BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara di depan publik seperti berpidato, berceramah, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanti Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara merupakan hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi manusia normal, kegiatan berbicara merupakan suatu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan manusia tidak lepas dari kehidupannya sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

III. METODE PENELITIAN

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah bahasa. Melalui bahasa, individu dapat menyampaikan ide kepada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan guru mata

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IV-C SDN DITOTRUNAN 01 LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi secara lisan dengan baik dan benar di hadapan publik.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (silabus Depdiknas, 2006: 46).

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

PENINGKATAN MINAT BERTANYA DENGAN TEKNIK BERMAIN ULAR TANGGA SISWA KELAS XI IPA-2 SMAN MOJOGEDANG TESIS

SILABUS PEMBELAJARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara di depan publik seperti berpidato, berceramah, dan berdakwah dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang penting. Banyak orang yang berhasil dalam hidupnya karena mempunyai kemampuan berbicara di depan publik, di samping kemampuan lain. Sebaliknya, banyak orang yang mempunyai ilmu dan banyak idenya, tidak dapat mengemukakan pendapat atau gagasannya kepada masyarakat karena tidak mempunyai keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara seperti halnya keterampilan berbahasa yang lainnya, pada dasarnya adalah kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa, sehingga orang lain mau mendengarkan dan memahami. Untuk memiliki kemampuan berbicara di depan publik ini tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun kurang terampil menyajikannya secara lisan. Kadang-kadang pokok pembicaraan cukup menarik, tetapi karena penyampaiannya kurang menarik, hasilnya pun kurang memuaskan. Sebaliknya, walaupun topik kurang menarik, tetapi karena disajikan dengan sedemikian rupa, topik tadi dapat menarik pendengarnya. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang terutama mahasiswa sebagai calon ilmuwan yang senantiasa bersentuhan dengan kegiatan yang menuntut mereka untuk terampil

2 berbicara, seperti bertanya di dalam kelas, berdiskusi, berpidato, ceramah, dan lain-lain. Demikian pula dengan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, mereka pun dituntut untuk terampil berbicara tidak hanya dalam kegiatan yang berkaitan dengan perkuliahan, tetapi mereka juga dituntut untuk mampu berbicara di depan publik khususnya berdakwah ketika mereka melaksanakan praktik profesi di semester VI, Kuliah Kerja Nyata di semester VII dan ketika mereka berada di lingkungan masyarakat sesudah mereka lulus. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi calon cendikiawan muslim yang berakidah Islam, berfikrah islami dan berakhlak mulia yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam dakwah Islam dan komunikasi serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan demikian, mahasiswa Fakultas Dakwah diharapkan mereka setelah lulus nanti, tidak hanya menjadi cendikiawan muslim, tetapi juga menjadi mubaligh dan mubaligoh yang menjadi suri teladan bagi masyarakat. Pada tataran ini, yaitu praktik kemampuan berbicara mahasiswa di depan publik masih kurang memadai. Hal ini berdasarkan kenyataan empiris selama mengajar, dari empat puluh orang mahasiswa dalam satu kelas hanya sekitar enam sampai delapan orang yang aktif berbicara dan itu pun tidak semuanya mampu menyampaikan dalam bahasa yang baik, yakni masih suka muncul bahasa gaul atau bahasa daerah mereka. Begitu pula selama menjadi pembimbing dalam melaksanakan praktik profesi dan kuliah kerja nyata, mahasiswa Fakultas

3 Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati yang seharusnya tampil menjadi pelaksana khithabah (dakwah dengan menggunakan media lisan) dalam kegiatan tersebut tidak berani untuk tampil. Malahan yang tampil adalah mahasiswa yang berasal dari fakultas lain. Ketika mereka ditanya, Mengapa bukan kamu yang tampil?, mereka menjawab, Saya tidak siap, tidak percaya diri, malu, dan berbagai alasan lainnya. Kalaupun tampil, mereka mengalami demam panggung yang mengakibatkan pembicaraan menjadi tersendat-sendat, ketidakfasihan dalam mengucapkan kalimat, apalagi ketika membacakan ayat-ayat Alquran atau hadis, tidak mampu menguraikan dan menjelaskan topik yang sedang dibahas secara sistematis, teratur dan cenderung ngawur, Fenomena yang muncul seperti pada paparan di atas didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Eli Marlina terhadap mahasiswa Fakultas Dakwah dalam judul tesisnya Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial pada Kecemasan Berbicara di Muka Umum Mahasiswa Fakultas Dakwah yang menyatakan bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah dilihat dari aspek psikologis (nonkebahasaan) mengalami kecemasan berbicara di depan publik (yang meliputi keengganannya untuk berbicara di depan publik). Kecemasan ini akan tinggi apabila mereka memiliki konsep diri yang negatif dan sebaliknya konsep diri yang positif akan menurunkan kecemasannya ketika berbicara di depan umum. Demikian juga dengan peran dukungan sosial tidak menjadi prediktor bagi kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa Fakultas Dakwah.

