dengan skor = 3 4) Setuju, mengetahui, memahami, memadai, diperlukan, sesuai, pernah. Dengan skor = 4 5) Sangat setuju, sangat mengetahui, sangat memahami, sangat memadai, sangat diperlukan, sangat sesuai, sangat pernah. Dengan skor = 5 2. Analisis Data Setelah pengumpulan data primer dan data sekunder, maka hasil selanjutnya dilakukan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisa data dari hasil olahan SPSS, dan analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisa data dari hasil wawancara mendalam. Selanjutnya dilakukan penyajian analisis data melalui paparan yang logis, objektif, dan sistematis dan didukung dengan teori yang relevan. Dengan demikian diharapkan dapat diungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi serta yang melatar belakanginya, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan penyampaian saran pada bab penutup. 47

a. Operasional Variabel Penelitian Berkaitan dengan deskriptif yang ingin mengkaji sudahkah suatu kebijakan Strategi Nasional P4GN yang telah diimplementasikan pada instansi anggota BNN telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan 6 (enam) variabel penelitian yakni : 4 (empat) variabel penelitian yang dikemukakan oleh George C. Edward III, 1 (satu) variabel penelitian yang dikemukakan oleh Donald Van Meter dan Van Horn ditambah 1 (satu) variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan program dari kebijakan itu sendiri. Keenam variabel tersebut dianggap cukup diperlukan dalam mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik dengan indikator-indikator yang dipergunakan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan diteliti, maka analisa dilakukan dengan variabel sebagai berikut : a. Komunikasi b. Sumber-sumber c. Kecenderungan-kecenderungan (sikap) d. Struktur Birokrasi e. Hubungan antar organisasi f. Pelaksanaan program Keenam variabel penelitian tersebut di atas dapat diuraikan seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini : Tabel III.1 Operasional Variabel Penelitian No. Variabel Indikator Skala 1. Komunikasi : i. Pengetahuan tentang isi Surat Likert Komunikasi kebijakan Keputusan Ketua BNN Nomor : membahas tiga hal Skep/92/XII/2004/ BNN tentang penting yakni Strategi Nasional P4GN BNN transmisi, konsistensi Tahun 2005 2009 dan kejelasan i. Pemahaman tentang maksud dan merupakan tujuan ditetapkannya Strategi persyaratan pertama Nasional P4GN? bagi implementasi i. Pengetahuan yang harus dilakukan 48

kebijakan yang efektif dalam melaksanakan Strategi adalah bahwa mereka nasional P4GN? yang melaksanakan v. Sosialisasi terhadap kebijakan keputusan harus Strategi Nasional P4GN mengetahui apa yang v. Kesesuaian antara visi, misi, dan harus mereka lakukan tujuan instansi anggota BNN dengan kebijakan Strategi Nasional P4GN 2. Sumber sumber : i. Instansi anggota BNN mempunyai Merupakan faktor petugas/pegawai yang khusus yang penting dalam menangani program P4GN melaksanakan i. Instansi anggota BNN mempunyai kebijakan publik jumlah pegawai/petugas yang dengan alasan bahwa cukup untuk melaksanakan setiap perintahperintah kebijakan Strategi Nasional P4GN implementasi i. Petugas/pegawai yang ada telah mungkin diteruskan memiliki bekal pengetahuan dan secara cermat, jelas keterampilan tentang narkoba dan dan konsisten, tetapi program P4GN jika pelaksana x. Petugas/pegawai bidang P4GN kekurangan sumber telah mengikuti Diklat Teknis daya yang diperlukan mengenai upaya-upaya P4GN untuk melaksanakan x. Instansi anggota BNN kebijakan, maka mengalokasikan secara khusus dana implementasi inipun untuk mendukung program P4GN cenderung tidak i. Jumlah dana yang tersedia pada efektif instansi anggota BNN untuk pelaksanaan kebijakan Strategi Nasional P4GN sudah memadai i. Petugas/pegawai memperoleh dukungan sarana kegiatan yang baik dalam melaksanakan Strategi Nasional P4GN Likert 49

3. Kecenderungan i. Strategi Nasional P4GN diperlukan Likert (sikap) dalam upaya untuk mewujudkan Merupakan faktor masyarakat Indonesia bebas yang mempunyai narkoba tahun 2015 konsekuensikonsekuensi v. Instansi anggota BNN memiliki bagi pandangan yang sama dengan BNN implementasi dalam melaksanakan Strategi kebijakan, jika Nasional P4GN pelaksana bersikap v. Petugas/pegawai yang menangani baik terhadap suatu bidang P4GN diberikan wewenang kebijakan tertentu, hal sesuai dengan bidang tugasnya ini berarti dukungan i. Wewenang yang diberikan kepada dari pelaksana petugas/pegawai yang menangani bidang P4GN sudah dijalankan dengan baik 4. Struktur Birokrasi i. Instansi anggota BNN mempunyai Likert Birokrasi merupakan tupoksi yang sesuai dengan isi hal yang paling kebijakan Strategi Nasional P4GN penting, bahkan i. Tindakan para petugas/pegawai secara keseluruhan yang menangani bidang P4GN pada menjadi pelaksana instansi instansi anggota BNN kebijakan. Birokrasi sudah sesuai dengan tupoksi yang secara sadar atau tidak sadar memilih bentukbentuk x. ada Instansi anggota BNN sudah kesepakatan memiliki seksi/bagian yang kolektif, dalam rangka menangani bidang P4GN memecahkan x. Pelaksanaan kebijakan Strategi masalah-masalah nasional P4GN pada instansi sosial dalam kehidupan modern 5. Hubungan Antar Organisasi Implementasi sebuah program perlu dukungan dan anggota BNN telah dikoordinasikan dengan BNN i. Koordinasi antara instansi anggota Likert BNN dengan BNN sudah berjalan dengan baik i. Pelaksanaan kebijakan Strategi Nasional P4GN, apakah koordinasi 50

koordinasi dengan antara instansi anggota BNN instansi lain. Untuk dengan instansi lain sesama anggota itu diperlukan BNN sudah berjalan dengan baik koordinasi dengan i. Rapat koordinasi dengan instansi instansi lain anggota BNN yang diselenggarakan BNN sudah memadai 6. Pelaksanaan Program v. Kesulitan dalam pelaksanaan Diperlukan untuk kebijakan Strategi Nasional P4GN mengetahui bagaimana v. Kebijakan Strategi Nasional P4GN yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan program dalam upaya P4GN, sudah dari suatu kebijakan dirasakan cukup i. Kebijakan Strategi Nasional P4GN pada instansi anggota BNN sudah berjalan sesuai denagn pedoman yang ada dalam kebijakan tersebut Likert 51