4 Dengan demikian, melihat beberapa kasus di atas perlu diadakan sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (terutama ketika berada di depan publik). Menurut Arsjad dan Mukti (1993:54) agar dapat berpidato (berbicara di depan publik) dengan baik ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, di antaranya adalah melakukan latihan yang intensif selain mempunyai tekad dan keyakinan, memiliki pengetahuan yang luas, dan memiliki perbendaharaan kata yang cukup. Selain latihan yang intensif, untuk melatih keterampilan berbicara ini diperlukan teknik yang tepat. Teknik yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara, di antaranya adalah bermain peran, berbagai jenis diskusi, wawancara, bercerita, bermain drama, berpidato, dan berkhitabah. Bertolak dari pendapat tersebut maka penelitian ini akan mengujicobakan simulasi khithabah sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa, terutama ketika mereka berada di depan publik. 1.2 Identifikasi Masalah Tujuan pendidikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi calon cendikiawan muslim yang berakidah Islam, berfikrah islami dan berakhlak mulia yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam dakwah Islam dan komunikasi serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi diharapkan setelah lulus nanti, mereka tidak hanya

5 menjadi cendikiwan muslim tetapi juga menjadi mubaligh dan mubalighoh yang menjadi suri teladan bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan itulah, maka mahasiswa dibekali dengan berbagai kemampuan yang diharapkan akan menunjang kemampuan berbicara di depan publik, terutama dalam kegiatan dakwah bentuk khithabah. Di antaranya mahasiswa dibekali dengan mata kuliah Teknik Khithabah yang disajikan pada semester IV. Pada tataran praktik, ketika para mahasiswa ini harus tampil berbicara di depan publik, terutama dalam kegiatan praktik profesi dan kuliah kerja nyata yang harus mereka laksanakan pada semester VI dan VII, keterampilan berbicara mereka masih kurang memadai. Hal ini ditandai dengan kecemasan atau demam panggung yang mereka alami, sehingga pembicaraan mereka menjadi tidak lancar atau tersendat-sendat, isi khitobah yang kurang sesuai dengan topik yang dibicarakan, masih sering munculnya bahasa gaul atau bahasa asal (daerah) mereka. Selain itu, mereka pun tidak jarang enggan untuk melaksanakan khithabah karena merasa diri belum layak untuk melaksanakan khithabah, sebagian dari mereka berkata, Jangankan dakwah untuk orang lain, diri saya sendiri saja belum benar, saya tidak PD (percaya diri), saya malu,dan sebagainya. Bahkan tidak jarang pula dari mereka ketika dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan berbicara mereka akan berusaha menghindar atau andaikan dipaksa untuk melakukannya maka mahasiswa tersebut tidak dapat menyampaikan ide-idenya dengan baik, gagap, gemetaran, dan tidak berani menatap pendengar.

6 1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah Uraian di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik kurang memadai dengan indikasi (1) ketidakfasihan dalam mengucapkan kalimat, apalagi dalam mengucapkan ayat Alquran atau Hadis, (2) tidak mampu membuka khithabah secara baik dan menarik, (3) tidak mampu menguraikan bahasan materi secara sistematis dan cenderung ngawur, (4) tidak mampu memilih kata yang tepat, tidak variatif dan menarik, sehingga membosankan, (5) gerak-gerik dan mimik yang tidak mendukung apa yang dibicarakan. Di satu pihak, lembaga mengharapkan lulusannya menjadi mubalighmubaligh yang handal dan kompeten, yang mampu mentransformasikan ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat sehingga mereka dibekali dengan berbagai keterampilan yang diharapkan menunjang kemampuan berbicara mereka di depan publik. Di pihak lain, hasil yang diharapkan belum maksimal. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, diperlukan sebuah upaya peningkatan keterampilan berbicara mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi ketika berada di depan publik, yaitu ketika mahasiswa sedang berdakwah. Upaya ini dilakukan dengan mengujicobakan simulasi khitabah sebagai salah satu teknik pembelajaran keterampilan berbicara di depan publik. Berdasarkan masalah di atas, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah.

7 2. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik pada aspek bahasa meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah. 3. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik pada aspek nonkebahasaan meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah. 1.4 Asumsi Beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak latihan. 2. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dapat meningkat kemampuan berbicaranya di depan publik setelah mendapat latihan dan bimbingan berbicara yang intensif. 3. Simulasi Khitabah adalah sebuah upaya yang diujicobakan kepada mahasiswa dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung di depan publik. 1.5 Hipotesis 1. Simulasi khithabah mampu meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik dalam aspek kebahasaan yang meliputi pelafalan, pilihan kata, struktur bahasa, dan intonasi. 2. Simulasi khithabah mampu meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa dalam aspek nonkebahasaan yang meliputi hubungan isi dengan topik, stuktur

8 isi, kualitas isi, gerak-gerik dan mimik, volume suara, kelancarann dan keserasian berbusana. 1.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan simulasi khithabah dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pendidikan dan pengajaran Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi mahasiswa dan bagi para pengajar, khususnya dosen Fakultas Dakwah dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik. 2. Para peneliti Bagi para peneliti yang menaruh perhatian terhadap keterampilan berbicara, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dan dasar bagi penelitian lanjutan. 1.7 Definisi Operasional Agar lebih mudah untuk memahami istilah yang digunakan, berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi peristilahan tersebut. 1. Keterampilan berbicara adalah sebuah proses terampilnya mahasiswa menyajikan gagasan dan pikirannya secara lisan (langsung), terutama ketika berada di depan publik.

9 2. Simulasi khithabah adalah salah satu bentuk kegiatan dakwah secara lisan yang disampaikan dalam situasi seolah-olah pembicara betul-betul berada dalam situasi sebenarnya. Simulasi inilah yang akan diberikan sebagai perlakuan (treatment) untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik. 3. Kuasi eksperimen adalah metode penelitian yang menggunakan satu kelompok eksperimen yang kemudian diberikan prates, dilanjutkan dengan perlakuan eksperimental, dan terakhir pascates untuk mencari efektivitas simulasi khithabah terhadap peningkatan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik.